31.Masa bodo dengan saudara

2K 100 0
                                    

Hana duduk di samping Uminya yang sedang memakan buah mangga pemberian Metta, calon kakak iparnya.

Kakak laki-lakinya hanya pulang mandi, lalu dia pergi lagi dan belum pulang sampai sekarang.

"Umi, kakak itu ngapain sama Kak Metta? Kok jam segini belum pulang?" Hana angkat bicara dikala sepi melanda. Maryam melirik wajah anaknya yang sedang duduk di sampingnya sambil membawa buku resep makanan.

"Mana Umi tahu. Kamu tumben megang buku resep makanan, biasanya juga megang buku novel. Yang gini nih, kamu jangan rindu, rindu itu berat, kamu tidak akan kuat, biar aku saja." Hana mendengus mendengar sindiran mamanya.

"Hana kan juga pengen jadi istri yang baik buat mas Ang..."

"Umi tidak setuju kamu kembali lagi sama dia." Maryam terlihat sangat marah dikala Hana menyebut nama Angga di depannya.

"Aku tidak kembali kok sama dia." Hana menekuk wajahnya.

"Lalu?" Maryam tidak habis fikir dengan cara fikir anaknya. Sudah di sakiti berulang kali tapi malah ingin mengulangi.

"Bukankah aku dan Mas Angga belum pernah bercerai? Jadi aku dan dia masih SAH menjadi suami istri." Bibir Hana tersenyum senang, tapi tidak dengan Maryam.

"Umi tidak akan setuju. Sebaiknya kamu segera ke kamar untuk tidur. Biar Umi yang menunggu Abi dan kakakmu pulang." Maryam menghela nafas kasar. Dia tidak tega jika harus melihat anak perempuannya kembali menangis karena laki-laki yang sama.

"Tapi Umi..."

"Apa susahnya kamu mematuhi perintah Umi." Maryam berucap sedikit ketus kepada putrinya.

"Baiklah, selamat malam Umi. Assalammualaikum, aku tidur dulu. Hana sayang Umi." Setelah Hana selesai mencium pipi uminya, dia langsung berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Semoga Umi sadar akan perasaanku." Hana membuka pintu kamarnya sambil menghela nafas kasar.

***

Bila dan Bagas menatap putranya dengan mata berkaca-kaca. Bukan karena apa, sebelumnya dia belum pernah melihat putranya sholat.

"Baru kali ini Angga sholat, Bil. Dulu dia pernah sholat bersama dengan Bibi'. Tapi semenjak dia remaja, dia tahu sosok ibu, dia jadi berhenti sholat. Dia tidak mau mengenal lagi sosok allah, karena katanya allah itu tidak ada. Dia selalu sholat biar cepat di pertemukan kepada ibunya, tapi apa? Allah tidak mengabulkannya. Setelah itu Angga langsung tidak mau mangenal allah lagi, tapi dia tidak berbuat seenaknya. Anak kita itu pintar, dia menggunakan waktunya dengan terus belajar, tidak membuat onar di jalanan, dan selalu membuatku bangga dengan prestasinya. Sedari kecil aku selalu bungkam jika dia bertanya perial ibunya, hal itulah yang membuat dia marah kepadaku." Bagas mengusap cairan bening yang terus menetes lewat kedua pelupuk matanya.

"Apa sebegitu menderitanya dia, Pa?" Bila meremas dadanya yang terasa sakit. Putra pertamanya masih beruntung merasakan kasih sayang papanya, walau sebentar. Sedangkan Angga...

Bila menenggelamkan wajahnya di dada bidang Bagas. Dia meninggalkan Angga setelah 2 hari dia lahir di dunia. Bahkan putra keduanya hanya sempat merasakan asinya sebentar. Apa ini yang dinamakan orang tua yang kejam? Papa yang jarang berada di sampingnya dan mama yang tidak tahu dimana adanya. Angga memang hidup bergelimangan harta, tapi tidak dengan kasih sayang.

"Lalu setelah dia menemukan perempuan yang dia cintai, perempuan itu malah berkhianat. Perempuan itu meninggalkan dirinya." Bagas seperti seorang papa yang tidak berguna untuk putranya. Nyatanya dia gagal menjadi papa untuk Angga dan Davit.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now