"gak ada lagi tentang kamu, yang ada, tentang game, game dan game. Kini kau telah pergi!"
***
Victory!
Victory!
Victory!
Jam sudah menunjukan pukul 00.30, namun Sigit, cowok yang baru memasuki kelas 12 itu masih setia dengan ponselnya. Semua orang juga akan tahu dengan sekali melihat, apa yang tengah dilakukan cowok itu. Ya, tentu saja bermain game online. Semenjak ia resmi putus dengan Litta tadi siang, harinya ia sibukkan dengan bermain game, game dan game. Gak ada lagi tentang Litta, hanya tentang game.
Tak dapat dipungkiri, Sigit sangat mencintai Litta. Ia bertahan sejauh ini karena ia masih mencintai Litta, wajar saja ia melampiaskan kekesalannya pada game. Cowok mana yang tak kecewa ketika mengetahui fakta kalau orang yang dicintainya justru menjalin hubungan dibelakangnya. Ia pikir Litta akan sabar dengan sikapnya, jika ia tak suka kenapa juga dia tak bicara padanya? Ia juga akan melakukan apa yang dia minta.
Egois!
Ya, Sigit sadar ia egois. Disisi lain ia ingin mempertahankan Litta, namun tak dipungkiri ia juga diam-diam menyimpan rasa pada Sagit. Tapi ia juga berusaha menjaga hatinya untuk Litta, namun apa balasannya? Ia telah diselingkuhi, dan ia kecewa pada Litta.
Satu bintang lagi, ia naik divisi Mythic-divisi tertinggi-Dimana hanya gamers sejati yang bisa naik ke divisi tersebut. Dan Sigit, akan segera menjadi gamers sejati, sekali lagi ia menang, maka divisi itu kan ia dapat.
Victory!
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"wuhuu..." ia langsung melompat-lompat diatas ranjang, saking bahagianya ia masuk divisi itu, bahkan lebih bahagia waktu Litta menerima pernyataan cintanya, dulu. Pergerakannya terhenti kala ia teringat hari-hari indahnya bersama Litta, yang semua hanya tinggal kenangan saja.
Hari ini dan selanjutnya, hidupnya tanpa Litta lagi dan gak ada Litta lagi. Dia hanya akan merambat jadi kenangan masa lalu yang tak perlu ia tengok kembali.
***
"kak Sigit, jangan ngelamun mulu. Tenang, kak Sagit bentar lagi sembuh kok dan pasti ikut acara closing nanti. Baru dua hari udah kangen aja." celetuknya yang membuat Sigit membelalakan matanya, tak menyangka jika SMA 2 punya siswi semacam ini, sungguh luar biasa.
"sok tau!"
"baru putus ya? Tenang, kak Sagit masih belum taken kok sama kak Sean." pembicaraan ini menarik perhatiannya. Entah kenapa, setelah gadis ini mengatakan nama Sean, ada rasa panas dalam dirinya, mendadak ia penasaran dengan kedekatan kaduanya.
"Sagit sama Sean?"
"iya, kak Sean tuh suka sama Kak Sagit, tapi kak Sagitnya keliatan biasa-biasa aja."
"oh gitu." responnya, sok tak peduli. Padahal dalam dirinya ia berharap gadis ini menceritakan apa yang ia tahu.
"sebelumnya kenalin dulu, gue Miya, sepupunya kak Sean." sungguh Sigit tak pernah menduga kalau gadis ini ada hubungan dengan Sean. Tapi, kenapa Miya malah mendukung dirinya bukan sepupunya itu?
"kak Sean itu tertarik sama kak Sagit karena cuma kak Sagit, cewe satu-satunya yang menolak ajakannya." disela ceritanya, Sigit menyunggingkan senyuman, sudah ia duga, Sagit tuh beda, dia tak seperti cewek-cewek pada umumnya. Bukan hanya Sean, ia juga tertarik dengannya.
"kadang gue mikir, type kayak apa sih cowok yang kak Sagit pengen?" ia membalikan tubuhnya jadi menghadap Sigit. "setelah liat lo, gue tau, ada yang beda dari tatapan kak Sagit dan lo. Waktu jatuh kemaren, gue tahu, kalian ada rasa, tapi entah kenapa kalian malah keliatan saling menjauh. Dan itu menjadi inspirasi tersendiri buat gue, karena sekarang gue ada ide buat novel baru gue."
"what the-- ada udang dibalik batu ya lo!" Miya hanya nyengir tanpa dosa.
"yang penting, gue udah kasih info tentang kak Sagit ke lo kan." Sigit hanya diam, tak merespon. Tatapannya tertuju pada lapang basket yang sudah sepi itu, ia jadi kembali berpikir, apa iya yang dikatakan gadis ini?
"gue saranin, kalau lo suka ke kak Sagit, kejar. Sebelum diambil kak Sean, tar lu murung lagi."