"dan yah, cinta tak harus memiliki kan?"
***
Selepas dari rumah Sagit, ia pergi ke sekolah. Mungkin itu satu-satunya tempat yang bisa membuatnya sedikit teralihkan dan meredakan rasa sesak setelah mengetahui fakta jika Sagit sesungguhnya menyukai Datta, bukan dirinya. Mungkin ia salah mempercayai Miya, dan kenapa juga ia bahagia setelah Miya bilang kalau tatapan Sagit berbeda padanya.
Satu hal yang membuatnya shock, adalah fakta jika Datta dan Sagit telah kenal lama dan bodohnya ia tak tahu, bahkan yang lebih parahnya, ia tak menyadari hal itu. Tapi kenapa ketika dia bertanya, Datta hanya bilang dia tahu Sagit karena Sean selalu memanggilnya seperti itu. Kenapa Datta tak bilang jika ia sudah kenal Sagit lama, kenapa harus pake alasan Sean? Jika begini kan ia merasa tertikung teman sendiri.
"arrgh!"
"arrgh!"
Suara itu membuat Sigit sedikit terkejut, ternyata disini dia tidak sendiri, dia bersama orang lain. Lalu ia melihat sekeliling taman belakang sekolah ini, dan matanya menangkap sosok Sean yang juga menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Satu pertanyaan yang ada dibenaknya saat ini, apakah Sean sudah mengetahui jika Sagit kini telah berpacaran dengan Datta? Apa ia sama frustasinya seperti dirinya?
"heh Ketos rese!" Sigit hanya meliriknya sinis. Saat Sagit sudah jadian dengan orang lain, cowok itu masih saja ketus padanya. Terbuktikan Datta yang dipilih Sagit, bukab salah satu dari mereka?
"gimana bisa Sagit jadian sama Datta?" tanyanya yang merasa geram dengan fakta yang baru ia ketahui tadi pagi. Sagit jadian sama Datta? Kok bisa? Setahu dia Datta tak kenal Sagit, ketika mereka bertemu juga seprti orang asing. Tapi buktinya sekarang Sagit sudah ia dapatkan. Entah dengan cara apa?
"kenapa gak lo tanya Sagit langsung?" jawabnya kemudian pergi meninggalkan Sean yang masih penasaran dengan status Sagit saat ini.
"GIT!" panggilnya. Sebuah perubahan besar, seorang Sean Hawort memanggilnya "Git". Langkahnya terhenti, persekian detik kemudian ia memutar tubuhnya menghadap arah sumber suara.
"lo gak ngerasa aneh?" pertanyaan Sean membuat keningnya berkerut, bingung.
"coba deh lo pikir, Sagit sama Datta itu gak saling kenal, bahkan--"
"mereka udah kenal lama!" potongnya yang membuat Sean sedikit membulatkan matanya, terkejut dengan penuturan Sigit. Baru saja ia akan membuka mulut, lagi-lagi Sigit kembali bicara.
"Sagit bilang, dia udah suka Datta dari lama." seperti tahu apa yang akan ditanyakan Datta, Sigit menjelaskan dengan singkat, padat dan sudah cukup untuk menjawab semua pertanyaan Datta..
"tapi, yang gue liat, Sagit suka lo bukan Datta!"
Deg!
Ternyata bukan hanya Miya yang menyadari itu, Sean pun yang notabennya suka juga pada Sagit pun merasakan hal sama.
"Sagit suka gue?" tanyanya untuk meyakinkan penuturannya.
"iya. Dia suka lo!"
"kok lo--"
"gue tau, karena Sagit gak pernah liat gue."
Jawaban Sean cukup ia mengerti, dan sekarang ia tahu apa yang harus ia lakukan. Tanpa babibu, ia langsung pergi meninggalkan Sean yang langsung menatapnya tak percaya bahwa Sigit akan pergi seperti ini, tanpa kata.
"woy ketos rese!" teriaknya, namun Sigit terus berjalan dan tak mempedulikan Sean. "emang dasar ya, ketos rese! Harusnya dia tuh bilang makasih ke gue, karena gue udah ikhlasin Sagit sama dia. Huh."
Dan yah, cinta tak harus memilikikan?
***
"Git, lo serius jadian sama Kapten Basket Sma Garuda?" pekik Nana tak kalah kaget setelah tahu kalau sahabatnya itu benar-benar punya pacar sekarang.
"ya gitu."
"kok lo jawabnya lesu gitu, harusnya lo bahagia dong, apa jangan-jangan lo masih suka sama cowok yang dulu? Duh... Namanya siapa sih?" terlihat Nana sedang berpikir tentang nama cowok yang pernah dekat dengan Sagit. Namun Sagit justru kembali murung karena sebenarnya Datta adalah dia.
"eh Git, nama--" menyadari perubahan ekspresi sahabatnya itu, Nana segera mendekat dan merangkulnya.
"maaf Git, gue--"
"gak papa, sekarang kan udah ada Datta."
Ia bingung sekarang, kenapa semuanya jadi rumit begini? Kenapa juga ia harus dipertemukan kembali dengan Datta seperti ini. Ya, memang dulu ia sangat menantikan hal ini, tapi sekarang sudah berbeda, bukan Datta lagi yang ia cintai. Dan ia juga sadar, ia tak boleh memiliki rasa itu padanya, tapi tidak dengan kembali pada Datta, ini salah, tapi ini pilihan terakhirnya. Demi Sigit.
Ting!
Sigit : kita harus bicara. Gue otw rumah lo.
***
Tbc
YOU ARE READING
Sagit & Sigit
Fanfiction"mabar lagi kuy!" "gak ah, tar nyusahin lagi." "gak papa beb, slow." "hah?" " :-* " "tanda apaan tuh?" "tanda sayang :-* " ------------------------------------------------------ "anjay... Digombalin gamers rese!" - Vannilia Sagit Libby. "cie... Bap...
