Part 34

24 1 1
                                        

"kita berawal dari game, bukankah kita bisa melanjutkan lagi dalam game? Ini belum benar-benar berakhir."

***

Welcome to mobile Legend!

Sebulan sudah ia lewatkan. Menjadi pacar Datta ternyata tak seindah bayangannya dahulu. Datta memang selalu baik dan perhatian, namun itu tak beri efek bahagia padanya. Mungkin karena rasa itu telah hilang untuk Datta.

Sebulan juga ia tak bertemu Sigit. Berbicara soal Sigit, membuatnya rindu akan sosok itu. Terakhir ia melihatnya, ya pas ulang tahun sekolahnya. Waktu itu juga ia tak bisa bertegur sapa dengannya, hanya melihat. Gimana kabar dia sekarang?

First Blood!

Memainkan game ini, membuatnya teringat akan kenangannya bersama Sigit. Mobile Legend menjadi saksi bisu kisahnya dengan cowok yang sering ia sebut, gamers rese.

Weggin : Angela mid!

Tunggu!
Weggin?
Serius ini Weggin?
Ah, mungkin namanya saja yang sama. Ini bukan Sigit Weggin yang ia kenal. Pikirnya.

Weggin : vc (voice chat) oyy!

"Angela tar ulti yang bener yak?"

Deg!

Suara itu, ia kenal suara itu. Suara dari orang yang ia rindukan saat ini. Tapi bagaimana bisa kebetulan seperti ini, lagi?

Benedict Sigit Weggin.

Cowok yang ia sebut gamers rese, karena tiba-tiba membuatnya jatuh cinta hanya karena panggilan "babe" saja. Dan tanpa sengaja dipertemukan karena masalahnya dengan Sean, dahulu. Mungkin ia harus berterima kasih pada Sean karena telah mempertemukannya dengan cowok gamers favoritnya. Namun ia juga agak kesal, karena harus dipertemukan dengan Datta juga, cowo masa lalunya.

Double kill!

Triple kill!

Maniac!

An ally has been slain!

"fuck that shit!"

Terdengar umpatan disebrang sana, pasti Weggin tengah kesal karena gagal savage untuk kedua kalinya.

Sagit : sorry, gue kena kill.

Jujur saja Sagit tak berani membuka mulutnya karena takut jika Weggin itu benar-benar Sigit. Jika memang ya, harusnya dia tahu kalau Sagit ini adalah orang yang pernah ia kenal. Jika masih ingat, harusnya dia sudah tak asing lagi dengan nama akunnya. Tapi disini, Sigit tak membahas apapun, sepertinya dia memang sudah melupakannya.

Gue sayang sama lo, Git.

Satu Kalimat itu terus terngiang ditelinganya, membuat ia merindukan akan sosok itu. Sosok yang berhasil membuat hari-harinya indah, tapi semua lenyap ketika ia telah salah menjatuhkan hati, hati yang tak seharusnya ia berikan pada cowo yang justru telah berkomitmen. Namun siapa sangka, semua berubah, waktu seakan berpihak padanya, selalu saja ada momen dimana dia dan Sigit dekat. Tapi sekarang Sigit menjauhinya, karena Datta.

An ally slain lord

'lord terbunuh musuh!' teriak batinnya. Arrgh ini juga salahnya yang gak bisa fokus dan malah flashback. Berbagai umpatan ia dapatkan dari timnya karena sedari tadi dia hanya berputar-putar dan tidak bermain.

Angela gak guna!
Angela noob!
Angela bocah!

Sagit hanya bisa elus dada setelah membaca komentar-komentar negatif tentangnya. Padahal ia sering kali mendapat komplain seperti itu, tapi lagi-lagi ia bawa hati dan membuatnya patah hati berkali-kali. Sabar.

"fokus dong Git, hem?"

Sagit menelan ludahnya susah payah, setelah mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya. Apa itu tadi? Ia tidak salah dengar? Git? Apa dia benar-benar Sigit? Apa Sigit masih mengingatnya?

"ayo serang lord barengan!"

Bibirnya membentuk senyuman. Ia benar-benar senang sekali, setidaknya ini bisa membuat ia dekat dengan Sigit lagi.

"kita berawal dari game, bukankah kita bisa melanjutkan lagi dalam game? Ini belum benar-benar berakhir."

***

Datta : temui gue dibasecamp setelah pulang sekolah!

Sigit menatap bingung pesan yang baru ia terima dari Datta, entah apa yang akan anak itu lakukan sekarang. Membuatnya kembali pada Litta? Tidak, ia takkan melakukan kesalahan itu. Litta udah main dibelakang, dia juga sudah mengaku sendiri, jadi gak ada buat dia kembali. Bahkan rasa itu sudah tergantikan sekarang.

Setelah sampai di basecamp, dia bahkan tidak melihat Datta sama sekali. Apa mungkin dia terlambat datang? Mungkin saja kelasnya belum benar-benar selesai.

1 jam kemudian...

Sigit benar-benar kesal sekarang. Datta udah mengerjainya. Kenapa ia harus dibuat menunggu seperti ini? Apa tidak puas dia merebut Sagit saja darinya?

Tunggu!

Memang dia siapa? Sagit juga telah mengaku kalau dia memang menyukai Datta.

Sigit menghela nafas, kasar. Harusnya ia sadar dirikan? Gak gini! Kenapa ia terus yakin kalau Sagit itu tidak menyukai Datta, melainkan dirinya. Tapi kenyataan menamparnya, membuatnya kembali sadar, kalau Sagit tidak bisa ia miliki.

Arrgh... Mungkin Datta memang tak datang, harusnya ia tak usah mempercayai Datta sekarang. Dia sudah berbeda, dia tidak seperti temannya lagi. Dia sudah berubah.

Ia beranjak dan pergi meninggalkan tempat itu, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok cewe yang ada didepannya. Sosok yang begitu ia kenali. Dia berdiri dihadapannya dan tersenyum lembut padanya.

"Hai, Igit."














***
Tbc

Sagit & SigitWhere stories live. Discover now