2.Zina mata

2.2K 145 2
                                    

Di masjid daerah Jakarta, Zahra dan Hana sedang mendengarkan tausiah dari Ustazah Fatimah. Sepertinya mereka berdua sangat menikmati tema yang Ustazah Fatimah bawakan. Bahkan Hana sampai meneteskan air matanya.

"Dulu saya pernah menemui anak yatim piatu, kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat. Hartanya habis diambil oleh tantenya sendiri. Saya merasa iba dan kasihan. Anak itu merintih menahan lapar. Dulu dia sangat kecukupan, tapi sekarang...."

Ustazah Fatimah menjeda kalimatnya, Dia tersenyum kearah Hana yang sedang menundukkan kepalanya sambil menyeka bulir-bulir air matanya yang terus menetes.

"Saat saya tanya, dia ingin makan apa?jawabannya membuat saya menangis," Ustazah Fatimah melanjutkan ceritanya. Beliau tersenyum getir.

"Aku hanya ingin memakan nasi putih saja. Tidak perlu lauk. Karena aku tidak mau terbiasa memakan makanan mewah lagi, sehingga nanti disaat aku tidak bisa makan, aku bisa memakan makanan yang ada tanpa mengeluh tidak enak. Aku ingin terbiasa seperti itu." Jawab anak itu sambil tersenyum seperti malaikat.

Semua orang meneteskan air matanya pedih. Hana memegang dadanya yang terasa nyeri.

"Coba bayangkan, apakah kita sanggup seperti itu? Kita makan dengan ayam goreng saja masih mengeluh. Apa tidak ada lauk lain? Apa hanya ayam goreng saja? Ma, aku tidak suka. Yaallah, betapa tidak bersyukurnya kita." Ustazah Fatimah ikut menyeka air matanya yang tiba-tiba jatuh di kedua pipinya.

Semua orang menangis. Mungkin mereka sedang mengingat dan menyesali perbuatannya.

"Saya rasa tausiah saya cukup sampai disini. Semoga ibu dan adik-adik semua bisa lebih bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah. Wassalamu'alaikum warahmatuwohi wabarokatu." Ustazah Fatimah menutup tausiahnya kali ini dengan salam.

"Waalaikumsalam warohmatuwohi wabarokatu." Jawab mereka semua kompak.

Satu-persatu orang pun pergi. Di masjid hanya tinggal Hana dan Zahra saja yang tersisa. Mereka berdua masih menunduk dengan air mata berderai.

"Assalammualaikum Hana, Zahra, Kenapa kalian menangis?" Tanya Ustazah Fatimah, dia duduk didepan kedua perempuan cantik yang masih saja menunduk.

"Waalaikumsalam ustazah, kami merasa berdosa ustazah. Kami kurang bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kami." Zahra menjawab, sembari mengusap lembut air matanya.

"Kami selalu mencela dan berkata bahwa makanan yang Umi kita masak kurang enak. Makanannya hanya itu-itu saja. Kita tidak pernah melihat kejalanan, bahwa ada banyak orang yang kelaparan karena tidak punya makanan." Tambah Hana, Ustazah Fatimah tersenyum lembut kepada mereka berdua.

"Jangan disesali, ayo kita sama-sama memperbaiki diri. Tidak baik terus-terusan menyesali kesalahan kita yang sudah lalu." Ustazah Fatimah mengusap lembut pundak kedua perempuan di depannya. Zahra dan Hana mengangguk. Mereka mengucapkan istighfar dengan tangan menghapus sisa-sisa air mata mereka.

***

Hana mengkrucutnya bibirnya ketika Uminya tadi menyuruh dirinya untuk mengantar makanan ke rumah tetangga barunya.

Hana menutup matanya rapat-rapat ketika dia mengingat lelaki tadi. Sungguh Hana merasa dirinya telah berdosa.

Flash back on

"Assalammualaikum," Hana mengetuk pintu rumah itu. Sudah hampir 20 menit Hana berdiri di depan pintu rumah tetangganya.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now