✓ORANG YANG BERBEDA

Depuis le début
                                    

Rachel memilih berdiri di depan jendela yang tertutup. Kebetulan rumah Alena tingkat, jadi sekalian melihat lampu-lampu dari gedung-gedung besar yang memperindah malam hari.

"Hallo?" Rachel menyapa lebih dulu, suara yang berisik di ujung sana membuat gadis itu tidak bisa mendengar lebih jelas.

"Hallo Chel,"

"Kenapa Lan?" tanya Rachel penasaran.

"Nggak kok, gue cuman mau nelpon lo aja. Lagi banyak pulsa." candanya.

Gadis itu terkekeh, "Kirain gue ada apa gitu,"

"Lo lagi ngapain Chel?"

"Lagi nginep dirumah Alena, lo sendiri ngapain?" Rachel mengusap tengkuknya merasa hawa semakin dingin.

"Gue telponan sama lo kan,"

"Gue juga tau kali Lan."

Laki-laki di seberang sana tertawa, tidak melihat langsung saja Rachel tau pasti Devan terlihat sangat manis saat tertawa.

"Chel, gue kesana ya. Boleh kan?"

Rachel terbelalak, mencari-cari alasan. Pasalnya rintik-rintik hujan masih berderai. Yang ada Devan nanti akan basah-basahan dan berujung demam.

"Jangan Lan! Gerimis nanti lo sakit lagi," tolak gadis itu halus.

"Tunggu gue 15 menit lagi Chel, gue matiin telponnya." Devan tetaplah keras kepala.

Sambungan telponnya terputus secara sepihak. Rachel memutar tubuhnya, lalu dibuat terkejut. Ketiga sahabatnya sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Devan?" tebak Alena.

Rachel mengangguk, kemudian menerobos sahabatnya melangkah kembali keatas kasur. Ia mendudukkan bokongnya di ujung kasur.

"Ya ampun Rachel Anita Aracella, inget lo udah ada suami. Jangan terlalu welcome sama Devan," cibir Alena yang sudah ikut duduk di sebelah sahabatnya Rachel.

"Nah, kalau Devan baper sama lo gimana? Kesiaan tau!" sahut Jessica.

"Welcome gimana sih? Gue ngerasa biasa aja kali," elak Rachel. Gadis itu merasa terpojokan oleh sahabat-sahabatnya.

"Lo mungkin biasa aja, tapi dari sudut Devan beda Rachel. Sampai kapan sih lo mau rahasiain status lo dari Devan?" satu pertanyaan dari Alena semakin memojokkan Rachel, ia tidak bisa berucap apa-apa sekarang.

Rachel berdecak, "Len, belum saatnya gue ngasih tau dia!" dan Rachel tetaplah Rachel gadis si kepala batu.

"Terus saatnya tuh nanti pas Devan udah benar-benar cinta sama lo? Lo matahin dua hati sekaligus Chel, percaya sama gue." ucap Jessica menohok.

Bahkan tidak adalagi ekspresi candaan di wajahnya, hanya ada tatapan datar. Dan ini bukan seperti Jessica yang Rachel kenal.

"Jes, jangan mojokin gue gitu deh__" belum sempat Rachel meneruskan perkataannya handphone yang di genggamnya bergetar.

Satu pesan singkat dari Devan.

Devan
Gue di depan Chel,

Gadis itu beranjak dari duduknya, keluar dari kamar Alena. Langkahnya semakin cepat menuruni anak tangga. Tingkah Rachel mendapat gelengan kesal para sahabatnya.

Kebetulan rumah Alena yang sepi karena kedua orangtuanya masih sibuk bekerja. Rachel membuka pintu, di luar sana Devan berdiri mengenakan jaket denimnya, tidak lupa dengan sebelah tangan yang menenteng kantung plastik.

"Malam, ada pesanan Gofood untuk Mbak Rachel," ucap Devan.

Sontak perkataan laki-laki itu membuat Rachel tertawa. Ia masih berdiri di depan pintu dengan sebelah tangan yang memegang gagang pintu.

"Duduk Lan," titah Rachel. Ia berjalan keluar rumah, dan mendudukkan tubuhnya di kursi kayu di halaman rumah Alena.

Mendengar perintah gadis di hadapannya, Devan ikut menduduki bokongnya dikursi. Meletakan plastik yang tadi di tentengnya keatas meja kayu.

"Buat lo, kebetulan dingin-dingin gini emang enaknya makan yang anget-anget Chel."

Rachel menerimanya, membuka plastik tersebut. Ya, martabak manis, Rachel mengembangkan senyumnya.

"Thanks Lan," balas Rachel, senyumannya belum luntur dari bibirnya. "Gue ambil minum dulu ya, lo tunggu sini dulu," lanjutnya.

Setelah mengatakan itu Rachel kembali masuk ke dalam rumah Alena, membuat teh hangat untuk mereka berdua. Tidak perlu waktu yang lama Rachel kembali ke luar dengan dua cangkir di tangannya.

"Di minum Lan," Devan mengangguk, menyeruput sedikit teh hangat yang dibuat Rachel.

Mereka berdua larut dalam obrolan hangat, sesekali tertawa. Malam minggu yang kedua kalinya, tentunya dengan dua orang yang berbeda. Rasanya sangat beda, ada perasaan aneh yang menjalar di tubuhnya. Rachel tak tau pasti kenapa.

Ketiga sahabat berbeda sifat itu tidak bisa tinggal diam, ini masalah hati seseorang. Sedari tadi mereka seperti cacing kepanasan, memantau Rachel dan Devan dari balik gorden.

"Ini nggak bisa dibiarin Len, kita harus ngapain?" tanya Jessica kebingungan, sesekali ia melirik keadaan diuar.

"Gue juga nggak tau Jes, sumpah Rachel bikin gue gregetan gini sih." Alena menggigiti kukunya mencari cara.

Resya lebih banyak terdiam, ia berdeham. "Fotoin aja Jes, terus lo kirim Rey. Nanti urusannya kita serahin Rey sendiri aja. Gimana?" sarannya.

Sontak Alena menjentikkan jarinya, benar juga saran Resya. Untuk kali ini Resya sangat bisa di andalkan dalam keadaan genting.

"Yaudah cepet lo fotoin Len!" Jessica mendorong tubuh Alena tak sabaran.

"Jes sabar kali, Resya lo pantau mereka dari jendela." suruh Alena yang diangguki Resya.

Gadis itu mendekat kearah pintu dengan mengendap-endap, dibelakangnya terdapat Jessica. Alena mengarahkan kameranya hati-hati, jantungnya berdegup tak karuan. Takut kalau aksinya ketahuan.

Cekrek

Jantung Alena rasanya ingin berhenti saat itu juga, ia memejamkan matanya kuat-kuat. Bodoh, volumenya lupa ia matikan, pastinya Rachel dan Devan akan mengetahuinya.

Alena membuka kedua matanya, perasaannya lega. Sebab mereka tak menyadari hal ini, ia dan kedua sahabatnya kembali berjalan mengendap-endap menuju kamar Alena. Setidaknya agar Rachel tak mengetahui kalau daritadi dirinya sudah di intai.

Sampai di kamar Alena, mereka menghela nafas lega. Alena mendudukan tubuhnya di ujung kasur yang diikuti sahabatnya.

"Buru kirim Rey." ujar Resya.

"Tapi gue takut, nanti malah ribut jadinya." cicit Alena, tangannya bergetar.

Jessica mendengus, merampas handphone Alena. Ia mencari kontak Rey, tanpa berpikir panjang gadis itu langsung mengirimkan foto, tanpa memberi pesan lainnya.

Menunggu beberapa menit, mereka masih memandangi roomchat dengan Rey. Hingga akhirnya pesan itu di read, sama sekali tidak ada balasan apapun.

Sebentar lagi atmosfir akan berubah, mungkin hanya dalam hitungan menit.

***********************************

Assalamualaikum Readers,

Author lagi alim nih awowkowkwk...
Kembalinya author di mari membawa lanjutan part....Mohon dibaca.

Because mulai Senin author PTS jdi lama up nya, doain ya...

Votement manasih, sedikit banget. Vote dong taugak ini author maksa ya! Canda...hehehehew.

Udahlah males ngebacot Mulu, buayeee....

Tertanda author cantik,
@andini.h28

Thanks readers 😘




REYRA🍁 [TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant