"Sekuat apapun lo berusaha mencuri perhatiannya, itu takkan mengubah fakta bahwa dihatinya hanya ada gue."
Sagit masih memerhatikan dua cowok yang masih tak mau memalingkan wajahnya satu sama lain, mereka masih asik dengan tatapan tajam mereka, seolah mereka tengah beradu argumen melalui kontak mata mereka. Ia makin khawatir, kemudian berjalan mendekat ke arah mereka, samar-samar ia akhirnya mendengar mereka membuka mulut.
"kita tanding one by one minggu depan!" ucap Sean menantang, ia masih belum puas untuk hari ini.
"gue tunggu!" balasnya lagi kemudian berbalik menyusul yang lainnya untuk segera pulang. Sekilas Sigit menatap ke arah Sagit yang berdiri tak jauh darinya dengan tatapan yang tak terbaca. Sementara Sagit segera menundukan kepalanya ketika lagi-lagi ia harus terkunci dengan mata teduh itu.
Kamu tahu, kamulah yang kini ingin ku hindari, kenapa kamu malah selalu muncul dihadapanku?
Sean menatap Sagit dan Sigit dengan tatapan tak suka, pemandangan ini sama ketika halnya Sagit pertama kali bertemu Sigit dan kebetulan saling kenal. Ia membenci pemandangan seperti ini.
***
"gue tanya sekali lagi, siapa dia sebenernya?" sekali lagi Litta menyelidik, setelah ia melihat kejadian tadi, ia jadi ragu akan jawaban Sigit yang terus mengelak bahwa dia dan cewek Instagram itu tak ada hubungan khusus. Namun, setelah melihat kejadian tadi ia ragu, ia curiga, ia takut, jika nanti Sigit justru jatuh hati padanya dan melupakan dirinya.
"cuma partner game doang." jawab Sigit santai, kemudian menaiki sepeda motornya yang masih terparkir dihalaman SMAN 2.
"kalau cuma partner, kenapa lo liatin dia kayak gitu?" Litta mundur sedikit ketika Sigit memundurkan motornya.
"gitu gimana? Biasa aja tuh." jawabnya acuh, kemudian memasang helm dan menyalakan mesin motornya bersiap untuk pergi.
"bohong! Aku tau kamu, Igit." Litta masih mengintrigasinya, Sigit menyerahkan helm agar segera dipake.
"udahlah, sekarang kita pulang!" katanya tak mau masalah ini terus dibahas. Bukan tak mau menjelaskan, hanya saja ia harus memikirkan terlebih dahulu cara menjelaskannya pada Litta agar dirinya mau mengerti.
"ini belum selesai, jangan menghindar!" Litta menaikkan volume suaranya satu oktaf, agar Sigit mau menjelaskannya dengan jujur.
"apa lagi, sih?" Sigit mulai kesal, lalu ia membuang muka enggan untuk menatap gadis yang Sagit panggil sebagai 'cewek Direct Massage'. Namun, lagi-lagi ia harus melihat Sagit yang sedang berjalan beriringan dengan Sean. Tatapannya berubah menajam ketika pandangannya beralih pada Sean yang juga tengah menatapnya dengan senyuman seolah berkata, "lo boleh saja menang pertandingan hari ini, tapi Sagit ada digenggaman gue!'
Perlahan ia mencoba meraih tangan Sagit bermaksud untuk memanas-memanasi Sigit, namun usahanya gagal ketika ia baru saja menyentuh tangan Sagit namun tangannya malah terangkat ke atas untuk menyingkirkan rambut hitamnya yang mengganggu wajahnya. Sean berdecak kesal ketika rencananya gagal, sementara Sigit tersenyum penuh kemenangan seolah mengejek Sean karena gagal mendapat perhatiannya.
Sekuat apapun lo berusaha mencuri perhatiannya, itu takkan mengubah fakta bahwa dihatinya hanya ada gue.
"jauhin dia kalau lo masih ngehargain gue sebagai cewek lo!" katanya bernada memerintah, ia sudah yakin, ini kesekian kalinya ia memergoki Sigit yang diam-diam menatap Cewek Instagram itu.
"ayo naik, kita pulang." tak mau banyak bicara, Sagit segera menyuruh Litta naik dan segera pergi.
***
Tbc
YOU ARE READING
Sagit & Sigit
Fanfiction"mabar lagi kuy!" "gak ah, tar nyusahin lagi." "gak papa beb, slow." "hah?" " :-* " "tanda apaan tuh?" "tanda sayang :-* " ------------------------------------------------------ "anjay... Digombalin gamers rese!" - Vannilia Sagit Libby. "cie... Bap...
