Part - 05

10.5K 625 7
                                    

Hi kamu!
Apa kabar? Semoga kamu baik-baik aja.
Jangan lupa follow NurlinSugar768
Vote dan komennya, jangan lupa juga yah.

"Pasangan paling bahagia di dunia ini tidak pernah memiliki sifat yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pasangan paling bahagia di dunia ini tidak pernah memiliki sifat yang sama. Mereka hanya saling memahami dengan baik tentang perbedaan yang mereka miliki."

***

"Ehm ... satu pertanyaan terakhir. Boleh?" tanyaku pelan.

"Sepuluh ribu pertanyaan pun akan saya jawab untuk kamu," ujar Zidan terkekeh.

"Ehm Zidan ... kamu duda?" tanyaku sambil menggigit ujung lidahku.

"Emmm ... kita lanjut ngobrol besok lagi sayang. Saya yakin kamu pasti lelah. Istirahatlah," jelas Zidan merebahkan tubuhku dan menyelimutiku lagi.

"Ternyata feelingku betul, Zidan itu duda anak dua." Batinku.

Zidan merebahkan tubuhnya di sampingku dan tanpa kusadari Zidan telah memelukku dan terlelap dalam tidurnya. Aku merasa sangat nyaman. Aku terdiam memandangi wajah polos Zidan ketika tertidur.

***

Hari telah pagi. Aku dan Zidan sedang bersiap untuk pulang kerumah. Zidan telah turun lebih dulu dariku untuk beberapa urusan, ujarnya. Zidan menungguku di resto hotel Mahoni untuk sarapan.

Aku baru saja selesai berkemas dan aku pun menyusul Zidan ke resto hotel. Saat menuruni anak tangga, aku terkejut melihat Revan sedang duduk bersama Zidan.

"Revan ..." batinku.

Aku takut Revan akan menceritakan masa lalu kami pada Zidan. Revan dan Zidan nampak sangat akrab sekali.

Aku menghampiri mereka dan duduk di samping Zidan. Sepertinya Revan tak mengenaliku, karena wajahku terhalang oleh niqab.

"Hy sayang ... kenalin ini Revan sekretaris saya, semalam dia tidak sempat hadir di acara kita, karena ada urusan bisnis di Thailand. Dan Revan ini Syifa istri saya," papar Zidan.

Seketika mataku membulat sempurna mendengar perkataan Zidan. Revan menyodorkan tangannya padaku, namun dia bukan mahramku dan aku pun menangkupkan kedua tanganku di depan dada. Revan menarik kembali tangannya dengan ekspresi sedikit kesal.

Aku hanya diam tak berani mengeluarkan suara. Aku takut jika Revan mengenaliku.
Kami menikmati sarapan kami dengan khidmat.

Setelah sarapan kami pun memutuskan untuk kembali ke rumah. Anak-anak sudah sangat merindukan Zidan. Berkali-kali Raynal menelpon Zidan pagi ini.

HALALKAN AKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang