15.sekejam itukah mereka?

2.4K 143 0
                                    

Hana sama sekali tidak mendengarkan meteri yang dosennya berikan. Fokus Hana hanya satu, tadi pagi dia melihat suami dan adik sepupunya keluar dari hotel. Tapi saat dia sampai di rumah, dia tidak melihat sosok lelaki tampannya yang sudah seperti bang Toyib itu.

Der...

Suara melengking Zahra membuat Hana mengerucutkan bibirnya. Hana sampai memegang dadanya tadi.

"Ngelamun aja, Han. Kebiasaan deh." Celetuk Zahra, dia duduk di depan Hana yang sedang menumpang dagu. Akhir-akhir ini sepertinya sahabatnya sering melamun.

"Mau pesan makanan apa? Biar aku yang pesanin." Tanya Zahra, sambil menaik-turunkan alisnya. Hana menggeleng pelan, dia sama sekali tidak bernafsu makan.

Berat badannya yang semula 47, sekarang tinggal 45. Hana sudah kehilangan 2 Kg berat badanya setelah menikah dengan Angga.

"Akan aku cincang suamimu jika sampai membuatmu kurus keronta seperti lidi." Ancam Zahra, begitu marah. Sahabatnya itu terus memilih bungkam saat dia tanya 'kenapa?'

Zahra benar-benar menyincang Angga kalau perlu memutilasi tubuhnya jika sahabatnya sampai stres.

"Jangan, kalau begitu pesankan aku rujak." Cegah Hana. Tapi sepertinya Hana salah bicara, di lihat dari mata Zahra yang melotot ketika menatapnya.

"Ayolah Hana, kamu belum sarapan tadi pagi, kamu sendiri yang bilang saat tidur di waktu dosen menerangkan. Katamu kamu ingin istirahat dan perutmu juga sangat sakit akibat belum sarapan. Lalu apa ini? Kamu malah menyuruhku memesan rujak untukmu? Ah, sepertinya otakmu itu bermasalah. Kamu dengar, rujak itu sangatlah pedas. Dan kamu belum sarapan tadi pagi, jika aku mengijinkan kamu makan rujak, wasalam. Sama saja aku mengantarmu kedepan pintu kematian." Ucap Zahra, panjang lebar. Sepertinya menasehati Hana butuh kesabaran ekstra. Otak batu seperti dia sangat susah untuk mencerna nasehat orang lain.

Bahkan Zahra tahu, sahabatnya itu mempunyai riwayat penyakit magh. Kalau sampai dia telat makan, magh itu akan kabuh dan menyerang dirinya. Ujung-ujungnya Zahra akan membawa Hana kerumah sakit. Zahra tidak mau semua itu terjadi.

"Biar ku telepon Kakak atau umi kamu, supaya mereka bisa memberi pengertian agar kamu mau makan." Tambah Zahra, sontak hal itu langsung membuat Hana tergagap. Matilah dia kalau sampai kakaknya tahu bahwa perutnya jarang sekali dia isi dengan nasi. Maka sudah Hana pastikan, Angga akan pulang tinggal nama.

"Baiklah-baiklah, belikan aku bubur sum-sum. Dan jangan lupa belikan aku teh hangat." Hana mengalah untuk Zahra. Setelah mendengar permintaan Hana, senyum senang Hana terbit di wajahnya.

"Oke, tunggu ya tuan ratu?" Canda Zahra, membuat Hana terkekeh pelan.

Sebenarnya Hana rindu dengan keluarganya. Terutama uminya. Hana sangat rindu masakan dan pelukan keluarganya. Jika dia datang ke rumahnya sendirian, pasti mereka akan menanyakan dimana Angga? Kenapa dia tega membiarkan dirinya main ke rumah sendiri?

"Makanan sudah datang." Seru Zahra, sambil meletakkan makanan yang sudah dia pesan di atas meja kantin. Tentunya tidak sendiri, Zahra datang bersama lekaki tampan yang tentu Hana kenal.

"Sore Hana?" Sapa lelaki itu. Hana tersentak kaget, Baru sadar jika hari sudah mulai sore, dia lupa jika dia tadi kuliah siang.

"Sore Kak Alan, silahkan duduk." Balas Hana, dia tersenyum canggung kepada Alan. Sedangkan Zahra.....

Oh ayolah, perempuan manis itu sedang menata jilbabnya. Dia tidak mau terlihat berantakan di depan lelaki yang sangat dia cintai.

Alan adalah lelaki pintar. Dia tidak seperti Angga yang menganggap kuliah sebagai tempat persinggahan ketika bosan di rumah. Tapi kebiasaan Angga yang seperti itu perlahan di rubah oleh Alan. Mereka berdua berusaha keras untuk loncat kelas. Sehingga di usia muda mereka sudah akan melaksanakan wisuda S3.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now