Part 14

51 6 1
                                        

"dia yang berusaha membuka pintu, namun setelah pintu itu terbuka, bukannya masuk tapi dia menutup kembali pintu itu, bahkan dia juga yang menguncinya dari luar."

Kini Sagit benci semua hal tentang Sigit, terlebih game yang amat disukainya,  Mobile Legends. Jika dulu game online tersebut mampu menyembuhkannya dari patah hati, sekarang game tersebut juga yang membuat dirinya patah hati. Oh tidak, ML tidak salah, tapi seseorang yang menjadi player dari game tersebut yang membuat Sagit menjadi enggan untuk sekedar log in saja.

Halnya sekarang, jika biasanya dipagi hari begini ia memainkan game tersebut dengan seruan ketika ia berhasil mendapatkan Victory dan membuat Aid, si ketua kelas terganggu. Namun berbeda dengan sekarang, ia justru terduduk dengan wajah muram dan menopang kedua tangannya didagu, sambil sesekali menghembuskan nafas kasar, terbayang dengan pesan Sigit kemarin sore, ah tidak, semalam ia juga mendapatkan pesan itu. Dan pesan itu lebih nyesek dari yang sore.

Sigit : Princess gue marah :v

Rasanya Sagit ingin membanting ponselnya saat itu juga, tapi ia urungkan karena ia belum tentu dapat ponsel baru lagi dari orangtuanya. Ia kadang suka mikir, kok Sigit kayak menyalahkannya begini. Bukannya dirinyalah yang memulai, tapi kenapa ia malah memutarbalikan fakta bahwa disini Sagit yang bersalah.

Ia akui ia salah karena menyimpan rasa pada Sigit, tapi ia juga gak akan terbawa perasaan seperti ini jika dirinya tak menempatkan perhatian lebih serta panggilan dengan embel-embel babe kepadanya. Jadi disini siapa yang salah, Sagit atau Sigit?

"assalamu'alaikum..."

"waalaikum salam..." Sagit tersadar dari lamunannya, ia kini melihat Aidan si ketua kelas berjalan masuk menuju mejanya dengan tampang Sok cool menurutnya.

"eh, tumben kelas sepi." katanya serasa duduk dikursinya, kemudian memutarkan tubuhnya jadi menghadap Sagit. "lo gak main ML lagi? Kenapa? Kuota abis?" lanjutnya mengejek. Sagit hanya memutar bola , matanya, malas dan mengubah posisi duduknya jadi nyender ke kursi seraya melipatkan kedua tangannya depan dada.

"lagi galau ya?" tebaknya, Sagit diam tak mau menanggapi. "ketahuan, pasti lagi galau. Galau kenapa? Tier nya turun lagi? Bukannya lo ada partner hebat lo itu? Gak mabar (main bareng) lagi?"

Sagit merasa jengkel ketika Aidan terus saja bertanya, bertambah pertanyaan itu mengarah pada Sigit.

"bawel amat kayak cewek, gue lagi bad mood." jawabnya.

"oh... Jadi, lo bad mood kenapa?" emang pada dasarnya kepo (ingin tahu), maka sebelum ia mendapat jawaban, kata kenapa akan keluar lagi.

"kepo!"

"yaelah, Git."

"Sagit!!!" suara itu membuat keduanya mengalihkan pandangan pada arah pintu, mendapati Nana berjalan tergesa-gesa padanya, kemudian duduk disebelah Sagit seraya menyimpan tasnya diatas meja.

"rusuh amat lo, Na. Ada apaan sih?" tanya Aidan.

"kalian tau, SMA kita sama SMA Garuda bakalan tanding disini."

Sagit terdiam, SMA Garuda menjadi salah satu hal yang dibencinya saat ini. Ketika ia mendengar nama sekolah itu, ia jadi teringat Sigit. Ya, Sagit benci jika ia harus teringat Sigit. Tidak, bukan hanya akan teringat Sigit saja, tapi juga Datta dan cewe yang mengirimkannya pesan lewat Direct Massage akun instagramnya Sigit.

"yaelah, biasanya juga kan emang gitu." jawab Aidan. Memang benar, bukankah sudah biasa jika kedua SMA itu mengadakan pertandingan, apa yang yang menariknya?

"kali ini beda, karena kapten basketnya tidak bisa main, jadi bakalan diganti sama... Hm... Siapa ya tadi namanya, lupa gue. Pokoknya, dia juga menjabat sebagai ketua OSIS."

Sigit!


***

Hari terus berganti, tak terasa hari pertandingan Basket antara SMA Negeri 2 dan SMA Garuda, telah tiba. Dan pertandingan itu tepatnya 15 menit lagi akan segera dimulai. Nana dan Aidan yang notabennya sahabat Sagit itu, kini tengah membujuk Sagit agar mau ikut nonton pertandingan tersebut. Tentu saja Sagit sangat malas ke sana, karena ia punya banyak sekali alasan.

Pertama, ia paling tidak suka dengan pertandingan basket. Meakipun kebanyakan orang anak-anak Basket itu pada Keren, tapi Sagit justru beranggapan kalau anak-anak basket itu gak tahu malu. Soalnya suka pamer bodi kalau udah selesai, dengan alasan 'gerah', padahal ia tahu itu hanya untuk menarik perhatian para cewek.

Kedua, sudah dipastikan ia akan melihat Sigit, dan kemungkinan juga ia akan tahu siapa sosok dibalik Direct Massage, akun Instagram Sigit. Membayangkannya saja sudah membut hatinya sakit, apalagi ketika bayangannya itu menjadi kenyataan.

"ayolah Git, lo harus dukung gue main. Sebagai sekretaris yang baik, lo harus dateng dan liat skill gue dibasket." Aidan atau yang sering dipanggil Aid itu masih bersikeras membujuk Sagit, karena jika cewek penggila ML itu datang, Sean janji, akan mengikut-sertakan dirinya pada pertandingan kali ini.

"gue gak mau." tolaknya.

"ayolah Git, lagian lo cuma duduk dan nonton pertandingannya." Nana tak mau kalah.

"bener itu Git, kalau kata Bu Rahmi sih 'sakitu, teu pira'. (segitu, tak seberapa)" Aid menimpali ucapan Nana seraya memperagakan gerakan yang Guru Matematika itu sering ucapkan ketika selesai menjelaskan materi.

"Git, ayo dong. Temenin gue." bujuk Nana sekali lagi. Terlihat Sagit tengah menimang-nimang, jika ia ikut mereka ia harus siap dengan konsekuensi yang akan ia dapatkan nanti, yaitu ketemu Sigit dan melihatnya bermain. Tapi jika ia tidak ikut, pasti teman-temannya menganggapnya egois karena tidak mau menjadi pendukungnya.

"ayolah, gue butuh Rafaela."

"gue sekarang pakenya Angela, bukan Rafaela lagi." jawab Sagit ketika ia mengingat terakhir kali ia main bersama Sigit adalah kala ia mencoba hero barunya, Angela.

"iyalah, kagak tau gue."

"ya udah, gue ikut." ucapnya, mantap. Ia akan menerima segala resikonya nanti.













***

Tbc

Sagit & SigitWhere stories live. Discover now