16.Sakit tidak berdarah

2.2K 154 0
                                    

Bagaikan menelan pil pahit, Hana berjalan ke taman kampus sendiri. Zahra, sahabatnya itu sedang pergi ke rumah pamannya yang berada di palembang. Katanya kakak sepupunya yang sempat Hana kagumi dulu menikah dengan pramugari. Tadinya Hana ingin ikut, tapi dia sudah ketinggalan pelajaran lama, masa mau cuti kuliah lagi.

Semua terasa membosankan. Disaat Hana menoleh kesamping kanan, dia melihat suaminya yang sedang duduk di bawah pohon rindang bersama Alan. Sorot mata tajamnya sedang fokus kedepan buku yang dia pegang. Kadang tanpa sengaja Hana melihat banyak para mahasiswi yang mencuri pandang kepada suaminya.

"Aku mempunyai raganya, tapi bukan hatinya. Untuk apa ada ikatan, jika hanya membuat jatuhnya air mata." Batin Hana, dia memegang dadanya yang terasa sakit. Jika sampai Hana mundur, siapa yang akan menuntun Angga kejalan allah?

"Mbak Hana suka ya sama Mas Angga?Kok sedari tadi ngelihatin dia terus. Atau sama Mas Alan?" tanya adik tingkatnya yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Kalaupun saya suka, saya bisa saja memilikinya. Tapi saya sadar, semua itu hanya percuma. Dia mencintai orang lain." Hana menjawab dengan pandangan kosong. Lalu dia bangkit dari kursi taman itu untuk berlalu pergi.

"Tadi kak Hana ngomong apa?" Monolog perempuan yang memiliki kulit hitam manis, sambil meringis pelan.

***

Sekarang hal yang paling Hana benci adalah kembali ke apartemen suaminya. Sepupunya itu pasti sedang bertingkah disana.

Hana berjalan menghampiri seoang lelaki yang memakai jaket bertulis gojek. Hana berjalan cepat menghampiri lelaki itu. Tapi sebelum sampai kesana, pergelangan tangan Hana sudah lebih dulu di tarik oleh seseorang.

"Pulang bareng aku. Tunggu disini, aku yang cancel gojek itu." Suara lelaki yang sangat Hana hindari terdengar dekat di telinganya. Kenapa takdir seakan tidak berpihak kepadanya? Dirinya ingin menghindari suaminya, tapi malah di suruh satu mobil dengannya.

Angga berjalan dengan cool menghampiri gojek di depan gerbang kampus. Banyak mahasiswi yang menjerit tertahan atas ketampanan lelaki itu. Oh, ayolah, itu hanya Angga, setampan apapun dia, Nabi Yusuf lebih dari segalanya.

"Maaf mas, ini uangnya. Atas nama Hana Leonald saya cencel." Ucap Angga, sopan. Dia menyebut nama Hana dengen embel-embel marganya.

"Tapi disini tertulis Hana Aditama. Bukan Hana Leonald." Protes mas-mas ojek itu. Angga menghela nafas kasar, kenapa lelaki di depannya itu sangat menyebalkan?!

"Saya tekankan sekali lagi, atas nama Hana di cancel. Dia itu istri saya, Leonald marga keluarga saya, jadi mas pergi saja. Terimakasih." Geram Angga, emosi. Menurutnya lelaki gojek itu membuat darahnya naik.

Angga berjalan menghampiri Hana yang sedang berbicara dengan seorang lelaki yang sepertinya anak jurusan kedokteran. Ingin sekali Angga mengarungi Hana. Kenapa perempuan itu terus membuatnya kesal?!

"Kamu mau mati, hah?! Jangan dekati is_tri sa_ya." Geram Angga, dia menarik pergelangan Hana dengan kasar. Dia tidak suka apa yang sudah menjadi miliknya dimiliki orang lain.

"Maaf mas, aku tadi cuma tanya..."

"Kamu kira saya tidak tahu modus para lelaki seperti kamu. Pergi, sebelum aku buat hancur wajah pas-pasan kamu itu." Ancam Angga yang sepertinya tidak main-main. Lelaki itu pergi dengan cepat. Dia sadar, nyawanya hanya satu bukan seribu. Jika sampai Angga benar-benar menghajarnya, bisa mati dia.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now