26.bisakah kamu adil?

3.2K 167 3
                                    

Darah Hana dan Angga ternyata cocok. Sekarang Hana sedang melakukan  transaksi darah. Hana memejamkan matanya karena teramat takut melihat jarum suntik di tangannya.

Hana meringis saat jarum itu di lepas oleh dokter. Hana sudah mengeluarkan sekantong darahnya untuk Angga.

Air mata Hana menetes jika mengingat ucapan Angga tadi. Dia berniat mengenalkan Meli kepada keluarganya, sehingga dirinya sudah tidak berarti lagi untuk Angga.

"Silahkan beristirahat dulu, bu. Saya harus cepat-cepat memberikan darah ini untuk suami ibu. Sekali lagi saya permisi." Hana mengangguk. Dia membiarkan dokter itu pergi.

Dilain tempat Davit sedang mengobrol dengan Abim dan Fathur di ruang tunggu dekat UGD.

"Terus sekarang pihak kepolisian sudah berhasil menangkap pacar Angga dan lelaki yang ingin menyelakai dia?" Tanya Abim, mengintrogasi Davit. Dengan lemah, David menggelengkan kepalanya.

"Belum tahu, dok..."

"Abim saja." Potong Abim, sambil tersenyum ramah.

"Belum tahu, Bim. Aku masih sibuk ngurus Angga." Davit terlihat sangat lelah. Mendengar keadaan adiknya yang kritis membuat kepala Davit menjadi pusing.

"Kamu yang sabar. Angga pasti tidak apa-apa." Fathur mencoba menenangkan anak tetangga barunya. Sebenarnya dia juga tidak yakin dengan keadaan Angga yang akan baik-baik saja. Pasalnya Fathur tahu bahwa Angga kehilangan banyak darah. Dan parahnya lagi stok golongan darah Angga sedang tidak ada di rumah sakit ini.

Kepala Angga terus mengeluarkan darah dari mulai di caffe sampai ke rumah sakit. Hal itu membuat asumsi Fathur bahwa kecil kemungkinan untuk Angga bisa sembuh.

Saat ini Abim, Fathur, dan Davit kompak terdiam, mereka sedang bergelut dengan fikirannya masing-masing. Fathur tidak menyangka akan bertemu dengan Davit dalam kondisi seperti ini. Tadi dia bertemu dengan Davit saat mengajak adiknya jalan. Tapi ini....

Fathur tadi harus cepat-cepat datang ke rumah sakit saat pasiennya mengeluh sakit di bagian kepalanya yang baru selesai di jahit. Dia terpaksa harus membuat calon istrinya kecewa dengan sikapnya. Seharusnya dia malam ini bersenang-senang dengan Metta, tapi sayang, dia harus menelepon adik iparnya untuk menjemput Metta karena dia harus cepat datang ke rumah sakit.

Sedangkan Abim yang ingin menemui Hana yang sedang melakukan transfuksi darah merasa takut dengan Fathur. Dia sudah mengecewakan adiknya dulu. Rasanya seakan tidak pantas jika dia harus datang kembali di kehidupan Hana. Tapi hatinya menginginkan perempuan itu.

Dokter yang menangani Angga datang bersama para suster.

"Dokter Abim dan Dokter Farthur, kalian ada apa kesini? Apa pasien yang di dalam itu adalah saudara kalian?" Tanya dokter baru tersebut.

"Dia adik ipar saya." jawan Fathur, ragu.

"Oh begitu, tapi maaf, saya harus segera masuk. Kasihan pasien." Dokter baru itu tersenyum kearah Davit, Abim, dan Fathur.

***

Di teras rumah, Najib dan Bagas sedang dilanda panik. Sedangkan Bila dan Maryam sedang menangisi anak-anak mereka.

Fathur hanya bilang dia akan pulang larut malam karena harus menangani orang yang mengalami masalah dalam jahitan kepalanya. Dia juga bilang kepada kedua orang tuanya bahwa Hana pergi bersama Davit, dan nanti akan segera pulang. Tapi apa? Ini sudah jam 2 malam. Tapi Hana dan Davit belum juga pulang.

"Papa, cepat dong Pa, papa cepat lapor polisi." Suruh Bila dengan rahut wajah panik. Kedua putranya belum juga pulang sedari tadi. Bahkan mereka tidak memberi kabar kepadanya atau suaminya. Angga hanya bilang ingin ke caffe untuk menyegarkan fikirannya. Sedangkan Davit hanya bilang ingin jalan-jalan agar tidak suntuk di rumah. Tapi kedua putranya itu tiba-tiba hilang tiada kabar.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now