Part 24

39 6 0
                                        

"semakin aku menjauh, semakin aku tak bisa menghindarimu."

***

Menjadi koordinator lapangan cukup menguras banyak tenaganya, beberapa pertandingan dan selama itu juga Sagit yang memantau perkembangannya. Memastikan jika disana pertandingan aman dan tak ada bentrokan yang terjadi. Selama itu lancar-lancar saja, sampai ke pertandingan antara SMAN 2 dan SMA Garuda. Pertandingan ini terbilang sengit karena terlihat dari banyaknya penonton yang memenuhi lapangan indoor tersebut, juga kedua tim tersebut tampak serius dalam bermain dan saling mempertahankan poin masing-masing. Terlihat dari skor sementara yang hanya 5-5.

Permainan semakin kasar membuat Sagit sedikit cemas, Sean tampak tengah serius memandang bola yang sedang dimainkan oleh Datta, ketua tim basket dari SMA Garuda. Ia tampak berpikir cara merebut bola dan langsung memasukan ke dalam ring tanpa halangan sedikitpun. Sagit jadi greget sendiri melihatnya, sekaligus penasaran apakah Sean akan berhasil merebutnya. Dan dengan gerakan cepat Sean merebut bola tersebut dan langsung mendriblenya dengan gerakan secepat mungkin dan ya skor bertambah dari tim Sean karena berhasil memasukan bola ke dalam ring.

"bagus."

"arrgh."

Sagit menoleh ke sampingnya melihat siapa yang baru saja mengumpat, apakah dia tak senang jika tim sekolahnya berhasil mencetak poin? Begitu pikirnya. Namun ketika ia dapat melihat jelas siapa yang berdiri disampingnya, ia baru menyadari kalau sekarang ia tengah berada ditengah-tengah SMA Garuda. Matanya membulat sempurna kala cowok yang berada disampingnya kini menoleh ke arahnya, menatapnya sendu seolah ada sesuatu yang tak bisa tersampaikan, tapi ia tak tahu apa itu, atau ini hanya perasaannya saja? Tanpa menatap kembali ke arahnya, Sagit berbalik dan meninggalkannya.

Baru beberapa langkah, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seseorang yang menarik tangannya hingga ia melenceng dan terjatuh. Ia meringis karena merasakan sakit dibagian kakinya, sepertinya kakinya terkilir. Matanya terbelalak ketika mengetahui siapa yang kini berada dibawahnya, yang juga meringis kesakitan. Suasana mendadak terasa hening, ia menatap mata teduh milik Sigit, dia tersenyum ke arahnya, senyuman yang membuat hatinya tenang,dengan refleks ia juga balik tersenyum ke arahnya. Lama mereka saling tatap, sampai senyuman itu memudar ketika Sagit ingat ini adalah kesalahan. Ia segera bangkit namun kakinya terasa sulit digerakkan, ini benar-benar sakit. 

"aww..." rintihnya ketika kaki Sigit tak sengaja menyentuh kakinya.

"oh... Sori," ucapnya. "hey kalian, bantuin!" teriaknya yang membuat kerumunan itu jadi membantu Sagit untuk bangun. Sean datang kemudian menghampiri Sagit yang diikuti Aid dan Nana.

"Git, lo gak papa kan?" tanyanya khawatir karena bola yang dilemparkan Datta hampir mengenainya, tapi sedetik kemudian ia tak melihatnya lagi, ia lanjut bermain sampai banyak kerumunan orang yang membuatnya tersadar jika yang ia lihat adalah Sagit.

"mana yang sakit?"

"kayaknya kaki gue terkilir nih."

"ya udah, ayo kita ke UKS." Sean kemudian mengangkat Sagit ala brydal dan segera membawanya ke UKS, namun langkahnya terhenti kala melihat Datta yang menyeringai ke arahnya, seolah berkata "yakin lo bakal ninggalin pertandingan?" Aid yang mengerti hal itu akhirnya angkat bicara.

"lo lanjutin mainnya, biar Sagit gue yang bawa."

Sean tampak berpikir, namun akhirnya ia menyerahkan Sagit pada Aid, ia juga tak bisa meninggalkan pertandingan ini begitu saja. Ia hanya bisa melihat Sagit yang menghilangkan dibalik pintu.

***

Sigit hanya bisa menatap Sagit yang menghilang dibalik pintu. Usaha untuk menyelamatkannya dari bola yang akan mengenainya gagal, justru ia malah melukai kaki Sagit.

"arrgh..." ia meringis ketika merasakan punggungnya yang terasa sakit karena menghantam lantai juga tertimpa tubuh Sagit.

"ayo, lo juga harus ke UKS." ucap seseorang yang ia ketahui adalah adik kelas yang kemarin telah membantunya.

"gak usah." tolaknya.

"ayolah kak, disana bisa ketemu kak Sagit." Sigit terbelalak, bagaimana bisa gadis ini tahu keinginannya.

"ayo kak, gue tau lo sengaja narik kak Sagit karena pengen deket-deketan kan?" tebaknya sok tahu.

"sok tau! Gue gak papa."

"ayo kak." ia menarik Sigit agar mengikuti sarannya, akhirnya ia pun pasrah, sepertinya tubuhnya juga butuh istirahat sebentar. Pikirnya.

"kak, upahnya coklat lagi ya?"


















***
Tbc

Sagit & SigitWhere stories live. Discover now