22.Egois.

2.1K 147 0
                                    

Hana duduk di teras rumahnya sendiri. Kakaknya sedang pergi untuk olahraga. Rasanya Hana malas pergi ke kampus, dia dapat kelas siang hari ini.

Dari pada tidak ada kerjaan, Hana mulai mencuci mobil kakaknya. Hana tahu, kakaknya pasti capek setelah tugas di rumah sakit.

"Pagi ukhti." Sontak Hana yang kaget dengan sapaan tiba-tiba itu langsung mengarahkan selangnya hingga mengenai orang tersebut.

Hana membuang selangnya, lalu dia menatap tidak enak kepada lelaki di depannya.

"Maaf mas, aku tidak sengaja." Hana menunduk, harusnya dia tidak berbuat seperti itu kepada orang yang datang ke rumahnya.

"Gak apa-apa, salah aku juga dengan tiba-tiba. Hingga membuat kamu terkejut." Lelaki itu memaklumi perbuatan Hana.

"Ada apa ya? Tumben kesini?" tanya Hana kepada lawan jenisnya.

"Gak apa-apa, waktu aku lagi ngasih makan kucing aku, aku ngelihat kamu nyuci mobil sendiri. Jadi aku kesini." Jelas lelaki itu.

"Mas itu..."

"Aku yang dulu ketemu kamu di taman malam-malam. Aku Davit, ingatkan?" Potong Davit yang di balas Hana dengan anggukan kepala.

"Kamu ngomong sama siapa, Han? Kok gak di suruh masuk?" Seru Maryam dari dalam rumah. Maryam keluar menghampiri putrinya.

"Eh, anaknya bila ya?" Sapa Maryam, yang di balas anggukan kepala oleh Davit. Lelaki itu mencium punggung tangan Maryam dengan sopan.

"Yaallah, udah sebesar ini. Padahal kamu dulu masih kecil loh kalau diajak main mama kamu kesini." Maryam melihat Davit dari atas sampai bawah.

"Umi kok ngelihatnya gitu, gak sopan Umi." Tegur Hana, kepada Uminya.

"Dia dulu itu cengeng loh Han, orang kalau main sama kakak kamu dia itu gak mau. Kakak kamu kan galak." Maryam terus berbicara hal yang tidak Hana mau pun Davit mengerti.

"Masa sih, Umi?" Tanya Hana, sambil tersenyum tipis.

"Memang dulu dia pernah kesini beneran?" Tanya Hana, tidak yakin.

"Iya, terus entah hilang kemana. Gak pernah kelihatan lagi. Kakak kamu dulu aja sampai nangis-nangis nyariin dia, diakan teman mainnya kakak kamu." Jawab Maryam, sambil tersenyum kepada Davit.

"Sekarang ketemu lagi udah besar. Ganteng lagi." Puji Maryam, membuat Davit terkekeh.

"Masuk, Dav, Dev, atau siapa? Umi lupa." Suruh Umi, sambil mengingat-ingat nama lelaki di depannya.

"Davit Tan..."

"Umi aja. Biar manggilnya seperti Hana dan Fathur" Potong Maryam.

"Lain kali Davit kesini lagi, Davit mau pulang ganti baju dulu." Tolak Davit dengan nada halus.

"Lah, baju kamu basah begini kenapa?" Tanya Maryam yang baru menyadari kalau baju yang Davit kenakan itu basah.

"Heee..., gak sengaja aku siram pakai air. Selang yang aku pegang kena dia Umi." Cengir Hana, salah tingkah.

"Aduh Han, kamu ini..."

"Gak apa-apa. Kalau begitu aku permisi dulu." Pamit Davit, dia pergi dari rumah Hana.

"Gak nyangka Umi bisa ketemu sana dia lagi, Han. Umi...., astagfirullah, masakan Umi Han." Maryam berlari masuk kedalam rumahnya.

"Umi, umi, Kebiasaan kalau masak suka di tinggal-tinggal." Gumam Hana, sambil tersenyum tipis.

***

Setelah mandi Davit ingin turun ke lantai bawah. Tidak sengaja dia melihat Angga sedang berdiam diri sambil menatap sebuah foto di tangannya.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ