12.apa ini sebuah kesalahan?

1.6K 118 0
                                    

Mata Hana terasa berat untuk dibuka. Aroma khas obat menyeruak masuk kedalam rongga hidungnya. Cat putih tulang menghiasi dinding disekitarnya.

Hana menolehkan kepalanya ke kanan, orang pertama yang dia lihat adalah kakak lelakinya. Dokter tampan itu sedang tidur sambil menggegam tangannya.

Perlahan air mata Hana meluncur. Dia harus menjawab apa jika kakaknya bertanya, kenapa dia bisa pingsan di pinggir jalan? Dia harus berkata apa nanti disaat kakaknya bangun?

"Hiks..., hiks..." Isak tangisnya lolos begitu saja. Sehingga Fathur yang sedang tidur menjadi terbangun. Reflek dengan cepat Hana mengusap air matanya.

"Kamu sudah sadar, dek? Kenapa bisa begini? Tadi ada orang yang membawa kamu ke rumah sakit. Kata dia kamu pingsan di pinggir jalan. Saat kakak ingin makan di kantin, gak sengaja kakak melihat kamu tidur di brankar rumah sakit dengan dokter yang mendorong kamu. Kakak cemas saat kamu belum juga sadarkan diri. Hingga kakak sampai lupa mengabari abi dan umi." Jelas Fathur, sebelum Hana bertanya. Fathur memeluk Hana yang terus menangis.

Ingin sekali Hana memberi tahu tentang rasa sakitnya kepada kakaknya. Rasa sakit yang menghantam keras dadanya. Hana ingin berteriak sakit, tapi bibirnya kelu.

Uminya pernah berkata kepada dirinya, bahwa aib suaminya adalah aib dirinya juga. Tentang perlakuan menyakitkan Angga, biar Hana pendam sendiri saja.

Hana tidak tahu sampai kapan dia harus menelan pil pahit pernikahan ini, setiap hari hanya bentakan dan amarah yang memenuhi rumah tangganya.

Entah sampai kapan Hana harus makan hati, semuanya begitu sangat mengecewakan.

Jika semua orang berbahagia setelah menikah, tidak dengan hal yang dialami Hana. Hana menderita sekarang ini.

"Kenapa adik kakak terus menangis? Apa Angga melukaimu? Apa dia menyakitimu? Apa dia pernah berbuat kasar kepadamu?" tanya Fathur, sambil membelai lembut rambut Hana. Sentuhan yang Fathur berikan membuat Hana kembali menangis.

Dia rindu suasa ketika dia belum menikah dulu, dia merindukan kasih sayang umi, Abi, dan kakaknya.

"Aku ingin pulang, suamiku belum aku masakin. Nanti dia makan apa?" Ucap Hana, hampir melepas infus di tangannya. Fathur mencegah tindakan Hana dengan cepat.

"Shut...., dia sudah besar. Jangan khawatirin dia."Fathur memberi pengertiaan kepada adiknya dengan sangat baik. Perkataan Fathur membuat hati Hana kembali teriris.

Iya, suaminya memang sudah dewasa. Dia bukan anak kecil lagi yang apa-apa harus diurus.

Setelah apa yang telah Angga perbuat kepadanya, kenapa Hana masih memperdulikannya?

"Lebih baik kamu makan sekarang, kakak suapin." Suruh Fathur lembut. Tidak heran jika Metta meleleh dengan sikap kakaknya.

"Hana kenyang." Tolak Hana begitu keras kepala. Kejadian kemarin sore tiba-tiba terngiang di kepalanya. Seakan tengah berputar seperti kaset rusak.

"Makan angin atau makan hati?" sindir Fathur, begitu tajam.

Jlep...

Hana merasa tertohok dengan perkataan kakaknya, lalu dia membuka mulutnya walau terpaksa. Fathur tahu itu, dia mengenal adiknya sedari kecil. Mau sekeras apapun Hana menyembunyikan masalahnya, Fathur akan tetap tahu.

Fathur beramsumsi bahwa rumah tangga adiknya sedang retak. Pasti Rumah tangga adiknya sedang hancur. Pasti ada masalah diantar keduanya.

***

Fathur diam di taman rumah sakit. Di sampingnya sudah ada Metta yang juga ikut diam sadari tadi.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now