20. TENTANG MENYUKAI

64 16 3
                                    

Nadila berjalan di koridor sedirian. Sesekali Nadila melihat ke lapangan beberapa cowok sedang bermain basket di sana. Nadila mencari sosok yang ia anggap sebagai manusia es itu.

Namun, ketika sedang fokus mencari tiba-tiba saja sebuah bola basket melayang ke arahnya. Mata Nadila terbuka lebar terkejut ia langsung melindungi kepalanya dengan tanganya.


BRUKKK



Nadila jelas mendengar suara benturan tapi ia tidak merasakan apa-apa. Nadila mulai membuka matanya dan ternyata yang terkena bola itu bukan dirinya tapi manusia es.

Farel dengan sigap langsung menghadang bola itu sehingga bolanya mengenai punggunnya. Nadila membuka matanya sempurna, ia terkejut. Cowok itu manatap Nadila tajam. Setelah beberapa lama mata mereka saling bertemu Farel melanjutkan latihanya.

Farelpun selesai bermain dan Nadila berjalan ke arah cowok itu. Iya dirinya menunngu cowok itu sendari tadi.

“Nih rel buat lo, makasih buat yang tadi” ucap Nadila sembari memberikan Farel sebotol minum.

“Gak usah” tolak Farel, ia langsung menepis tangan cewek itu dan langsung pergi begitu saja.

Nadila kesal dan merasa tak di hargai oleh Farel. Padahal ia selalu bersikap baik pada Farel tapi mengapa Farel tak melakukan hal yang sama terhadapnya.

“Kenapa sih susah banget buat lo nerima simpati dan empati dari orang lain”

Farelpun berbalik tak mengerti apa yang cewek itu bicarakan “Maksud lo?”.

“Lo berlagak bodo amat padahal sebenernya perduli, lo berlagak ga butuh padahal butuh, gue ga ngerti sama lo” jelas Nadila dengan nada sedikit tinggi.

Sedangkan cowok itu ia masih berekspresi datar.

“Gue gak minta lo buat ngertiin gue” ucap Farel ketus dan langsung pergi begitu saja.

Nadila mendengus kesal. Cowok itu sama sekali tak mengerti caranya menghargai seseorang. Nadila semakin ingin tahu apa sebabnya, ia semakin ingin merubah cowok itu.

Nadilapun berjalan menghampiri Kevin yang tengah duduk santai di pinggir lapang.

“Ikan asin” panggil Nadila dengan nada memelas.

Kevin menoleh dengan ekspresi jengah “Lo kenapa sih manggil gue ikan asin terus”

“Ngerasa cocok aja gitu sebutanya sama lo” ucap Nadila acuh sembari duduk di sebelah cowok itu.

“Sialan lo. Padahal gue udah mirip Aliando”

“Hahaha, aliando? Alibaba kali” ucap Nadila sembari tertawa puas.

“Semerdeka lo deh nad”

Nadila kemudian mulai menatap kevin serius “Vin si Farel kenapa sih gitu amat sifatnya ga ngerti gue” keluh Nadila.

“Sampe candi Borobudur berubah jadi sungai amazon juga lo gak akan pernah bisa ngertiin dia”

“Kenapa sih?, dia punya rahasia?, dia punya hal yang disembunyiin?”

Kevin terdiam sebentar, ia tak ingin menjawab sebenarnya ia takut salah bicara dan ia sudah berjanji pada Farel untuk tak memberitahu siapapun.

“Lo tau sesuatu vin?” Tanya Nadila lagi.

“Tau. Bahkan dia pake celana dalem warna apa juga gue tau”

“Mesum lo. Tapi serius vin boleh ceritain ga?” mohon Nadila.

“Sorry nad gue gak bisa”

“Kenapa?”

“Gue udah janji sama si alfamart buat gak kasih tau siapapun”

Someone in the viewfinderWhere stories live. Discover now