"get well soon :)"
***
Refleks, Nana dan Aid langsung masuk ketika mendengar teriakan itu, terlihat Sagit yang lagi nangis sambil sesegukan dipelukan Sigit. Sigit berusaha menenangkannya dengan mengusap-usap punggungnya, berharap tangisnya mereda.
"Bapak apain Sagit?" pekik Nana lalu menghampiri Sagit dan segera memeluknya erat.
"Bapak cuma obatin kakinya, biar cepet sembuh." jawabnya. "ya udah, Bapak mau balik ke ruangan, banyak kerjaan."
"makasih pak Ihsan." ucap Bu Lisa. "oh iya, siapa tadi yang sakit lagi?"
"saya Bu." Sigit lalu mengikuti Bu Lisa agar mengobatinya di sofa saja. Matanya tak henti menatap Sagit, entah kenapa ia ikut merasakan sakit melihat keadaan Sagit yang seperti itu. Nana memberinya minum untuk sedikit menenangkannya, dan Aid juga ikut menghibur sahabatnya itu.
Tak lama kemudian, Sean datang, disusul dengan Datta juga, mereka langsung menghampiri Sagit dan melihat kondisinya. Ia terpanik-panik melihat Sagit yang tampak letih sambi menyender ke bahu Nana, dengan sigap Sean langsung mengambil alih posisi tersebut yang membuat Nana sedikit protes karena dia berlaku seenaknya. P
"gue anter pulang ya?" Sean kini menatap Sagit lekat, berharap ia mau menurutinya kali ini.
"gak usah! gue udah janji mau nganter dia." terdengar sahutan, refleks semua yang ada diUKS menoleh ke sumber suara, yang dilirik hanya mendengus ketika mereka baru sadar ada Sigit juga disana. Datta yang awalnya berniat buat ketemu Sigit, jadi teralihkan melihat kondisi cewek yang pernah membuat hatinya nyaman itu dalam keadaan lemas seperti itu. Andai gak ada Sean, mungkin dia bisa ganti posisi itu.
"tidak... Tidak..." gumamnya, kenapa ia jadi berharap pada Sagit lagi? Tapi ia tak bisa mengelak, ia memang berharap ada diposisi itu lagi, dimana bahunya selalu menjadi sandaran ternyaman Sagit, waktu itu.
"kenapa lo?" ia tersadar dari lamunannya dan hanya gelengan kepala yang ia lakukan sebagai responnya.
"lo gak papa kan Git?"
"anjir, geli gue." Sigit bergidik melihat temannya yang tiba-tiba perhatian seperti itu.
"geer lu, gue nanya Sagit." jawabnya santai dan langsung membekap mulutnya yang asal ceplos sembarangan.
"kok lo tahu Sagit?" tanya Sigit penuh selidik, Datta menjadi gelagapan, bingung harus menjawab apa? Seharusnya mereka gak tahu tentang hubungannya dengan Sagit.
"itu... Hm... Tadi kan Sean sempat bilang mau liat kondisi Sagit disini, jadi gue tahu. Iya." alibinya, Sigit hanya ber oh ria menanggapinya.
"ayo kita pulang." Sean memapah Sagit, tapi seseorang menghalangi jalannya.
"gue kan udah bilang, Sagit pulang sama gue!" tegasnya, Sean tak memperdulikannya dan melanjutkan langkahnya.
"woy, lo gak denger ya?" suaranya naik satu oktaf, membuat Sean dan Sagit kembali menoleh kearahnya.
"gue pulang bareng Sean." ucapnya dingin, Sean menyeringai, tercetak senyum kemenangan.
"gak bisa gitu dong Git, gue harus tanggung jawab, gara-gara gue kaki lo--"
"gak papa. Sean, buruan!"
Sigit hanya menghela nafas berat, ia tahu pasti Sagit sedang menjauhinya. Ia memegang bahunya yang menjadi sandaran bagi Sagit, rasanya masih terasa, dimana Sagit memeluk tangannya erat dan ia langsung bersandar dibahunya untuk menenangkannya.
***
"thanks ya, Sean." Sagit memberikan helm pada Sean.
"iya, tapi lo bisa jalan sampe rumah?" tanyanya khawatir, karena Sagit hanya mengijinkannya sampai gerbang rumahnya.
"iya, ya udah, sana pulang, udah sore."
"lo masuk duluan."
"iya." Sagit hanya menurutinya, karena tak ingin banyak bicara dengan Sean, ia lelah dan ingin istirahat saja.
Setelah sampai dikamar, ia langsung menghempaskan diri dikasur mengingat kejadian yang ia alami hari ini yang lagi-lagi melibatkan Sigit, cowok yang sedang berusaha ia hindari, tapi bukannya semakin menjauh, malah semakin dekat. Ada saja kejadian yang membuatnya lagi-lagi ketemu Sigit. Ia terus merenungi, kalau kayak gini caranya, ia mana bisa cepet move on?
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, seorang wanita setengah baya menghampirinya dan duduk dibahu ranjang.
"ini ada yang kasih buah buat kamu." Sagit mendongak dan segera bangun untuk melihat apa yang mamanya bicarakan itu.
"buah? Dari siapa?" tanyanya penasaran.
"gak tau, dari cowo, ganteng lagi." Sagit semakin bingung dengan ucapan mamanya, dengan sigap ia segera mengobrak-abrik kantong yang berisi buah tersebut dan secarik kertas menghentikan pergerakannya.
Dear Sagit
Get well soon :)
Pengirim tanpa nama.
***
Tbc
YOU ARE READING
Sagit & Sigit
Fanfiction"mabar lagi kuy!" "gak ah, tar nyusahin lagi." "gak papa beb, slow." "hah?" " :-* " "tanda apaan tuh?" "tanda sayang :-* " ------------------------------------------------------ "anjay... Digombalin gamers rese!" - Vannilia Sagit Libby. "cie... Bap...
