Part 23

54 7 0
                                        

"menyibukkan diri adalah salah satu cara  untuk sedikit mengalihkan perhatian darinya."

***

Hari ini Sagit ditunjuk menjadi Perwakilan Kelas (PK), untuk membantu OSIS menyambut hari Ulang Tahun sekolahnya. Awalnya ia menolak, tapi teman-temannya mempercayainya. Disinilah dia sekarang, di Aula sekolahnya. Rapat sudah berlangsung selama 15 menit, dan selama itu juga tak henti-hentinya Sean mengajaknya mengobrol dan itu membuatnya menjadi sangat tidak fokus. Dia memperkenalkan orang-orang yang berbicara didepan, seolah dirinya adalah siswa baru yang belum mengenal siapa-siapa disini.

"udah tau." jawaban itu yang selalu dilontarkannya, dan Sean sudah mau protes karena Sagit mengenal anak-anak OSIS tapi tidak dengan dirinya.  Kemudian jawaban Sagit membuatnya memberenggut, "gue sekretaris!"

"baik cukup dulu pertemuan kita kali ini, silahkan rundingkan dengan tim masing-masing. Jangan lupa untuk selalu lapor pada ketua pelaksana. Oke, selamat bekerja." akhiri ketua OSIS tersebut.

"siap, baik." jawabnya serempak.

Sagit kebagian tugas menjadi koordinator lapangan, itu artinya ia harus selalu mengecek keadaan lapangan nanti, dan ia juga harus mempersiapkan peralatan yang digunakan buat lomba yang diadakan pada opening nanti. Mulai hari ini sampai minggu depan, ia akan menjadi sibuk.

Sagit merebahkan dirinya ditengah lapangan, ia benar-benar lelah, nafasnya terengah. Membersihkan gedung olahraga bukan perkara mudah, coba saja para siswa disini mau disiplin depan tidak buang sampah sembarangan, pasti ia tak harus cape-cape membersihkannya.

"Kak Sagit?" panggil seseorang membuat Sagit menoleh ke sumber suara, terdapat cewek yang lebih muda darinya dan berjalan ke arahnya.

"kenapa?" tanyanya, tak biasanya ada adik kelas yang memanggilnya.

"ini buat Kakak." katanya sembari menyodorkan sebotol air minum dingin padanya.

"buat gue?" tanyanya lagi untuk memastikan, gadis itu mengangguk. "dari siapa?"

"dari cowok, aku gak tahu namanya. Ya udah kak, aku duluan ya." katanya kemudian pergi meninggalkannya.

Sagit masih bertanya-tanya, siapa yang membawakannya minuman, ia cek minuman itu dan tutupnya masih segel. Itu artinya minumannya masih aman, karena ia sedang benar-benar dehidrasi sekarang, ia terpaksa meminumnya. Menunggu temannya datang, itu terlalu lama. 

Tanpa ia sadari, seseorang sedang memerhatikannya dan tersenyum ke arahnya.

***

Sigit menelusuri lorong SMA 2, mencari ruang OSIS. Hari ini ia diundang ke sekolah ini untuk diajak kerja sama agar ikut berpartisipasi dalam grand opening nanti, dan pastinya harus ikut juga pada grand closingnya. Langkahnya terhenti didepan gedung olahraga, tempat dimana ia lagi-lagi bertemu Sagit. Sudah lama ia tak berinteraksi dengannya, sepertinya ia merindukannya.

Langkahnya terhenti kala ia menangkap sosok yang tengah terbaring ditengah lapang, lelah terpatri diwajahnya, tampak keringat yang membanjiri gadis itu. Ia kemudian mengambil botol air yang baru ia beli didepan tadi, ia sempat ingin menghampirinya, namun ia ingat, ia sedang dalam tahap menjauhinya. Ia mengurungkan niatnya dan kembali keluar, namun wajahnya berbinar kala melihat seorang gadis bersurai panjang dengan jepit kecil yang menghiasinya.

"permisis dek." ucap Sagit.

"kenapa?" tanyanya.

"kasih ini ke Sagit ya?" gadis itu mengerutkan keningnya tanda ia bingung, ya karena ia tak tahu siapa Sagit?

"emang ada ya namanya Sagit?"

"itu yang dilapang, kasih ini ke dia ya?"

"oh ya udah." katanya langsung berjalan mendekatinya. Terlihat mereka tengah mengobrol, sesekali ia mengumpat dibalik tembok gedung tersebut agar Sagit tak melihatnya. Tak lama gadis itu kembali lagi.

"udah kak."

"oke, thanks ya."

"upahnya?" celetuk gadi itu yang membuat Sagit membelalakan matanya tak percaya. Sungguh? Gadis ini meminta upahnya? Gila, cewek SMA 2 ada yang matre.

"gue ada coklat, mau?"

"boleh deh." jawabnya, kemudian menerima coklat tersebut.

"oh iya, ruang OSIS dimana?"

"dari sini belok kanan, ruangannya ada diujung." jawabnya.

"oh oke, makasih." gadis itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan Sigit, ia kemudian mengintip kembali ke ruangan dimana Sagit berada, tampak Sagit tengah meminum air darinya, dan ia tersenyum senang karena Sagit masih mau menerima pemberiannya, meskipun dia tidak tahu jika minuman itu darinya.

"permisi." Sigit terlonjak kaget kemudian berbalik. "cari siapa?" tanyanya. Sigit jadi gelagapan karena tercyduk sedang mengintip. Sekarang ia harus cari alasan apa?

"gue Sigit, Ketua OSIS SMA Garuda. Gue lagi cari ruang OSIS, dimana ya?" jawabnya, untung saja ia ingat tujuan awalnya datang ke sini.

"oh, Kak Sigit. Ya udah, sini gue anter." cewek bertubuh pendek dengan rambut sebahu yang ber name tag Reyna itu kini menunjukkan arah ke tempat yang akan dituju.

Ia mengikuti langkahnya dan melirik ke dalam gedung itu untuk melihat Sagit sekali lagi, tapi sayangnya ia tak bisa melihatnya karena terhalang oleh orang-orang yang akan masuk ke dalamnya. Ia hanya menghela nafas dan tersenyum miris.

























***
Tbc














Sagit & SigitWhere stories live. Discover now