Part - 39

5.5K 298 12
                                    

Hi kamu!
Apa kabar? Semoga kamu baik-baik aja.
Jangan lupa follow NurlinSugar768
Vote dan komennya, jangan lupa juga yah.

"Mencoba bertahan atas nama cinta, meski sakit harus aku lakukan, daripada harus meninggalkanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mencoba bertahan atas nama cinta, meski sakit harus aku lakukan, daripada harus meninggalkanmu."

***

"Bagus kalau kamu memang mau pisah dari saya."

Tiba-tiba Zidan muncul dan berdiri di belakangku sambil menyilang kedua tangannya di depan dada.

"Bicara apa kamu itu Zidan. Syifa istri kamu dan dia sedang mengandung anak kamu. Calon cucu pertama Mamah dan Papah!" tegas ibu mertua.

"Ehm ... kalau dengan berpisah dari aku kamu bisa bahagia. Aku akan lakukan," kataku seperti orang yang telah hilangan kesadaran.

"Oh yah ... tentu saja saya akan bahagia," sahut Zidan.

"Mah ... di depan Mamah sebagai saksi. Zidan talak Syifa," tutur Zidan santai.

"Zidan kamu ini apa-apaan!" geram ibu mertua.

Aku tak kuasa menahan air mataku. Aku beranjak mengemasi barang-barangku.

***

"Mau kemana kamu nak, malam-malam seperti ini?" tanya ibu mertua risau. "Lagipula  Zidan mentalak kamu dalam keadaan tidak sadar nak. Ingatannya sedang bermasalah. Kamu harus kuat untuk menghadapi ini. Setidaknya pikirkan anak-anak. Apa yang akan Mamah katakan pada mereka besok pagi, kalau kamu tidak ada di rumah?"

Ibu mertua mendekatiku dan memelukku. Aku tak tahu harus mengatakan apa. Saat ini bibirku tak mampu lagi untuk berkata, hanya air mataku yang dapat menjelaskan segalanya.

Hari semakin malam. Aku hanya duduk termenung menuruti perkataan mertuaku. Ibu mertua telah kembali ke kamarnya.

Terdengar derap langkah kaki menuju kamarku. Aku menghapus air mataku dan memalingkan wajah dari orang itu.

"Kenapa masih di sini?" tanya Zidan datar.

"Kamu ini sebenarnya pohon pisang atau manusia sih? Punya jantung tapi tidak punya hati! Untung cinta, kalau enggak udah aku buang ke laut kamu Zidan!" batinku menggerutu.

"Zidan ... kamu itu tidak bisa mentalak aku dalam keadaan hamil jadi talak kamu tidak sah," tuturku santai mencoba bersikap biasa walau di dalam aku terluka.

Zidan bungkam dan mondar-mandir di depan sofa. Aku perlahan terlelap melihat Zidan yang seperti orang kurang kerjaan.

***

HALALKAN AKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang