48. Epilok (Ending)

5.3K 175 8
                                    

Malam ini Angga dan Hana sedang berbahagia. Setelah melakukan doa bersama, mereka memberikan santunan kepada anak yatim piatu berupa uang dan alat sekolah.

Hana menangis dikala memeluk seorang bocah kecil yang berusia sekitar 5 tahun. Bocah sekecil itu sudah hidup tanpa seorang ayah dan ibu.

"Kenapa menangis sayang?" Tanya Angga, dia mengusap lembut pundak istrinya.

"Lihatlah dia, Mas. Dia masih kecil tapi sudah hidup tanpa orang tua. Berbeda denganku saat seusia dia dulu. Aku selalu bermanja di pelukan umi, Abi, dan kakak. Tapi dia...."

"Semuanya sudah di tulis dalam takdir allah. Kamu harus bersyukur, seenggaknya hidupmu lebih beruntung dari pada dia ataupun mereka." Hana mengangguk, dia membebarkan ucapan suaminya. Memberikan santunan pun kembali berlanjut.

Setelah selesai, mereka berkumpul bersama di ruang tengah yang sangat luas. Karena jika di ruang keluarga, tempatnya sangat sempit.

"Bil, Gas, Maafkan mama, mama membuat kalian sengsara. Mama baru sadar, kalau cinta bertahta diatas segalanya. Dari kisah Angga dan Hana, mama sadar, kedua orang yang saling mencintai tidak akan pernah bisa di pisahkan." Ucap Miranda tiba-tiba. Dia menunduk malu di depan anak dan menantunya.

"Bila sudah memaafkan mama, begitupun dengan Mas Bagas. Iyakan Mas?" Bila melirik suaminya yang sedang duduk di sampingnya.

"Iya, aku sudah memaafkan mama. Syukurlah mama sudah sadar akan kesalahan mama." Bagas memeluk mamanya, begitupun dengan Bila. Setelah lama dia menantikan restu dari mertuanya, akhirnya sekarang semua itu menjadi kenyataan.

"Angga, cucu nenek." Miranda memeluk Angga yang hanya diam membisu.

"Terimakasih sudah menolong nenek kemarin. Maaf nenek sudah membencimu tanpa alasan. Nenek terlalu membenci mamamu, karena dia, papa kamu tidak jadi menikah dengan wanita pilihan nenek dan kakek. Maafkan nenekmu yang kejam ini sayang." Ucap Miranda, sambil meneteskan air matanya.

"Maafkan Angga juga yang terkadang bertingkah tidak sopan. Angga sayang nenek." Angga membalas memeluk Miranda, Hana yang berada di samping Angga ikut meneteskan air matanya.

"Han, tolong jangan tinggalkan Angga. Jika dia salah tolong beritahu kesalahannya, agar dia membenahinya. Nenek selalu berdoa tentang kebahagiaan keluarga kalian." Mereka saling peluk, menyisakan keharuan yang luar biasa.

"Alhamdulilah nenek Miranda sudah sadar. Yasudah jangan sedih-sedihan lagi, kitakan sekarang sedang bahagia." Celetuk Maryam, sambil tersenyum tipis. Dia mengusap air matanya.

"Iya nek, nenek jangan lupa doain aku juga supaya cepat nyusul Hana." Ucap Metta yang diamini oleh semua orang.

"Doain aku juga supaya..."

"Supaya cepat hamil juga Zah? Al, kode tuh." Sahut Metta, hal itu membuat semua orang tertawa.

"Enggak, enak aja biar cepat hamil. Doain sekripsi aku cepat selesai, kalau udah selesaikan aku bisa cepat-cepat nikah sama Mas Alan." Sontak pengakuan dari Zahra membuat Alan yang tadinya diam langsung menatap kearahnya.

"Aku bantu skripsimu, agar aku bisa cepat menghalalkanmu." Ucapan romantis itu membuat siapa saja yang mendengarnya akan tersipu.

"Bucin aja terus Kak." Sahut Hana, sambil melampari Alan menggunakan kulit kacang.

"Bilang aja gak pernah di gombalin Angga." Sinis Zahra.

"Aku memang tidak pernah menggombali Hana, tapi aku janji akan membahagiakannya." Sorak dari Metta, Fathur, dan lainnya memenuhi rumah keluarga Aditama.

***

Hana masih bergelung di selimutnya. Setelah sholat subuh, dia dan Angga berniat bersantai di atas kasur, tapi mata mereka yang masih mengantuk membuat mereka kembali terlelap.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang