Bab 27 ◾Rival◾

27 3 0
                                    

Weekend ini, Defrian mengumpulkan teman-temannya di Rumah Havi untuk membahas sesuatu. Saat tiba di rumah Havi, ia melihat sudah terparkir mobil beserta motor yang tak asing lagi di hidupnya, segera Ia langsung masuk ke kamar Havi.

"WOY lama amat cuy, mau ngabahas apaan sih, penasaran gue." sambut Reza dari dalam kamar.

"Ho'oh belom jadi arwah udah penasaran duluan gue." sambung Vero. Sedangkan Havi hanya tersenyum kecil sambil memainkan lagu Canon rock di gitar listriknya.

Tanpa basa-basi, defrian langsung ikut lesehan bareng Reza dan Vero,
"jadi gini nih, kemaren gue- WOY HAV NTAR DULU KALI MAINNYA BRISIK AMAT ORANG MAU GOSIP." Cerca Defrian saat Havi sedang berada di puncak lagu. Dan tentu saja Havi tidak mendengarkan hal tersebut, sampai ia menyelesaikan permainannya.

Havi meletakkan gitarnya dan berjalan menuju teman-temannya yang sedang menatap Havi dengan death glare masing-masing.

"apaan sih sinis amat liat gue." ucap Havi disela tubuh turun untuk lesehan bareng.

"dahlah, yok lanjot, Def." Timpal Vero.

"Jadi gini woi, kemaren gue ke Tanah Abang, nemenin tante gue beli bahan,"

"lah terus ngapain? Lo mau cerita pengalaman lo belanja disana apa gimana?" sela Reza sebelum Defrian menyelesaikan ceritanya.

"dengerin dulu ngapa sat." Ujar Defrian tak tahan dengan tingkah teman-temannya.
"dan gue liat Syra, Izy, Netta, sama Nanda disana,"

"HAH?? gamungkin woi, mereka lagi bikin amal apa gimana? Biasanya aja bajunya rancangan desainer semua."

Defrian menggelengkan kepalanya sambil menjulurkan telunjuknya dan menempelkan jarinya tersebut di bibir Vero untuk membuat Vero diam.

"bukan, bukan belanja, tapi NGANGKOT!"

Semua yang ada di ruangan kaget, bahkan gitar listrik Havi juga kaget dan terhempas ke lantai. Hehe gak deng, itu mah Havi aja yang narohnya kurang pas.

"serius lu bujank? Lo ga lagi prank kan, mana, mana kameranya," Reza langsung berdiri dan menggeledah sudut-sudut kamar Havi untuk mencari kamera.

"dah itu ga penting, yang pentingnya ini, gue punya rencana."
"gimana kalo kita ngangkot juga di tempat mereka." ujar Defrian.

"Ngapain woi, gue sibuk, ntar cewe-cewe simpenan gue kabur lagi, liat gue ngangkot." terdengar suara Reza dari lantai 1, saking asik mencari kamera, ia tak sadar sudah di lantai 1.

"iya gue gabisa, gue sering ikut bokap gue rapat pas weekend." sambung Vero.

"Eh, Vero ini tu kesempatan emas tau ga, gue mau gini juga biar bisa bikin Syra baper kali, lu lupa sama taruhan kita? Lu gimana bikin Netta kurus kalo lo aja Gaada niat pdkt sama dia woi, dan Reza lu gamau Izy gue sikat kan?" Ujar Defrian panjang lebar. Vero dan Reza tetap kekeuh tidak mau. Sampai Havi menyela

"Yang gak mau ikut, balikin duit gue yang selama ini nalangin utang kalian di kantin."

"LO KOK IKUT-IKUTAN HAV?! YAUDAH DEH YAUDAH GUE IKUT!" Teriak Reza yang baru masuk ke kamar.

"yaudah deh iya ikut," Timpal Vero, dia ikut bukan karena ancaman bayar utang, tapi tumben aja Havi ikutan rencana absurd temannya itu. Pasti gara gara Nanda batin Vero.

Dan benar saja, Havi ikut karena mendengar ada nama Nanda disebutkan di lokasi hahaha.

***
"Hai Ladies, masih semangat buat ngangkot?" Sambut Bang Ariel saat melihat kedatangan Nanda, Izy, Netta dan Syra.

"iya dong bang, cita cita kita itu mau jadi kaya kek abang." jawab Netta.
"udah kaya harta kaya akhlak lagi." sambungnya, Bang Ariel mendengar hal tersebut langsung kesemsem sendiri, ia tidak tau bahwa Netta sedang menjilatnya agar tidak marah nanti jika setoran dikit.

Havinand [ON GOING] Where stories live. Discover now