Siapa Kamu

2 1 0
                                    

Luisa terbangun dari tidurnya, ketika ia merasakan ada tangan yang menyentuh pipinya dan membelainya.

Luisa melengguh dan memegang lengan itu. "Bisakah, kau tidak mengangguku. Aku sangat ngantuk." Ucapnya pelan dengan suara seraknya. Luisa malah memeluk lengannya dan kembali tertidur.

Dia menatap gadis kecilnya, dan sedikit terkejut dengan apa yang ia lihat kini. Sejak kapan, Luna menjadi seperti ini. Pikirnya.

Dia menatap lagi wajah gadisnya yang tertidur dengan damai dengan memeluk lengannya posesif. Tidak bisa ia pungkuri, perasaan apa yang saat ini ia rasakan ketika melihat wajahnya, jantungnya berdetak cepat, dan rasa nyamanpun tiba-tiba hadir hanya dengan pelukan yang ia tidak sadari.

Diapun menggelengkan kepalanya cepat, dia tidak boleh terlena dengan pesonanya yang ia buat sekarang setelah dia melarikan diri dari rumah. Ia harus mendapatkan hukuman malam ini juga.

Ivan melepaskan lengannya dengan kasar dan bangkit dari tidurnya lalu pergi kedalam kamar mandi. Setelah itu keluar dari kamar mandi dengan langkah yang santai dan juga senyuman liciknya.

Ivan menatap gadisnya dengan tatapan meremehkan tapi ketika ingin menggendongnya, perasaan itu muncul kembali tapi Ivan langsung menggelengkan kepala cepat dan menyingkirkan perasaan yang salah.

Ivan menggendongnya dengan bridal style dan membawanya ke dalam kamar mandi. Setelah tadi ia mengisi air di bathup.

Saat sudah berada didalam, Ivan tersenyum dan menjatuhkan badan gadis ini kedalam bathup yang sudah diisi air dingin.

Luisa langsung terbangun ketika ia masuk kedalam bathup dan air dingin yang menusuk tubuhnya itu. Ia pikir ini mimpi tapi ketika seorang laki-laki menertawakannya, ia mengangkat sedikit kepalanya dan menatap laki-laki itu tak jelas karena sinar cahaya lampu yang menghalangi wajahnya.

Dia langsung menjambak rambutku dan tangan yang satunya mencengkram baju tidurku dan menatapku tajam. Aku hanya bisa menangis dan meronta ingin melepaskan tangannya dari rambutku.

"Lepas, sakitt. Siapa kamu ?" Ucap Luisa dengan tetap meronta didalam bathup.

Dia mengangkat Luisa kasar dan menyeret Luisa hingga keluar dari kamar mandi, Luisa menjerit dan menangis ketika tubuhnya dilempar ketempat tidur.

Ivan tersenyum dalam kegelapan didalam kamarnya dan ketika Ivan menatap gadisnya itu dengan remeh.

"MAU BERMAIN DENGANKU ?" Ucapnya dengan nada dingin dan penuh penekanan. Aku hanya menangis dan menunduk ketakutan, tubuhku yang basahpun bergetar hebat. Lalu turun dari tempat tidur dan berjalan mundur sampai menyentuh dinding dan berjongkok.

"Apa maksud kamu, dan kamu. Aku tidak tau siapa kamu !!" Balas Luisa dengan gugup.

Dia jongkok dan mengangkat wajah Luisa dengan jarinya lalu tersenyum tipis. "KABUR SETELAHNYA AMNESIA. HAHAHA, KAMU HARUS MENERIMA HUKUMANMU."

Aku meronta dan dengan penuh amarah aku menamparnya dan mendorongnya hingga terjatuh. Aku langsung berusaha keluar dari kamar tapi pintu itu terkunci.

Dia duduk ditempat tidur dan tertawa keras. "SUDAH ? MAU KABUR LAGI, ISTRIKU ?" Luisa langsung membalikan tubuhnya menghadap laki-laki itu, tangannya meremas baju basahnya dan tangisannya semakin menjadi-jadi.

"ISTRI ? AKU TIDAK PERNAH SUDI MEMPUNYAI SUAMI ORANG GILA SEPERTIMU. DAN KAMU ! AKU GAK PERNAH TAU SIAPA KAMU, DAN JANGAN PERNAH BERANI MENYENTUHKU." Teriak Luisa dengan amarahnya yang sudah berkecambuk.

Dia tertawa, tepuk tangan dan berjalan ke arahku. "SUDAH ?" 

Akupun mundur dan menyentuh pintu, dia mendekatkan badannya hingga menempel dengan tubuhku yang basah. Aku sampai susah bernafas ketika dia terus menghempet tubuhku. Akupun memalingkan wajahku tapi dia menahan dengan mencengkram rahangku kuat.

"JANGAN PERNAH MEMBUATKU MARAH !" Dan ketika itu dia langsung menarik lenganku kasar dan menjatuhkanku ketempat tidur.

Aku terus mundur ketika dia membuka semua pakaiannya, dan dia menyisakan celana pendeknya. Dia mendekat kepadaku yang sudah ketakutan dan air mata yang terus membasahi pipiku.

Dia menahan kedua tanganku dan mengikatnya dengan ikat pinggang. Tenagaku sudah terkuras habis karena dari kemarin aku belum makan. Hanya tangisan yang bisa aku lakukan dan ketika dia membuka paksa kemeja yang aku pakai, aku terus meronta dan memohon kepadanya bahwa aku bukanlah istrinya tapi dia tidak mendengarnya dan ketika semua pakaianku telah terlempar dilantai dan sekarang aku telanjang bulat.

Dia tersenyum jahat dan tidak lama, dia membuka celana pendeknya dan ketika itu dia memasukan kejantanannya. Ia sangat kesusahan.

Akupun menangis dan menahan sakit karenanya. Setelah semua kejantanannya masuk, darahpun keluar dari selangkanganku.

Aku jijik dengan diriku sendiri yang tidak bisa menjaga kehormatanku sendiri untuk suamiku dan hilang dengan begitu kejamnya saat laki-laki ini memperkosaku dengan mengaku sebagai suamiku.

Malam ini dia melakukannya terus menerus hingga membuat semua tubuhku sakit dan kelelahan karena dia melakukannya sangat tidak manusiawi.

Satu pikiran yang mengganggu Ivan, ketika dia sudah lelah dan hasrat nafsunya sudah terpuaskan karena perempuan ini benar-benar membuatnya  semakin bergairah.

Saat dia masuk kedalam kamar mandi dan meninggalkan Luisa yang sudah pingsan di tempat tidur. Menyalakan kran air dan mandi. Pikirannya kini kacau, dan Ivan harus segera mencari tahu secepatnya tentang kembaran Luna.

Harusnya dia tidak mengeluarkan darah perawannya karena pertama melakukanpun dia tidak mengeluarkan darah perawannya. Apa jangan-jangan dia kembarannya. Jika benar aku salah orang bagaimana ini. Pikirnya didalam kamar mandi.

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now