Part 16

48 5 0
                                        

"Tidak apa-apa kalah dalam pertandingan, asal aku bisa menang dihatimu"

"dimana Sagit?" tanya Sean ketika Nana dan Aid sampai.

"dia..." Nana memutar tubuhnya ke belakang untuk memastikan Sagit mengikutinya dari belakang. "lho, Sagit mana?"

"dia gak dateng?" tanya Sean.

"dia dateng kok, tadi ada dibelakang kita kan, Na?" kata Aid. Nana mengangukan kepala sambil melihat sekeliling untuk memastikan kalau Sagit tidak mencoba pergi. Pandangannya terhenti ketika matanya menangkap sosok Sagit dipinggir lapang, tak jauh tempat dimana anak-anak SMA Garuda berada.

"itu Sagit." tunjuk Nana. Sean dan Aid mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Nana, benar saja ia mendapati Sagit yang berdiri sedang menatap seorang cowok berperawakan tinggi dengan stelan Basket yang sama dengan anak SMA Garuda.

Sigit?

Sean mengenal cowok itu, ia tak suka cara Sagit memandangnya, mereka seolah sedang saling mengungkapkan perasaan melalui tatapan mata. Tentu saja pemandangan ini membuat emosi Sean memuncak, tangannya mengepal kuat, wajahnya memerah menahan amarah. Ia kemudian berjalan mendekat ke arah Sagit dan Sigit, namun langkahnya melambat ketika datang seorang cewek yang langsung merangkul lengan Sigit dengan posesif, satu kesimpulan yang dapat Sean ambil saat itu, cewek itu adalah pacar Sigit.

"Sagit!" panggil Sean yang membuat Sigit dan Litta ikut menoleh. Sigit menatap Sean, sinis. Ia melepaskan tangan Litta dan pergi keluar dengan kesal.

"Igit... Lo mau kemana lagi?" Litta ikut mengejar Sigit kembali dengan perasaan bingung, bertanya-tanya.

Sepeninggalnya mereka, Sagit kemudian berjalan mendekati Sean. Ia sedikit bersyukur Sean memanggilnya barusan, jika tidak mungkin ia akan kena labrak pacarnya Sigit, karena melihat raut wajah Cewek itu, ia dapat menyimpulkan kalau Sigit belum menjelaskan apa-apa tentang dirinya.

"lo harus dukung gue ya, biar gue semangat mainnya." kata Sean antusias, jujur saja ia akan senang jika tebakannya benar. Sigit benar punya pacar, dan itu artinya Sagit akan mulai menjauh dari Sigit. Ia tahu, Sagit takkan jadi PHO (Perusak Hubungan Orang).

"pasti!" jawabnya mencoba antusias, menutupi rasa sakit dihatinya. Sebenarnya bertemu Sigit membuat mood nya bertambah jelek. Mendukungnya? Entahlah, dirinya saja butuh pendukung saat ini.

***


Pertandingan antara SMA Negeri 2 dan SMA Garuda telah dimulai, untuk kesekian kalinya tim SMA Garuda mencetak poin, tentu saja hal ini membuat Sean frustasi. Bagaimana bisa Sigit main sehebat itu? Dia bahkan lebih hebat dari Datta. Entah strategi apa yang dia gunakan, sehingga membuat Sean kelabakan dibuatnya. Mereka bermain terlalu cepat sehingga membuat tim SMA Negeri 2 tak bisa mengimbangi permainannya.

Sementara Sagit tak kicep melihat kemampuan Sigit dibidang olahraga Basket. Entah kenapa ia merasa pernah melihat yang seperti ini, tapi ia tak ingat kapan? Entah kenapa ia merasa seperti sedang menonton streaming Mobile Legends, Sigit. Ah... Ia baru ingat, ini strategi yang Sigit gunakan di ML, ia pernah menontonnya saat itu.

"gile... Ketua OSIS SMA Garuda jago banget mainnya, gue gak pernah liat permainan sekeren ini." kata Nana ketika mendapati lagi-lagi Sigit mencetak poin dengan gerakan super cepat.

"gue malah ngerasa liat tim Power Rangers lawan tim Teletubies." celetuk Sagit yang membuat Nana bingung dibuatnya. "dia player ML, ini startegi yang dia gunakan di ML." jelasnya lagi yang membuat Nana tambah bingung.

"lo lagi ngomong apaan sih? Power Rangers? Teletubies?"

"iya, pokonya gitulah. Gue males jelasin." jawab Sagit kemudian kembali fokus pada pertandingan. Nonton basket seseru ini ternyata, pikirnya.

Apa ini karena Sigit?

Mana mungkin!

Pertandingan selesai, tentu saja dimenangkan oleh tim SMA Garuda. Hasil poin akhirnya, 15 untuk SMA Negeri 2 dan 25 untuk SMA Garuda. Sean mendesah kecewa, bagaimana bisa ia dikalahkan seperti ini?

Sean menatap Sigit sinis, ia sungguh tak terima jika dikalahkan dengan cara seperti ini, bagaimana bisa Sigit sehebat itu? sedangkan Sigit menatapnya meremehkan, seolah berkata 'segini doang kemampuan lo? Mengecewakan!'.

Untuk kesekian kalinya Sean mengumpat dalam hati, tangannya mengepal kuat menahan amarah. Jika ia bisa, rasanya ia ingin membuat Sigit seperti Datta, tapi ia masih punya harga diri takkan mencelakakan orang tanpa kesalahan. Hari ini ia benar-benar akan mengalah, karena memang kalah sih.

Tidak apa-apa kalah dalam pertandingan, asal aku bisa menang dihatimu...

"kita tanding one by one minggu depan!" ucap Sean menantang, ia masih belum puas untuk hari ini.

"gue tunggu!"




















***
Tbc

Sagit & SigitWhere stories live. Discover now