33. semoga kamu sadar

1.9K 116 0
                                    

Pagi ini Angga sedang makan bubur dengan semangat. Dia membiarkan pintu ruang inapnya terbuka. Dia ingin melihat indahnya dunia. Angga sangat ingin membuka lembaran baru.

Pagi ini seharusnya dia sudah di perbolehkan untuk pulang, tapi dia dengan sabar menunggu kedatangan Hana.

Hana berjalan cepat menuju ruang inap Angga. Tapi semuanya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Kaki Hana menginjak rok panjangnya, hingga membuat dirinya terjatuh. Untung saja ada tangan kekar yang menahan berat badannya agar tidak terjatuh.

"Maaf..." Cicit Hana, dia mendongakkan wajahnya keatas. Dia terkejut dikala melihat wajah tampan milik sahabat kakaknya. Siapa lagi jika bukan Abim.

Hana langsung segera menjauhkan tubuhnya dari Abim. Saat matanya melirik ke kiri, dia melihat tatapan tajam dari kedua manik mata Angga.

"Maaf Mas Abim, aku harus masuk kedalam." Ucap Hana, dia berjalan masuk kedalam ruangan Angga. Abim mengangguk, tapi matanya...

Mata Abim menatap lekat bagaimana Hana bersalaman dan mencium telapak tangan milik Angga.

"Andai aku dulu tidak menjadi lelaki pengecut dengan meninggalkannya tanpa alasan, mungkin dia akan tetap bersamaku dan menjadi milikku. Bukan milik Angga." Sesal Abim, dia berjalan lurus meninggalkan kedua insan yang sedang di mabuk cinta itu sendiri.

"Maaf, aku tadi..."

"Aku ngerti. Kesini naik apa?" potong Angga, sambil mengusap kepala Hana yang ditutupi oleh jilbab.

"TAXI, tadinya mau nebeng sama kakak. Tapi dia malah berangkat dulu. Alhasil gak jadi deh." Hana terlihat sangat lesu. Bukan karena dia ditinggal kakaknya lebih dulu ke rumah sakit, tapi karena insiden tadi.

Hana meniup ujung jilbabnya, membuat pipi tembemnya semakin terlihat.

"Mama sama papa dimana?" tanya Hana celingukan. Sedari dia datang, dia tidak melihat kedua mertuanya.

"Sengaja aku melarang mereka datang kesini." Jawab Angga, sambil tersenyum penuh arti.

"Kenapa? Kamu mau jadi malingkundang yang durhaka sama ibunya?" Omel Hana, sambil memberesi semua pakaian Angga.

"Bukan seperti itu, aku hanya ingin pulang berdua bersamamu." Sontak jawaban yang Angga berikan membuat Hana tertawa renyah.

"Kamu tuh ada-ada aja. Aku pinjam heandpone kamu dong, punyaku lowbead." Hana mengadahkan tangannya keatas. Dia tersenyum manis kepada Angga.

"Di laci nakas. Ambil aja." Hana tersenyum, lalu dia mengambil heandpon suaminya di laci nakas. Hana mengerutkan keningnya karena mendapati layar heandpone Angga yang tidak ada pasewordnya.

"Kok gak kamu kasih paseword?" Tanya Hana, bingung.

"Males ngingatnya." Jawaban singkat yang Angga berikan langsung bisa Hana simpulkan, bahwa Angga adalah tipekal orang yang tidak mau ribet.

"Kok foto pernikahan kita kamu pakai buat walpaper sih?" Hana terus bertanya hingga membuat Angga tersenyum.

"Aku kan nikahnya sama kamu, masa aku pakai walpaper foto pernikahan janda samping aparteman aku." Jawaban yang Angga berikan membuat Hana tertawa.

"Nih..." Hana menyodorkan heandpon milik Angga.

"Aku cuma pakai buat pesan TAXI online saja. Bentar lagi juga sampai." Lanjut Hana, sambil mengupas jeruk yang berada di atas nakas.

"Dih, kok kamu makan sendiri. Suami kamu ini juga mau kalik." Sontak saat Angga menyebut kata suami, Hana langsung tersedak jeruknya.

"Kamu kenapa?" Angga panik, lalu dia mengambil air putih yang berada di sampingnya.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now