Part 13

42 7 0
                                        

"setelah mendengar penuturanmu, aku sadar, kini saatnya aku menjauh."

Mulmed : Sean Hawort


Setelah bel pulang berbunyi...

Sagit segera memasukkan alat tulisnya ke tas dengan wajah lesu. Sedari tadi, hatinya tak tenang, belajar pun rasanya menjadi tak semangat. Padahal pelajaran terakhir adalah matematika, pelajaran yang disukainya. Tapi setelah mendapat pesan tersebut, Sagit merasa dibohongi. Kenapa Sigit harus memperlakukannya bak seorang pacar, jika dirinya sendiri juga sudah mempunyai pacar? Apa maksud semua perhatian dan panggilan sayangnya? Sekedar candaan?

Sagit lagi-lagi menghela nafas dalam, berusaha menenangkan jantungnya yang lama kelamaan semakin sesak. Rasanya ia sulit bernafas, bagai terkena serangan asma. Padahal dirinya tidak ada riwayat penyakit itu sebelumnya.

"Git, lo kenapa? Ada masalah?" tanya Nana yang sedari tadi memerhatikan teman sebangkunya itu. Tak biasanya cewe penggila Mobile Legends itu begitu tak bersemangat hari ini, pasti ada masalah. Pikirnya.

"gak papa kok, Na. Kok lo belum pulang?" tak ingin mendapat banyak pertanyaan, Sagit mencoba mengalihkan pembicaraan.

"kebiasaan deh, kalau ada masalah gak mau cerita." Nana mengerucutkan bibirnya karena tak dapat jawaban yang ia harapkan, sedangkan Sagit terkekeh geli melihat lucunya Nana yang memasang wajah ngambek seperti itu. Melihat sahabatnya riang kembali, Nana mengukir senyuman dibibirnya, berarti dirinya berhasil membuat Sagit tersenyum kembali.

"nah gitu dong, jangan murung mulu. Kelas serasa mendung tau." ujarnya.

"emang mendung, kayaknya mau ujan deh." kata Sagit ketika melihat keluar jendela, awan mendung hari ini dan sudah dipastikan akan turun hujan lebat.

"iya, ya. Ya udah, yuk pulang." ajak Nana, tapi bukannya ia meraih tas dan siap pulang, Sagit malah mengambil ponselnya.

"lo duluan deh, gue mau main ML (Mobile Legends) dulu." katanya, ia pikir lebih baik nunggu hujan reda dulu daripada harus kehujanan diperjalanan nanti.

"ya ampun Sagit, gue pikir lo lupa sama game itu, karena pas tadi istirahat lo gak main. Eh, tau nya malah sekarang mau main." kata Nana, sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Sagit yang amat sangat terobsesi dengan game online tersebut.

"tiada hari, tanpa ML."

"hadeuh... Ya udah, gue balik duluan aja dah."

Sepeninggalnya Nana, Sagit kembali duduk dibangkunya, dengan posisi tangan menopang dagu. Ia menghela nafas kasar ketika kembali teringat akan pesan yang dikirim dari Instagram Sigit, tapi si pengirim bukan Sigit. Ia tahu, pasti pacarnya Sigit yang mengirimkan itu, karena si pengirim memakai embel-embel igit'nya gue. Ia juga tau, itu peringatan untuknya agar segera menjauh, ia juga sadar akan posisinya. Tadinya ia pikir Sigit takkan seperti Datta, namun nyatanya ia jauh lebih buruk dari mantan gebetan lamanya itu.  Setidaknya Datta menunjukan rasa tidak sukanya, tidak seperti Sigit yang malah justru terlihat menyukainya, tapi nyatanya dia punya orang lain.

Suara petir membuat Sagit tersentak, kaget dan ia mengusap dadanya untuk meredakan rasa terkejutnya.

Hari ini hujan akan benar-benar lebat.

Ia memandang ponselnya tanpa berniat untuk menyalakannya. Jujur saja, ia takut jika dapat pesan dari Sigit dan menyatakan kalau yang mengiriminya pesan lewat Direct Massage di Instagram memang benar, pacarnya. Namun disisi lain, ia juga harus mengaktifkan ponselnya karena harus mengabari kepada mamanya kalau hari ini ia akan pulang telat karena nunggu hujan reda.

Benar saja, ketika ponselnya aktif, banyak notifikasi yang masuk dan kebanyakan dari aplikasi chat-nya, Whatsapp.

Benar saja, kontak dengan nama Sigit menjadi pesan paling atas karena dikirim 5 menit yang lalu.

Sigit : jangan chat di Ig

Sigit : Ig gue dipegang sama My Princess

Sigit : WA aja.

Sagit cukup paham dengan ini, ini jelas kode keras kalau dirinya harus menjauh, kalau dirinya bisa saja jadi pengganggu. Ini saatnya ia menjauh! Selama ini ia salah jika menganggap Sigit lebih dari sekedar partner game, selama ini ia juga salah jika menganggap Sigit ada sesuatu padanya, karena selama ini Sigit hanya menganggapnya partner game. Mungkin kali ini ia harus menegaskan kembali, jika Benedith Siggit Weggin adalah partner game.

Just Partner

***

"seperti apa yang gue bilang, minggu depan tim basket SMA kita akan melawan tim basket SMA Negeri 25." jelas Sigit dipertengahan rapatnya.

"lo tau kan, Datta masih belum bisa main?" satu dari anggota tim basket mulai angkat bicara. Bukankah si Ketua OSIS ini tahu, kalau Datta adalah kaptennya. Dan bagaimana mereka bisa main tanpa Kapten?

"gue tau, kita liat dulu perkembangan Datta. Dia udah bisa main atau nggak minggu depan. Kalau gak bisa..." Ia menggantung kata-katanya, mulai berpikir, sekiranya siapa yang pantas menggantikan Datta nanti.

"Sigit yang akan main." suara beritone itu membuat semua yang ada disana menoleh ke arah sumber suara, dan mendapati Datta yang berdiri diambang pintu dengan tongkat untuk menopang kakinya yang cedera.

"gue?"

"iya, lo." jawabnya sembari berjalan menuju tempat duduk untuk bergabung bersama yang lainnya.

"tapi Dat, kayaknya gue gak bisa. Lo tau, gue udah lama gak main." katanya beralasan. Semenjak ia menjabat sebagai Ketua OSIS memang ia sudah tidak sempat berlatih basket lagi, padahal sebelumnya ia hampir mendapatkan jabatan yang kini menjadi milik Datta.

"lo tau, kali ini kita harus menang. Lo liat, gue gak bisa main lagi." keluhnya sembari menunjukan kakinya yang terbalut gips.

Sigit mulai berpikir, apakah ia harus mencoba main basket lagi sekarang? Tapi apakah akan sebagus dulu? Bahkan ia sudah lupa bagaimana strategi untuk melumpuhkan lawan. Ayolah, Basket tak semudah main Mobile Legends.

"gue... Gak bisa, Dat." tolaknya yang membuat semua orang mendesah kecewa. Mereka juga tahu kemampuan Sigit dibasket dulu tak diragukan lagi, bahkan mungkin jika Sigit tak menjabat Ketua OSIS dan fokus dibasket, Datta akan kalah.

"lo bisa Git." Datta meyakinkan Sigit.

"iya, lo pasti bisa." seru yang lainnya.

"masih ada waktu buat latihan." seru yang lainnya lagi.

"oke, gue ikut main."



















***
Tbc



Sagit & SigitWhere stories live. Discover now