Part 39

11 1 0
                                        

"katanya jika ada kesamaan diantara kita, artinya jodoh. Seperti nama kita, Sagit & Sigit."

Setiap pertemuan kita selalu tentang kebetulan. Kau tahu kenapa? Karena tuhan mau kita bersama.

"Git, gue boleh nanya?" Sagit membuka suara setelah keheningan yang begitu lama. Setelah kejadian saat Sigit tak bisa memberikan bunga itu langsung karena mengira Sagit sudah memilih Sean, Sigit tak bisa berkata-kata lagi karena menyesal sudah mengambil kesimpulan yang salah dan gagal foto bersama Sagit.

Setelah ia mengetahui yang sebenarnya, ia benar-benar merutuki kebodohannya karena sudah salah sangka. Ia mengira jika Sagit sudah melupakannya karena akhir-akhir ini ia jarang sekali menghubunginya, ia khawatir Sagit bosan menunggunya. Tapi dibalik semua itu, ia sedang fokus belajar karena ia ingin masuk kampus impiannya. Namun siapa sangka, ternyata Sagit pun memilih kampus yang sama dengannya. Dan disinilah mereka kembali dipertemukan.

"boleh, mau nanya apa?" jawabnya.

"kenapa kamu gak nemuin aku waktu itu?"

"karena kamu lagi sama teman-teman kamu, aku gak mau ganggu."

"bukan karena... Se-an?" tanya Sagit ragu-ragu, takut jika ini hanya perasaannya saja. Bukan terlalu percaya diri, tapi ia pikir Sigit cemburu melihatnya bersama Sean.

Sigit memandang Sagit setelah mendengar penuturannya. Karena memang benar apa yang dikatakannya, ia pergi karena melihat Sean dan Sagit yang begitu akrab.

"bukanlah, geer banger lo."

Sagit berdecak kesal, Sigit kembali ke sifat aslinya. Rese!

Ternyata dugaannya salah, Sigit benar, ia terlalu percaya diri. Memang ia siapa mengharapkan Sigit cemburu padanya? Sadar Sagit, sadar.

"Haha, iyalah ya, mana mungkin kan. Sorry." Rautnya mukanya berubah masam, dan Sigit merasa bersalah karena tak bisa jujur.

"Git, sorry, gue gak maksud buat-"

"Gak papa Git, santai aja."

Suasana kembali hening, Sagita hanya memandang taman kampus yang semakin sore semakin sepi. Angin berhembus membuat rambutnya menjadi berantakan. Baru saja ia akan membereskan rambutnya tersebut, tapi Sigit lebih dulu mengambil alih. Dengan refleks, ia menatapnya dan tanpa sadar Sigit pun melakukan hal yang sama.

Debaran jantung keduanya tak bisa ditahan lagi, Sagit masih menyukainya bahkan sangat menyukainya, begitupun sebaliknya.

"Ah, sorry Git." Ia melepasnya setelah menyadari apa yang telah ia lakukan.

"Gak papa, aku menyukainya." Sagit tersadar dengan ucapannya. Ia benar-benar sudah memberikan kode keras sehingga Sigit kembali memandangnya.

"Eh Git, Udah sore, gue harus pulang. gue duluan ya." Tanpa mendengar jawaban Sigit terlebih dahulu, ia langsung buru-buru pergi karena tak mau mendapat pertanyaan dari Sigit. Ia tak mau terlihat begitu menyukainya, meski perasaannya tersebut lebih dari sekedar suka.

Halte Bus, tujuannya sekarang. Hari ini ia akan naik Bus saja untuk menghindari Sigit kalau-kalau dia mengejarnya. yah... kalau, jika tidak, itu justru lebih bagus lagi.

Titt....

Suara klakson motor mengalihkan perhatiannya saat ini, dengan refleks kakinya berhenti berjalan ketika ia melihat sebuah motor yang sangat ia kenali tengah berhenti didepannya. Dialah si pengendara yang tengah ia hindari, Sigit.

"Ayo naik, gue anterin pulang." Tawarnya.

"Ngga usah Git, gue pulang naik Bus aja." Jawabnya kemudian kembali berjalan meninggalkan Sigit lagi.

Suara klakson kembali berbunyi membuat Sagit kembali menatapnya. Sepertinya hari ini ia harus pulang bareng Sigit lagi.

"Git, gue anterin Lo pulang. ayo." Tawarnya lagi.

"Gak us-" belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, Sigit lebih dulu menarik tangannya untuk mendekatinya dan memasangkan helm padanya. Lagi-lagi ia hanya terdiam dengan perlakuan Sigit.

"Ayo naik, gue anterin Lo hari ini ya." Nadanya terdengar lembut dan membuatnya tak bisa menolaknya lagi. Persetan dengan ucapannya tadi, ia harus pergi dengannya.

***

Sagit : thanks tadi Lo udah nganterin.

Satu kebodohan lagi yang dilakukannya, setelah Sigit memberinya tumpangan, bukan berterima kasih ia malah pergi begitu saja bahkan membawa helmnya. Dan bodohnya lagi ia baru ingat setelah sampai di kamarnya.

Sagit : dan helm lo, besok gue balikin. Sorry, kebawa.

Tanda centang biru sudah terlihat dilayar handphonenya, dengan tergesa ia langsung mematikan data selulernya karena tak berani melihat balasannya. Ia berniat akan mengaktifkan kembali besok pagi. Terlalu dengan kebodohannya hari ini.

***

"Centang satu? Mungkin Sagit udah tidur. Sleep well My Sweetie"







***
Tbc

Sagit & SigitWhere stories live. Discover now