Bab 34 ◾Jauh◾

22 3 1
                                    

"Oy, bekal sape nih nongkrong di tong sampah?" tanya Rey yang tak sengaja melihat kotak bekal berwarna biru saat berjalan menuju ke kantin dengan Pantat. Rey merasa kotak bekal itu tak asing.

"Saking kaya nya murid di sini tupperware kagak ada harga diri lagi. Itu kalo ketahuan mak gue seharian dimarahin, sampe tahun depan diungkit-ungkit depan keluarga besar." cerocos Pantat sembari mengunyah tempe goreng bertabur daun bawang kesukaannya.

Rey tersenyum pahit "Gue gak punya nyokap" gumamnya.

"Rey! Apaan si omongan lo" sahut Pantat.

"Banggain mak lo, nih bawa pulang" ujar Rey lalu menyodorkan kotak bekal yang masih terdapat isi itu.

"Apaan? itu kan lo duluan yang nemu, lo aja yang bawa pulang, bisa ditip-ex nama gue dari KK kalo ketauan nyolong." sahut Pantat mengelak.

"Ini kan nemu bukan nyolong. Di tong sampah lagi." Jawab Rey masih setia menyodorkan bekal itu.

"Gue masih mampu beli, Rey. Tolong jangan lukai perasaan seorang lelaki sejati. Lo aja yang ambil ya." tolak Pantat.

"Kagak ah. Lo aja" sahut Rey.

"Lo, Rey"

"Lo, Tat"

"Lo"

"Elo"

"Kamu"

"Kamu, sayang"

Awkward

Rey dan Pantat sama-sama terdiam. Rey langsung merebut bekal itu dari tangan Pantat kemudian kabur setelah menatap jijik pantat.

Pantat pun menatap jijik balik.
"Macam berebut warisan je"

Rey mengambil bekal itu karena yakin pernah melihat benda itu sebelumnya. Benar saja dugaannya di belakang bekal tersebut tertulis "PunyaNandaSwag". Pantas saja tak asing.

Rey keheranan, bisa-bisanya Nanda membuang tempat bekal. Apa lagi yang terjadi pada adiknya itu?

--------------------------------------------

Kelas Havi sedang jam olahraga. Untuk hari ini mereka dibebaskan berolahraga apa saja karena guru olahraga yang mengajar sedang menemani istrinya lahiran anak ke 6 di rumah sakit. Para lelaki memutuskan untuk bermain bola sedangkan para wanita memutuskan untuk olahraga mulut, alias bergosip ria. Beberapa ada yang menonton para lelaki dan bersorak-sorak memberikan semangat.

"Vi! Oper ke gue." teriak Vero.

Namun saat Havi ingin mengoper ke Vero, Dio sebagai lawan main mereka menghantam keras tubuh Havi sehingga mereka berdua pun terjatuh, cukup tragis.

"Sorry, Vi. Keblablasan." ujar Dio tak enak.

Havi menepuk bahu Dio pertanda ia tak apa.
"Lutut lo luka."

Dio melirik tangan Havi. "Kayaknya lo lebih deh."

Tangan Havi mengalami luka yang cukup dalam di telapak tangannya hingga darah terus menetes. Dahinya juga sedikit luka. Untungnya kakinya baik-baik saja karena menimpa kaki Dio.

Mereka semua pun panik bahkan para wanita berebut untuk membawa Havi ke UKS, padahal Havi sudah berkali-kali mengatakan jika dirinya benar-benar baik-baik saja. Namun, teman-temannya tetap kekeuh.

Seseorang menarik tangan Havi hingga Havi keluar dari kerumunan itu.

"Ayo ke UKS" ajak Nanda. Ya, Nanda.

Havi menepis kasar tangan Nanda.

"Singkirin dulu egonya!" bentak Nanda kasar.

Havi terdiam, baru kali ini ia melihat Nanda seperti ini. Havi pun akhirnya menurut.

Havinand [ON GOING] Where stories live. Discover now