Part - 21

6.4K 388 2
                                    

Hi kamu!
Apa kabar? Semoga kamu baik-baik aja.
Jangan lupa follow NurlinSugar768
Vote dan komennya, jangan lupa juga yah.

Jangan lupa follow NurlinSugar768Vote dan komennya, jangan lupa juga yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tak perlu bersuara, cukup hati yang bicara. Tak perlu bercerita, cukup langitkan bersama doa."

***

Kini telah tiba saatnya aku harus berpisah dengan Zidan. Dalam perjalanan kembali ke rumah sakit, Zidan terus menggandeng erat tanganku.

Ke dua mertuaku sudah menunggu kami di depan ruang rawat Maryam bersama dengan Ayesha.


"Sayang ... kita pergi sekarang," ujar ibu mertua sambil tersenyum tipis.

Ibu mertua sangat memahami keadaan dan perasaanku. Air mataku tak henti-hentinya menetes.Aku tak ingin Zidan melihat air mataku. Aku selalu menepisnya dengan cepat.

"Mah ... Pah, Zidan antar ke bandara yah," tutur Zidan.

Ayahnya hanya mengangguk sambil menepuk dan memeluk erat putra semata wayangnya itu.

Ayesha menghampiriku dan kami pun saling memeluk untuk berpisah.

"Ayesha ... saya titip Maryam sebentar. Saya mau ke bandara," pungkas Zidan tanpa melihat ke arah Ayesha dan Ayesha hanya berhedem sembari menganggukkan kepalanya.


***

Kami sedang dalam perjalanan menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Zidan mengemudikan mobilnya dengan satu tangan dan tangan satunya sejak tadi terus memegang erat tanganku. Zidan tak mau melepaskan tanganku dan air mata Zidan terus jatuh membasahi pipinya. Sesekali Zidan melihat ke arahku dan mengecup tanganku.

Ibu mertua yang duduk di kursi belakang bersama dengan ayah pun ikut terharu. Ibu mertua menggenggam erat tangan suaminya sambil menangis.

Tak membutuhkan waktu lama, kami pun tiba di bandara. Kami turun dari mobil dan Zidan langsung memeluk erat diriku.

"Jaga kesehatan kamu dan calon bayi kita. Saya titip anak-anak. Jangan lupakan yang lima waktu. Saya mencintai kamu dan akan selalu merindukan kamu," tutur Zidan dalam pelukkan.

Aku tak dapat berkata-kata. Aku mengecup lama punggung tangan Zidan dan Zidan membalasku dengan mengecup lama keningku. Zidan berlutut di depanku dan mencium serta mengusap-usap lembut perutku. Aku hanya bisa menangis haru sambil mengusap kepala Zidan.

HALALKAN AKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang