Bab 17 : ▪️Part Time▪️

53 8 0
                                    

Setelah selesai berdiskusi, akhirnya Bang Ariel mau berdamai. Rey juga telah memberikan uang ganti rugi untuk memperbaiki kedai keramat Bang Ariel.

Usut punya usut, ternyata umur Bang Ariel masih 22 tahunan. Ia memiliki bisnis angkot saat umurnya masih menginjak 18 tahun. Bang Ariel memang tidak kuliah karena ia ingin fokus dengan bisnisnya.

Rey,Nanda,Netta,Izy dan Syra masih setia mendengar curhat demi curhatan Bang Ariel. Mereka berlima sepakat untuk numpang pulang dengan Bang Ariel.

"Perasaan tadi Abang masih sempet nganterin kita pake angkot, kok abang tiba-tiba dateng pake CRV sih?" Tanya Izy kebingunan.

Bang Ariel memasang kacamatanya terlebih dahulu, baru ia menjawab pertanyaan Izy. "Gue tadi mau nyari duit tambahan dulu lah. Karena gue ga hobi ngehamburin duit orang tua, jadi gue ngehamburin duit gue sendiri aja."

Jleb

Perkataan Bang Ariel ngena banget di hati. Soalnya, mereka berlima itu adalah tukang ngabisin duit orang tua masing-masing.

"Lagian kalian ngapain siang-siang bolong di kedai gue?" Tanya Bang Ariel.

Kali ini Rey yang membuka mulut. "Ngajarin empat bocah tengik pake motor,Bang. Tapi gabisa-bisa, justru bisanya ngehancurin kedai orang."
Rey menatap tajam kearah Nanda,Netta,Syra dan Izy.

"Gue udah bisa ya naik motornya." Sanggah Nanda.

"Iya, cuman bisa naik, jalannya belom bisa." Sindir Rey lagi. Nanda menyengir kuda.

"Seenggaknya gue ga ngerusakin kedai orang." Netta menyindir Izy yang kini sedang membuang ingusnya menggunakan tisu.

"IH gue 'kan belom bisaa woi pake motor." Izy memajukan bibirnya.

"Maklumin aja, 'kan kaki Izy ga nyampe." Celetuk Syra yang membuat hati Izy nyut-nyutan.

"Huee. Kalian mah jahad sama Izy, hiks, Izy 'kan belom bisa." Izy nangis kejer sambil menggigit kukunya. Karena terlalu kesal, Izy akhirnya melempar tisu bekas ingusnya itu ke Syra, Syra yang jijik melempar tisu itu ke arah Netta. Netta pun melemparnya ke arah Rey, dan Rey melemparnya lagi ke arah Nanda.

"Gini aja, gimana kalo kalian latihan motornya di lapanga--hap

Nanda melempar tisunya ke Bang Ariel dan berhasil masuk ke dalam mulut Bang Ariel yang sedang mengaga lebar.

Dan berakhirnya mereka di pinggir jalan karena di turunin Bang Ariel.

• • •

Setelah Minggu yang tragis itu, terbitlah Senin yang kejam. Dimana sekolah Harapan Bangsa melaksanakan upacara di tengah teriknya sinar matahari pagi.

Upacara berlangsung dengan suasana sangat ribut. Ada yang masih bergosip, ada yang tertawa, ada yang senggol sana senggol sini, ada yang menambang upilnya, dan masih banyak lagi.

Bu Nurmala selaku pembina upacara mulai jengah. Ia menarik napasnya dalam-dalam.

"DIAM!!" Teriak Bu Nurmala dengan tegas, pasti, dan berwibawa.

Seketika suasana bagaikan pasar itu berubah hening bagaikan perpustakaan.

Dari upacara dimulai sampe detik-detik amanat upacara, Asep masih setia berdiri tegak, sambil mengepalkan kedua tangannya di samping badan. Posisi siap 100% lah.

Havinand [ON GOING] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora