Bab 6 : ▫️Asep ▫️

87 10 1
                                    

Nanda duduk di halte yang kini sudah sangat sepi. Memang sial hari ini, bagaimana bisa bensin mobil Nanda bisa habis disaat ia ingin pulang ke rumah untuk bobo cantik. Dan dengan terpaksa, ia numpang dengan Rey. Dan sinilah Nanda berakhir, menunggu Rey yang tak kunjung menampakkan giginya.

Ting

Nanda mendapat satu pesan di Ponselnya. Nanda membuka ponselnya dan muncul notif dari Rey.

Rey aBANG SATu-satunya :
Inces ku sayang, lo pulang sendiri ya, gue ada urusan. Mungkin gue bakalan pulang besok pagi. Ai lap yu 🐒

Nanda mendengus sebal saat selesai membaca pesan singkat dari Rey beberapa detik yang lalu.
"Lelaki cicak laut!" 3 kata terlontar dari mulut Nanda.

"Lo ngatain gue?" kata seseorang secara tiba-tiba. Seseorang itu duduk disebelah Nanda.

Nanda menoleh ke sumber suara, tepat disampingnya, seorang lelaki-- tunggu.. Itu kakak kelas yang ia minta berfoto bersamanya. Nanda membelalakan matanya tanda terkejut.

"Eng-enggak! Enggak kok!" ucap Nanda yang menjadi salah tingkah.

'Ni orang kapan dah duduk di sebelah gue. Asdfghjkl.' -Nanda

Havi tersenyum tipis, matanya menatap lekat ke arah Nanda, matanya begitu indah, membuat Nanda yang ditatapinya menjadi salah tingkah karena sedikit risih.

"Maaf, kak. Permisi." kata Nanda tersenyum kikuk matanya tak berani menatap wajah tampan Havi. Buru-buru ia melangkah pergi meninggalkan Havi, namun langkahnya terhenti ketika tangan Havi menangkap lengan Nanda yang membuat jantung Nanda berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Kenapa kak?" Nanda memberanikan diri untuk bertanya.

"Mau pulang bareng gue?"

"Hah?" Nanda bingung sembari memasang ekspresi seperti orang bodoh.

'Mau tidak ya~ mau tidak ya~' -Nanda

"Tap-tapi.. "

Tanpa persetujuan Nanda, Havi menarik lengan Nanda. Havi berjalan ke arah motornya dengan tangan yang masih menggenggam tangan Nanda. Havi melepaskan genggamannya dan naik ke motornya lalu menyalakannya, kemudian memberikan helm kepada Nanda. Nanda menerima helm itu dengan wajah yang masih menyiratkan kebingungan.
"Kak?" panggil Nanda.

"Hmm."

"Beneran nih mau nganterin gue pulang?"

Havi hanya mengangguk mantap, memasang wajah polosnya yang err-- begitu unyu.

"Tenang aja, gue gak bakalan mutilasi lo di rawa-rawa, jangan takut gitu, aelah." canda Havi

"Bukan gitu kak, gue cuma takut.. Ngerepotin."

"Gak kok, yaudah yuk, naik." kata Havi yang sudah bertengger di motor sportnya. Nanda pun menurut.

"Anu, Kak." Panggil Nanda lagi.

"Iya kenapa? Lo ga ngerepotin gue kok, gue nganterin lo ikhlas dari lubuk hati terdala-"

"Ini pake helm-nya gimana? Soalnya aku ga pernah naik motor." Nanda menyengir.

Havi tertawa kecil. Lalu ia turun dari motor dan memakaikan helm ke kepala Nanda. Tatapannya begitu fokus dengan pengaman di helm. Havi tidak sadar kalau pipi Nanda sudah berwarna pink.

"Selesai." Gumam Havi. Lalu ia kembali menaiki motornya.

Motor Havi pun melaju dengan kecepatan normal meninggalkan gedung sekolah, membelah jalanan ibukota. Nanda tersenyum senang, ia bisa menikmati sejuknya angin yang menerpa wajahnya.

Havinand [ON GOING] Where stories live. Discover now