XII - Retrouvailles (a)

915 54 0
                                    

When you're able to forgive & smile to the person who hurt you, that's when you make sure that you are better than him.

***

Seminggu telah berlalu. Terlihat sosok mungil yang kini melamun, menatap sang Bunda yang sedang membuat sarapan untuknya. Sosok mungil tersebut mengedipkan matanya lucu, kemudian beralih menatap sang Bunda yang kini duduk berada di sebelahnya. Keano menoleh, mendapati senyuman Zahra yang terpampang manis menatap dirinya.

"Keano mau makan sama apa, sayang?" Ujar Zahra tersenyum lembut menatap Keano yang hanya diam.

"Bubun?"

"Iya, sayang. Kenapa?" Balas Zahra yang terlihat bingung saat Keano tiba-tiba turun dari kursinya dan berjalan ke arah Zahra seraya memeluk.

"Keano kenapa, nak?" Zahra terlihat khawatir saat Keano hanya menangis sesenggukan.

"Bun, maap ya, Keano ndak nulut sama Bubun." Zahra menatap Keano yang telah berada di pangkuannya, kemudian menghapus air mata sang putra seraya memeluknya untuk menenangkan.

"Kata siapa Keano nggak nurut? Keano nurut kok, nggak bandel sama Bunda."

"Waktu itu, Keano malah sama Bubun, Keano bentak-bentak telus pelgi kelual, ninggalin Bubun sendilian." Keano mengingat saat ia meninggalkan Zahra yang saat itu berada di ruang rawat Seano.

"Nggak papa, sayang. Waktu itu ada Ayah, jadi Bunda nggak sendirian." Ujar Zahra yang membuat Keano menggeleng kuat.

"Dia bukan Yayah Keano, Bun!"

Zahra tak menjawab, ia membiarkan Keano menangis dan merasakan kemarahannya pada Ayahnya saat itu. Zahra terharu, putranya tersebut memang tak bisa dibohongi, ia tak bisa melihat Bundanya terluka sedikit pun--meski secara tak sengaja dan sekalipun yang melakukannya sang Ayah.

"Keano sayang Bunda, nggak?" Tanya Zahra random, yang pasti telah ia ketahui jawabannya.

"Sayang, Bun!" Balas Keano mengangguk seraya manatap Zahra polos.

"Eum, sama Ayah? Keano sayang juga, nggak?" Tanya Zahra langsung, yang membuat Keano seketika membungkam.

"Dengerin Bunda ya, sayang. Waktu Keano masih kecil--kayak adeknya Reno, Ayah pergi kerja buat nanti bisa beli kebutuhan Keano. Sekarang, Ayah udah pulang, Keano bisa main sama Ayah, Keano bisa selalu sama Ayah, terus waktu itu kenapa Keano nggak mau ketemu sama Ayah, hum?" Tanya Zahra berusaha menjelaskan kondisi yang mereka alami, yang bisa dipahami oleh otak mungil Keano.

"Yayah dolong Bubun waktu itu." Balas Keano seraya merenggut.

"Waktu itu Bunda udah cerita, kan? Bunda nggak sengaja jatuh, sayang." Zahra menghela nafasnya pelan, saat tak bisa meyakini putranya tersebut bahwa semua bukan salah sang Ayah.

"Boong!" Ujar Keano masih bersikeras, ntah dari mana sifat putranya tersebut, maybe dari sang Ayah?

"Keano nggak percaya sama Bunda?" Zahra memasang wajah sedihnya, agar sang putra tak tega menatap dirinya yang menampilkan raut wajah keruh.

"Keano pelcaya sama Bubun." Balas Keano akhirnya yang sejak tadi terdiam cukup lama.

"Nah, nanti kalau kita ketemu sama Ayah, gimana? Keano minta maaf ya, sama Ayah. Oh, waktu Opah sama Omah ke toko juga, Keano nggak mau ketemu, kan? Pasti mereka sedih." Ujar Zahra yang membuat Keano kembali terdiam, kemudian menganggukan kepalanya dengan ragu, pertanda ia setuju.

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang