3.Hancur

2.2K 135 0
                                    

Zahra sedang merenung dengan tatapan kosong. Sorot matanya memancarkan sebuah kepedihan yang mendalam.

"Zahra ada kak Alan!" Seru Hana, sambil memegang pundak Zahra. Biasanya ketika Hana menyebut nama Alan sebastian, Zahra langsung berteriak dan menatap lelaki itu dengan senang. Tapi ini berbeda, Zahra menatap lelaki itu dengan sendu. Air matanya tiba-tiba menetes.

"Apa semua lelaki itu jahat?" Pertanyaan aneh itu keluar dari bibir mungil perempuan di depannya.

"Apa semua lelaki itu egois? Apa mereka bisanya hanya menyakiti hati perempuan saja?" lanjut Zahra, Hana yang bingung dengan maksud sahabatnya itu hanya terdiam.

"Ayahku selingkuh dengan sekretarisnya sendiri. Bunda lagi ada di rumah sakit sekarang, aku tidak mau kehilangan mereka. Aku tidak mau mereka bercerai, aku tidak mau memilih salah satu dari mereka. Aku ingin tinggal dengan keduanya, bukan salah satunya." Isak Zahra, tidak tertahan. Dia duduk di pojokan kantin. Kepalanya menunduk, banyak pasang mata yang melihat kearahnya.

"Aku takut mereka akan berakhir dimeja hijau." Zahra menatap wajah Hana dengan tatapan nyalang.

Hana tidak bodoh. Dia cukup tahu apa maksud dari ucapan sahabatnya tadi. Hana memeluk Zahra dengan cukup erat. Dia menangkup wajah cantik perempuan berhijab di depannya dengan seulas senyum pedih.

"Aku yakin Bunda dan Ayah tidak akan berpisah. Apa Ayah sudah menjelaskan semuanya padamu?" Tanya Hana, lembut. Dia takut menyakiti hati sahabatnya. Kedua orang tua Zahra juga orang tuanya. Begitupun dengan sebaliknya.

"Aku dan Bunda sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk dia menjelaskan kepada kita berdua, siapa perempuan itu?! Aku marah, Aku kecewa, tapi bagaimanapun dia, dia tetap ayahku. Aku tidak bisa membencinya. Percayalah Han, aku sangat menyayangi Ayah dan Bundaku." Zahra terlihat sangat kacau hari ini.

Hana membawa Zahra keluar dari dalam kampus. Mereka berdua masuk kedalam mobil Zahra. Hana membiarkan Zahra menangis dengan keras, sedangkan dirinya sibuk menyetir.

***

Hana berjalan menyusuri danau ibu kota. Udaranya sangat segar, apalagi ketika sore hari seperti ini.

Zahra duduk di pinggiran danau, matanya terlihat sangat sayu. Dia tersenyum tipis sambil menatap air danau yang tenang.

"Bagaimana kelangsungan Hidupku, Han? Tanpa Ayah dan Bunda. Kalau mereka benar-benar pisah, aku tidak akan milih salah satu dari mereka. Aku akan tinggal di jogja bersama nenekku." Zahra membuka suaranya. Jujur, Hana sangat kasihan kepada sahabatnya.

"Jangan menghindar dari masalah, Zah" nasehat Hana. Zahra menanggapinya dengan kekehan pelan.

"Aku bukan menghindar, aku hanya mencari perlindungan kepada nenekku." Jawab Zahra, mencoba tegar dengan masalah yang menimpa keluarganya.

***

Angga memakan mie instant buatannya sendiri dengan otak yang terus berputar tentang kejadian tadi sore. Dia seperti melihat tetangga barunya sedang memeluk seorang perempuan yang sedang menangis.

Yang bikin Angga kepikiran adalah perempuan yang di peluk oleh Hana bukankah perempuan yang pernah Alan, sahabatnya ceritakan?

Perempuan manis yang berhasil mencuri hati sahabat karibnya.

"Mas Angga, besok Pak Bagas akan pulang, beliau berpesan kepada saya agar mas Angga ada di rumah ketika beliau sampai." Ucap asisten rumah tangga keluarga Angga.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now