Bab 22 : ▪️Photograph▪️

47 9 1
                                    

"Gue masih gak nyangka," ujar Nanda kepada teman-temannya. Mereka berempat berada di tangga penghubung lantai satu dan dua. Izy duduk di sebelah Nanda. Sedangkan Syra dan Netta bersandar di dinding.

Mereka emang agak menutup jalan, tetapi sejauh ini tidak ada yang menegur mereka.

"Gak nyangka gimana,Nan?" Tanya Izy.

"Ternyata ondel-ondel bisa sekolah juga."

Netta dan Izy tertawa. Seperti biasa Syra hanya memang ekspresi datar.

"Gue sih nunggu Bu Jasika beraksi." Ujar Syra sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lo udah bilang itu yang ke-9 kalinya ya, Syra. Sekali lagi kita potong tumpeng." Protes Netta.

Syra menghiraukan protesan Netta. Ia malah menyenggol pelan lengan Netta. Netta menyerngit, ia hendak mencerca Syra tapi dagu Syra menunjuk-nunjuk sesuatu. Netta melihat ke arah yang dagu Syra tunjuk.

"Havi woi." Bisik Netta pelan ke Nanda. Nanda memang telah menjelaskan semuanya kepada mereka. Nanda menoleh ke belakang.

Matanya dan mata Havi bertemu. Nanda tersenyum lebar ke arah Havi.

"Havi!" Panggil Nanda. Senyum Nanda memudar saat Havi tetap berjalan melewati mereka tanpa membalas senyuman atau panggilan Nanda.

Havi mengabaikan Nanda.

"Kok dia gitu sih Nan?" Tanya Izy. Nanda mengerutkan keningnya.

"Kemarin dia bertingkah selayaknya gue istimewa di matanya. But today, He makes me feel like a stangers." Nanda menatap sedih punggung Havi yang mulai tak terlihat.

"Dasar lelaki. Gampang banget ngasih harapan. Emang dia pikir harapan palsu itu seenak sarapan pagi apa!" Seru Izy. Netta dan Syra mengangguk kepalanya serempak.

Tiba-tiba saja Syra menarik lengan Nanda dan berlari sekuat tenaga.

"Eh! Mau kemana?!" Teriak Izy yang kini sudah berdiri. Tetapi tidak dijawab oleh Syra.
"Net, kejar mereka yuk."

Netta menatap Izy dalam-dalam. "Cewek itu takdirnya dikejar bukan mengejar."

Ingin rasanya Izy menenggelamkan kepala Netta di Samudra Pasifik.

Beruntung lo Net, coba aja Samudra Pasifik deket. Batin Izy.

• • •

Syra keluar dari bilik toilet diiringi oleh bunyi derasnya air closet.

"Yuk."

Nanda turun dari wastafel yang ia duduki tadi. "Jadi lo narik gue tiba-tiba dan ngajak gue lari ditengah teriknya sinar matahari siang cuman gara-gara lo kebelet pipis?"

Syra cengengesan walaupun cengengesannya masih kental akan wajah datarnya.

Nanda memutar matanya. Ia dan Syra berjalan keluar toilet. Mata Nanda menangkap sebuah sosok makhluk berjambul dari kejauhan yang tak lain adalah Rey.

"Eh Syra. Gue mau nanya Bang Rey dulu ya, soal ondel-ondel. Lo duluan aja." Tanpa menunggu jawaban Syra, Nanda sudah ngacir menemui Rey.

Havinand [ON GOING] Where stories live. Discover now