19.Bahagia

2.2K 124 2
                                    

"Ini semua salah kakak yang pergi meninggalkan Hana sendiri." Seru Zahra, dia sedang memarahi kakak sepupunya. Lelaki itu uring-uringan saat mengetahui perempuan yang dia cintai di lecehkan orang lelaki lain.

"Dimana Fathut waktu itu? Hingga kejadian mengerikan itu terjadi?" Murka lelaki itu dengan sorot mata tajam. Seharusnya kejadian beberapa bulan lalu tidak terjadi jika Fathur bisa menjaga adiknya dengan baik.

"Kamu nyalahin Kak fathur? Intropeksi diri kakak sendiri dulu. Andai dulu kakak tidak pergi, pasti Hana tidak mungkin mengalami kejadian seperti itu. Pasti dia aman atas lindungan kakak." Bantah Zahra, tidak terima jika kakak sepupunya menyalahkan Fathur, kakak Hana.

"Tapi..."

"Kak Abim!!" Bentak Zahra, marah. Lelaki di depannya memang sangat egois. Dia meninggalkan Hana begitu saja, lalu apa bedanya dia dengan Angga si brengsek itu?

"Aku sungguh menyesal sudah meninggalkan dia." Abim tertunduk di depan Zahra.

"Terlambat." Desis Zahra, sambil tersenyum sinis.

***

Hana sedang mengikat tali sepatunya di depan halaman rumahnya. Matanya tidak sengaja melihat Angga masuk kedalam gerbang rumahnya sendiri dengan sorot mata tajam.

"Dek, ayo. Hari ini kakak ada tugas mengoprasi orang." Seru Fathur, sambil menggulung kemejanya. Hana bergegas lari menyusul kakaknya yang sudah berada di dalam mobil.

"Lama banget sih dek, cuma ngikat tali sepatu doang." Protes Fathur, sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Apaansih kak, kata Umi itu kita harus jadi orang yang sabar." Bela Hana, sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Heleh, alasan doang." Dengus Fathur, membuat Hana tertawa.

Mobil Fathur berhenti di depan Falkultas UI, jakarta. Hana bersalaman dengan kakaknya, setelahnya dia berjalan kedalam kelasnya. Sepanjang melewati koridor banyak orang yang menatapnya kagum. Selain parasnya yang cantik, Hana adalah tipekal perempuan bertalenta.

"Hana..." Panggil Zahra, sambil memeluk dirinya. Hana tertawa lebar, sahabatnya itu selalu berlebihan.

"Yallah, aku tuh kangen banget sama kamu. Ke kelas yuk, aku ada buku novel buat kamu." Ajak Zahra, dia menggandeng tangan Hana. Kedua sahabat itu masuk kedalam kelas.

"Kemarin tuh sepupu aku ngebeliin ini buat aku. Bagus loh ceritanya, judulnya Agamamu adalah maharku. Yaallah Han, aku sampai kebawa baper." Zahra berbicara sangat heboh kepada Hana yang hanya terdiam. Mendengar Zahra bilang kalau buku itu dari sepupunya, membuat dia tersenyum getir.

"Oh, dari sepupu kamu." Kata yang keluar dari bibir Hana membuat Zahra tidak enak. Zahra tahu, sahabatnya itu pasti sedang mengingat masalalunya bersama Abim, Sepupunya.

"Han..."

"Kemarin aku ketemu dia. Tidak ada yang berubah darinya, entah berapa banyak dosa yang allah berikan kepadaku karena aku sempat mengagumi lelaki yang tidak mahramku." Hana tersenyum getir jika mengingat kejadian kemarin. Rasa yang sudah dia pendam dalam-dalam kembali ada.

"Dulu aku sempat berharap bahwa kelak yang menjadi imamku adalah dia. Aku sangat bahagia ketika mendengar kata taaruf dari bibirnya. Tapi rencana yang allah berikan tiba-tiba membuat rasa bahagiaku menjadi kehilangan. Dia pergi tanpa aku tahu alasannya, dan sekarang dia kembali lagi Zah. Entah apa yang allah rencanakan, semoga derita ini cepat berlalu." Hana menumpahkan keluh kesalnya di depan sahabatnya. Zahra hanya terdiam, kakak sepupunya memang sangat menyebalkan. Ingin sekali dia membunuhnya sekarang.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now