Bab 10 : ▫️Telat▫️

72 10 0
                                    

Rey masuk ke dalam kamar Nanda. Hal pertama kali yang ia rasakan adalah keheningan. 15 menit lagi bel sekolah sudah berbunyi lantang, tapi Nanda masih terjebak di pulau mimpinya. Sebenarnya, Rey tak peduli dengan bel sekolah, ia hanya ingin mengambil mobil kesayangannya di Nanda. Dan juga sedikit takut dengan Bu Jasika.

"Dek, Nanda, cewek, cewek tepos, woy Kadal jenner! Bangun elahh." Panggil Rey. Tapi apadaya, Nanda masih tetap memejamkan matanya.

Rey mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar Nanda. Mata Rey terfokus ke satu benda. Drum. Kamar Nanda memang di penuhi oleh berbagai alat musik, dan juga sebuah samsak. Selain bela diri, Nanda juga sangat suka bermain alat musik.

Rey berjalan menuju drum milik Nanda. Ia duduk di kursi drum dan mengambil dua buah stik drum. Rey menarik nafas nya dalam-dalam dan mulai memukul drum dengan semangat.

Nanda yang terganggu akan kebisingan yang di lakukan Rey segera melempar remote AC ke kepala Rey. Alhasil, karna Rey tak sempat menghindar, remote AC itu mendarat mulus di jidat bangsat Rey. Rey langsung terjatuh mulus di lantai. Tangannya masih setia memegang jidatnya yang kini sudah mulai memerah. Percayalah, berapa saat lagi, jidat Rey akan terhiasi oleh benjol-benjolan pink.

"Bisa gak sih ga pake acara lempar-lemparan juga?" Tanya Rey dengan nada selembut mungkin. Bagaimanapun juga, mobil kesayangannya plus foto aib nya masih di tangan Nanda.

"Lo sih brisik pagi-pagi buta." Cerca Nanda yang bersiap-siap kembali ke alam mimpi.

"Pagi buta lo bilang?! Ini udah jam 7 woy! 15 menit lagi udah bunyi tu bel laknat!" Kesabaran Rey sudah habis. Ia mengakui, kalau ia tak bisa menahan rasa kesal ketika berhadapan dengan Nanda. Tapi, bagaimanapun hanya Nanda yang bisa mengontrol emosi Rey. Dan juga, ia harus extra bersabar, mobil dan foto aibnya masih di tangan Nanda.

"Hah?! Lo gimana sih, bang! Kenapa ga bangunin gue pake cara yang biasa aja?!" Nanda buru-buru mengambil handuknya dan ngacir ke kamar mandi.

"Eh! Gue udah ngebangunin lo dengan berbagai macam cara ya!!"

Nanda berteriak dari dalam kamar mandi, "Lain kali tinggal panggil gue dengan Barbara Palvin, gue pasti langsung bangun kok!"

Rey memutar matanya.

Ting

Ting

Ting

Ponsel Nanda berdenting terus menerus. Rey yang tak tahan lagi dengan bunyinya, segera mengecek ponsel Nanda.

"Nand, Syra nelpon."

"Bentar." Jawab Nanda. 2 detik kemudian, Nanda keluar dari kamar mandi dengan baju kamar mandi dan handuk yang menempel di kepalanya.

"LO NGAPAIN MASIH DISINI?! KELUAR!" Teriak Nanda saat melihat Rey masih setia di kamarnya.

Rey berdecak lalu keluar dari kamar Nanda. Nanda buru-buru mengangkat telpon dari Syra.

"Halo, napa Syr?"

"Gue numpang sama boleh ga?"

"Ha? Numpang apa?"

"Numpang ke sekolah."

"Oh oke, ntar gue sama Bang Rey kerumah lo. Nunggu di depan ya."

"Hm."

• • •

Syra berjalan menuruni tangga rumahnya. Sepi, begitulah yang Syra rasakan. Kalau Syra mempunyai jin yang bisa mengabulkan permohonan, Syra akan minta ketika ia turun dari tangga, ia melihat kedua orang tuanya duduk di meja makan sambil menunggunya. Simple memang, tapi berarti bagi seorang Syra yang dari lahir hanya di asuh oleh asisten rumah tangganya karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Kehidupannya sama persis seperti Nanda. Hanya saja, Nanda lebih beruntung karena masih punya saudara. Sedangkan Syra hanyalah anak tunggal yang di temani satu asisten rumah tangga dan 3 ekor kucing berspesies(?) anggora.

Havinand [ON GOING] Where stories live. Discover now