"seburuk-buruknya mantan, dia tetap orang yang pernah membuat kita bahagia walau sesaat."
"lo yakin ini ruangannya?" tanya Sagit ketika ia dan Sean sampai diruangan yang Sigit bilang.
"iya, Kata ketos rese sih gitu." jawabnya agak sedikit kesal karena ia harus menyebut ketos menyebalkan itu, sekarang.
"ayo masuk." ajak Sagit, Kemudian mereka masuk diikuti Sean dibelakangnya.
"permi--" tiba-tiba saja mulutnya terasa keluh ketika ia melihat siapa yang tengah duduk dibangkar tersebut. Hatinya kembali tergoyah, orang yang selama ini mencoba untuk ia lupakan, kini ada dihadapannya, menatapnya kaget sama seperti dirinya.
Putera Aludatta, atau yang akrab disapa Datta adalah seorang ketua Basket di Sma Garuda, cowo berperawakan tinggi dengan mata sipitnya itu adalah seseorang yang pernah menjadi spesial dihati Sagit.
"Sagit." panggilnya. "apa kabar?" lanjutnya. Sagit tersenyum miris, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa adalah hal yang paling Sagit benci. Tersenyum padahal hati sangat terluka adalah hal yang tak pernah mau ia lakukan. Datta justru kebalikannya, ia bisa berpura-pura seperti yang sedang ia lakukan sekarang ini.
"kalian saling kenal?" tanya Sean yang sedari tadi hanya terdiam menyaksikan adegan drama didepannya ini. Mereka seakan tengah melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu, ah tidak, Sean merasa Sagit yang hanya merasakan itu, Datta justru kebalikannya, sikapnya biasa saja.
"iya, kita--"
"temenan. Iya, gue sama Sagit temenan." jawab Datta, cepat. Teman. Dibalik kata teman, tanpa ia sadari ada seseorang yang terluka. Diperlakukan istimewa tapi dianggap tak lebih dari seorang teman kadang membuat kita salah dalam mengartikan maknanya. Termasuk Sagit, ia salah menyangka kalau ternyata Datta melakukan hal itu hanya untuk bersenang-senang saja, tanpa ia tahu kalau Sagit justru terbawa perasaan karenanya.
"oh, temen lama ya." tebak Sean, Sagit menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangis yang kini tengah membendung dikedua kelopak matanya. Jujur saja, ia sebenarnya sudah tidak tahan jika harus terus berhadapan langsung dengannya seperti ini. Hatinya terluka kembali, ia tidak bisa menopang pertahannya dan akhirnya airmata itu meluncur begitu saja dikedua pipinya.
"lo masih inget gue?" Sean berjalan mendekati Datta, sedangkan Sagit kini ia tengah berusaha untuk menahan tangisnya agar tidak terdengar. Namun semakin ia tahan, maka semakin terdengar jelas isak tangisnya.
"lo kan yang kemarin buat gue jadi kayak gini." sungutnya, karena baru menyadarinya. Kedua lelaki ini masih tak sadar dengan keadaan Sagit sekarang, dengan langkah cepat ia segera meninggalkan ruangan itu.
"gue mau minta maaf sama lo." ucap Sean sambil mengulurkan tangan mengajaknya berdamai. "gue nyesel dan gue mau berdamai sama lo."
"oke, gue maafin." jawabnya sambil membalas uluran tangannya, "gue juga minta maaf karena udah mancing emosi lo."
"jadi, sekarang kita harus temenan." kata Sean.
"oke." jawabnya.
"lho, Sigit kemana?" tanya seseorang yang baru masuk tanpa permisi tersebut.
***
Sagit berlari dengan kencangnya menuju tempat yang menurutnya cocok untuknya menangis. Baginya di bully karena noob lebih baik daripada harus bertemu Datta seperti ini. Jika ia tahu orang itu Datta, maka ia tidak akan mengiyakan ajakan Sean.
Brukk
Tepat ketika Sagit akan berbelok, lagi-lagi ia harus menabrak seseorang. Pikirannya yang masih kacau membuatnya jadi tidak fokus berjalan dan mengharuskan ia menabrak seseorang.
Dan untuk kesekian kalinya, orang yang ia tabrak, Sigit. Entah ada ikatan apa, sebelum mereka bertemu tanpa sengaja seperti ini pasti harus ada adegan saling tabrak dulu.
"ya ampun Git, lo hobi banget ya nab--" sebelum Sigit selesai bicara, Sagit terlebih dahulu pergi dan itu membuatnya bingung. Karena rasa penasarannya, Sigit mengikutinya. Dan sampailah ia ditaman belakang Rumah Sakit yang memang jarang sekali ada yang mengunjunginya. Dan Sagit memilih tempat yang tepat untuknya menangis.
Suara tangis Sagit memecah keheningan. Satu kelemahan Sagit, paling gak bisa nangis tanpa suara. Jika ia ingin nangis, maka ia harus mengeluarkannya saat itu juga.
"Sagit kenapa?" Batin Sigit. Sebenarnya ia sedikit penasaran dengan Sagit, tapi ia tahan rasa itu Karena bertanya sekarang takkan mendapatkan apa-apa. Ia hanya memerhatikannya dari kejauhan.
"Sigit." panggil seseorang yang membuat Sigit menoleh, mendapati seorang cewe berambut sebahu dengan dress selutut berjalan ke arahnya. Namun sebelum dia sampai, Sigit terlebih dahulu menghampirinya, tak ingin jika dirinya melihat Gisa.
"ayo." ajaknya.
"lo tadi ngapain disana?" tanyanya disela perjalanannya menuju ruangan dimana Datta, sahabatnya dirawat.
"nggak, udah jangan banyak nanya."
***
Tbc
YOU ARE READING
Sagit & Sigit
Fanfiction"mabar lagi kuy!" "gak ah, tar nyusahin lagi." "gak papa beb, slow." "hah?" " :-* " "tanda apaan tuh?" "tanda sayang :-* " ------------------------------------------------------ "anjay... Digombalin gamers rese!" - Vannilia Sagit Libby. "cie... Bap...
