36. Bunda.

1.6K 93 0
                                    

Hana memeluk dirinya sendiri, dinginnya air hujan membuat kulit putihnya terlihat pucat. Tangannya terus mendorong motor metic mamanya dengan perasaan sedikit kesal.

Baju yang Hana kenakan basah kuyup terkena air hujan. Matanya berkali-kali mengerjab. Air hujan yang menetes mengenai matanya membuat kedua matanya perih.

Brug....

Hana tertunduk sambil memeluk tubuhnya sendiri. Motornya sudah ambruk diaspal. Matanya mulai berkunang-kunang.

Hana menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Rasa perih yang di sebabkan oleh luka di bibirnya tidak dia perdulikan.

Tit..., Tit..

Suara klakson mobil mengalihkan pandangannya yang semula menatap motornya yang ambruk diaspal beralih menatap mobil tersebut. Air mata Hana tumpah karena mendapati kaki kanannya tertimpa motor.

"Sttt..., sakit." Rintih Hana, sambil memejamkan matanya sebentar. Sebenarnya dia ingin pergi ke rumah Zahra yang katanya hari ini kedua orang tuanya resmi bercerai. Pusing di kepalanya yang terasa sedari tadi tidak Hana hiraukan. Yang terpenting adalah dia bisa berada disisi Zahra ketika sahabatnya itu butuh bantuan. Tapi naas, pusing dan hujan membuat dirinya terkapar tidak berdaya di jalan.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya lelaki tegap, di depannya. Hana hanya diam sambil menatap kakinya yang tertimpa darah.

"Yaallah Han, tahan ya?" Lelaki itu mengangkat pelan-pelan motor Hana. Setelah motor itu sudah tidak menimpa Kaki Hana, lelaki itu memegang kaki Hana yang terbalut kaus kaki coklat muda. Lelaki itu melepas kaus kaki Hana, lalu dia meniupnya.

"Apa terasa sakit?" Tanya lelaki itu, khawatir.

"Iya, tapi kakiku jangan di pegang. Sakit Kak." Sepertinya lelaki itu tidak menghiraukan ucapan Hana, dia merobek baju putih yang dia kenakan lalu membalut luka Hana.

"Kak Davit..." Pekik Hana, disaat Davit menyentuh kakinya. Lelaki yang menolong Hana adalah Davit, kakak dari Angga.

"Ini adalah bentuk penolongan pertama, semoga bisa mengurangi sakitmu. Sekarang kamu ikut aku, biar motormu diambil oleh orang bawahanku." Ucap Davit, dia tersenyum manis kepada Hana. Andai bukan Hana yang di berikan senyuman itu, mungkin perempuan itu akan memekik kegirangan. Ketampanan seorang Davit mampu membius siapapun. Dia memang tidak lebih dari nabi yusuf yang tampan dan sholeh. Tapi ketampanan Davit Hampir sama dengan Lee Minho. Davit bagaikan malaikat penolong untuk Hana, andai Hana tidak bertemu dengan Angga lebih dulu, pasti dia akan jatuh cinta kepada Davit.

Tanpa banyak bicara Davit langsung menggendong Hana masuk kedalam mobilnya.

"Pakai jaketku ini, semoga bisa sedikit menghangatkan tubuhmu." Davit memakaikan jaketnya ke punggung Hana.

"Terimakasih." Hana berucap terimakasih sambil memeluk dirinya sendiri. Dinginnya air hujan kali ini membuatnya semakin drop.

***

Hana mengerutkan keningnya dikala melihat Davit membelokkan mobilnya kehalaman rumah dia. Hana bingung, kenapa Davit tidak langsung mengantar dia ke rumahnya?

Davit menggendong dirinya menuju lantai dua. Dia menidurkan Hana ke kamarnya. Angga yang baru keluar kamar untuk mengambil minum, terkejut dikala melihat kakaknya pulang bersama Hana di gendongannya.

"Dia kenapa?" Tanya Angga, cemas. Semua itu bisa Hana dan Davit lihat di kedua matanya yang memancarkan kekhawatiran yang luar biasa.

"Berisik, ambilkan Hana bajunya mama. Karena baju yang Hana kenakan basah kuyup. Dia nanti bisa sakit kalau gak ganti baju." Suruh Davit yang langsung di patuhi oleh Angga.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now