17. Sabar

2K 143 1
                                    

Hana menangis sepanjang perjalanan. Harus pulang kemana dia? Tidak mungkin dia pulang ke rumah orang tuanya. Hana tidak mau membuat keluarganya kecewa.

Hana duduk di pinggiran jalan, hujan rintik-rintik membuat dia memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan.

Baju yang Hana kenakan basah, Hingga membuat Hana beberapa kali menghela nafas kasar.

Demi apapun Hana baru kali ini bingung ingin pulang kemana? Jika dia pulang ke rumah Metta, calon kakak iparnya, pasti Alan akan tahu hancurnya keluarganya dan Angga. Hana tidak mau membuat Angga malu di depan sahabatnya karena telah melantarkan perempuan ketika malam begini.

Hana menatap gelapnya langit. Dia sungguh tidak tahu diri ketika datang ke rumah Zahra. Keluarga sahabatnya itu sedang mengalami masalah. Sangat tidak mungkin jika dia datang dan menambah masalah baru.

Kaki Hana berjalan menuju emperan toko roti sederhana yang dulu sering menjadi langganan Uminya. Toko itu sudah bangkrut.

Mungkin untuk malam ini biarkan dia tidur disini. Nanti pagi baru dia pulang ke rumahnya. Karena bagaimanapun seorang anak tetap akan pulang ke rumah orang tuanya.

"Terikasih tuhan, engkau telah menurunkan hujan untuk menemani tangisku." Ucap Hana, dia menatap gelapnya langit malam dengan bibir tersenyum tipis. Benar dugaannya, jika nanti pasti akan hujan.

***

Malam ini Angga tidak bisa tidur. Entah kenapa dia selalu kepikiran dengan Hana. Apakah perempuan itu sudah sampai ke rumahnya atau belum?

Sepertinya allah sedang murka karena dia menyakiti hati umatnya. Hana adalah perempuan baik-baik, tapi dirinya malah menyakiti perempuan itu hingga mengusirnya.

Langit menumpahkan isinya, seakan sedang mengutuk perlakuan kejam Angga. Dunia seakan tidak rela jika perempuan sebaik Hana tersakiti.

Angga berjalan ke balkon, dia melirik Meli yang sedanh tertidur pulas.

"Tuhan, tolong jaga Hana." Kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir Angga. Hujan yang semakin deras membuat Angga cemas.

Angga merasa sangat bodoh. Kenapa dia membiarkan Hana pergi saat langit sedang gelap? Kenapa dia tidak menahan Hana untuk tinggal disini sebentar? Sekejam itukan dia?

"Apakah dia ke hujanan di luar sana?" Angga begitu sangat kacau. Bagaimanapun Hana perempuan, seharusnya dia bisa menjaganya. Tidak seperti ini.

****

Hana mengusap perutnya yang rata. Dia sangatlah lapar hari ini. Bagaimana tidak? Dia habis kehujanan dan berjalan sangat jauh. Dari apartemen Angga hingga rumahnya.

Hal terbodoh yang Hana lakukan adalah dia pergi dari apartemen Angga dengan tidak membawa uang sepersenpun. Boro-boro untuk membeli makanan, ongkos untuk pulang ke rumahnya saja dia tidak punya.

"Aku harus tahan, sebentar lagi sampai rumah." Ucap Hana, menguatkan dirinya sendiri. Sunries baru saja muncul, tapi Hana sudah berada di depan rumahnya.

"Apa aku harus mengetuk pintu?" Monolog Hana, ragu. Dia tahu keluarganya jam segini sudah bangun karena pagar rumahnya sudah terbuka. Namun dia malu pagi-pagi mengetuk pintu rumah orang tuanya dengan keadaan basah kuyup.

Baru saja Hana ingin mengetuk pintu rumahnya, kakak tersayangnya keluar dan menatapnya penuh tanda tanya.

"Astagfirullah dek, kamu ngapain berdiri di depan pintu pagi-pagi begini? Suami kamu mana? Baju kamu kok basah gini?" Tanya Fathur, dia menatap kasihan kearah adiknya. Hana tersenyum lembut kearah kakaknya.

Derita Cinta Pernikahan ( Complite)Where stories live. Discover now