Part 15

38 7 0
                                        

"Aku selalu menunggu saat-saat seperti ini, tapi ku pikir hari ini berbeda."

Mulmed : Bannedith Sigit Weggin



Sagit menghentikan langkahnya ketika ia berada didepan pintu indoor tersebut, ragu apakah ia harus masuk atau tetap diam. Aid dan Nana yang terlalu senang karena akhirnya Sagit mau diajak nonton Basket, sudah berjalan mendahuluinya, sepertinya mereka lupa kalau Sagit akan meragu ketika sampai dipintu lapangan Indoor tersebut. Dari pintu ini ia dapat melihat Aid dan Nana yang berjalan mendekati Sean yang tengah melakukan pemanasan. Jujur, ia sangat takut jika harus bertemu Sigit.

Sagit menghela nafas untuk mengumpulkan keberaniannya, jika ia takut bertemu Sigit, kenapa ia tak menundukan kepalanya saja untuk menghindarinya?

Baru saja ia menginjakan kakinya ke ruangan indoor tersebut, seseorang yang datang dari arah berlawanan tiba-tiba menabrak pundaknya yang membuat Sagit kembali ke tempat semula.

Emang gue gak diijinin masuk ya.

"maaf kak, gak sengaja." ucap cowok bertubuh tinggi dengan stelan yang sama dengan Sean, itu pasti adik kelasnya.

"iya, gak papa." jawab Sagit, adik kelasnya saja tak mengijinkannya masuk, baru selangkah, udah didorong keluar. Batinnya.

Mungkin kali ini Sagit memang gak harus menunduk, kalau ia ditabrak lagi, nanti malah gak masuk-masuk. Dengan langkah gontai, ia mulai masuk, baru saja ia akan berbelok untuk masuk lebih dalam ke dalam gedung tersebut, iris matanya bertemu dengan sepasang mata teduh.

Deg

Jantungnya berpacu hebat, namun rasanya berbeda. Jika dulu rasanya bahagia, tapi sekarang justru rasa sakit yang ia rasakan.  Cowok yang dari awal ia tak harapkan kehadirannya, kini malah muncul dihadapannya. Memang tadi sebuah firasat, kenapa juga ia harus nekad? Padahal adik kelasnya tadi sudah memberi peringatan.

Cukup lama ia menatap Sigit dari jarak yang kurang dari dua meter itu, ia mengalihkan pandangan pada gadis yang berjalan mendekati Sigit, tiba-tiba dia merangkul tangan Sigit, posesif.  Satu kesimpulan yang dapat Sagit ambil saat itu, ini pacar Sigit, juga cewek Direct Massage itu.

***

Sigit tak berhenti menelusuri orang-orang yang duduk dibangku penonton, berharap ia menemukan sosok cewek yang beberapa hari ini tak ada kabar tentangnya. Tak ada update status "good Morning , player ML." yang biasanya ia lihat ketika bangun dipagi hari. Tentu saja ia merasa percaya diri, karena sudah dipastikan player ML yang Sagit maksud adalah dirinya.

"lo nyari siapa sih? Pasti cewek Ig itu ya?" tembak Litta yang tepat mengenai sasaran.

"apa sih, nggak!" elaknya, kemudian berjalan keluar meninggalkan Litta untuk menghindari pertanyaan selanjutnya. Jujur, ia merasa bersalah soal pesannya waktu malam itu. Ia sedikit kesal karena Sagit tak kunjung membalas pesannya, ia memang benar menyuruh Sagit untuk jangan chat di Instagram, tapi bukan berarti ia mengabaikan pesannya di whatsApp.

"Igit, lo mau kemana." kesalnya, ia jadi semakin yakin kalau Sigit ada sesuatu dengan cewe Instagram itu.

Sigit mempercepat langkahnya karena Litta mulai mengoceh. Namun pergerakannya terhenti kala manik hitamnya menatap Iris mata indah milik Sagit.  Cewek yang ia rindukan keberadaannya, kini ada didepan mata, dengan jarak yang hanya terpaut kurang dari dua meter. Namun ekspresinya berubah ketika Menangkap raut kekecewaan dari Sagit, ia semakin merasa bersalah.

Aku selalu menunggu saat-saat seperti ini, tapi ku pikir hari ini berbeda.

Baru saja ia akan berjalan mendekati Sagit, tiba-tiba ada yang merangkul tangannya dengan posesif, seolah tak mau Sigit lepas darinya.

Litta menatap tajam Sagit, tak suka. Padahal ia baru bertemu dengannya hari ini, tapi ia seolah merasa bahwa aura Sagit adalah bahaya untuk dirinya.

"jadi ini cewe Instagram itu?"

"Sagit!"










***
Tbc

Sagit & SigitWhere stories live. Discover now