Bagian 20. Hoodie Abu-abu

1.3K 234 16
                                    

"Ayah dengar temen kamu dapat beasiswa ke Inggris, benar?", tanya Nugi―ayah Dafa yang langsung membuat acara sarapan pagi ini hening sesaat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ayah dengar temen kamu dapat beasiswa ke Inggris, benar?", tanya Nugi―ayah Dafa yang langsung membuat acara sarapan pagi ini hening sesaat. Ayah, Ibu serta adik Dafa refleks menoleh ke arah cowok itu, menanti jawaban.

Dafa memelankan kunyahannya, dia diam sebentar sebelum berdeham sebagai jawaban.

"Kamu kan peringkat satu paralel! Kenapa bisa kalah sama anak biasa seperti dia?!", Nugi sedikit menekan pada kata kalah.

Dafa langsung menghentikan makannya. Ia sama sekali tidak berselera setelah sang ayah membawa topik seperti ini. Selalu membandingkan dirinya dengan orang lain dengan merendahkan mereka. Dafa lelah, dia selalu dituntut sempurna dan tak boleh terkalahkan.

"Ibu kenal sama Mama nya Wonu", Santi―Ibu Dafa ikut ikutan mengompori. "Mama dia kan manajer apa gitu di perusahaan. Bener kan Daf?".

Dafa mulai merasa jengah dengan obrolan ini. Haruskah dia mendengar semua ini dan menghancurkan mood hari pertama sekolahnya?. Dafa memejamkan mata mencoba meredam rasa kesalnya.

"Ayah mau kamu lebih rajin lagi di semester ini. Ayah juga pengen kamu dapat beasiswa ke luar negeri."

"Iya", jawabnya singkat.

"Nanti carikan tambahan les lagi buat si Dafa.. Biar dia makin pinter", titah Nugi kepada istrinya. Tanpa pikir panjang Santi langsung menelepon asistennya untuk segera mencari tempat les untuk Dafa.

Dafa menunduk pasrah, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti kemauan kedua orangtua nya. Mau protes seperti apa pun, itu hanya akan membuat Dafa mendapat luka baru dari Ayahnya. Ia tak mau dipukul lagi.

"Yah, Bang Dafa udah les banyak! Apa ini nggak keterlaluan?!", Dinda membuka suara membela kakaknya. "Les bahasa inggris, matematika, bahasa jerman, piano, golf, bahkan les ilmu ekonomi juga udah dilakuin sama Abang!".

"Din―" Dafa langsung menoleh kasar ke adiknya. Kenapa dia malah mencari perkara dengan membelanya seperti ini sih?!.

"Dinda!", suara Nugi meninggi. "Kamu itu harus sadar! Otakmu yang bodoh itu harusnya dipakai untuk belajar! Bukannya cuma gambar gambar nggak jelas!".

"Itu lukisan! Bukan gambar gambar gak jelas seperti yang Ayah maksud!", kata Dinda tak kalah tajam. Dia tak terima ketika karyanya dibilang tak berarti oleh sang ayah.

"Kamu―"

"Yah! Udah.", Dafa mencoba menengahi. "Aku tetap ikut les yang Ayah mau. Jadi jangan marahin Dinda, biarin dia ngelakuin apa yang dia mau", Dafa menggenggam tangan Dinda. Adiknya itu sudah berkaca kaca menahan tangis.

"Aku berangkat!". Dinda langsung berdiri meninggalkan Dafa yang masih terjebak suasana tegang di meja makan.

Santi sudah ingin berdiri mengejar Dinda namun dicegah oleh Dafa. Cowok itu sudah lebih dulu beranjak pergi menyusul Dinda. Baru sampai ambang pintu, Dafa dibuat berhenti saat suara berat Nugi menginterupsinya.

Adorably || Wonwoo & Joy ✔✔Where stories live. Discover now