Kenapa

4 1 0
                                    

Luisa berlari, perasaan saat ini benar-benar kacau. Penantiannya tidak berarti apa-apa. Dan Rashi membuatnya kecewa.

Cakra mengejar Luisa. Luisa berlari kearah gudang belakang. Setelah dia sampai di gudang, Luisa mulai menjatuhkan badannya tapi disaat waktu yang tepat ada tangan yang menariknya dan kini Luisa dalam pelukan seseorang. Yah pelukan Cakra.

"Sa, kalau mau nangis. Nangis ajah. Gue siap jadi sandaran lo." Ucap Cakra sambil mengusap lembut rambut Luisa.

"hiks...hiksss... Kenapa harus dia." Ucapannya didalam pelukan Cakra. Baju Cakra mungkin sudah sedikit basah karena air mata perempuan didepannya itu.

"Udah,  udah. Gue emang gak tau apa masalah lo. Tapi gue gak suka cewek yang gue sayang nangisin yang gak penting apalagi kalau bersangkutan dengan cowok." Ucap Cakra yang membuat sedikit menyentil hati Luisa dan Sedikit-sedikit meruntuhkan pertahanan yang ia bangun untuk Rashi.

Luisa membalas pelukan Cakra dan mulai menempelkan wajahnya di dada bidang Cakra. "Makasih, kamu udah buat aku tenang dan sedikit melupakannya." Kini Cakra mengangkat wajah Luisa dan mencium kedua matanya yang basah.

"Lo harus janji gak boleh nangisin lagi sesuatu yang gak penting yah,  apalagi nangisin cowok. Gue gak suka." balasnya dengan senyum simpulnya lalu mencium kening Luisa sekilas.

Luisapun tersenyum dan menyembunyikan kembali mukanya di dada bidang Cakra. Mereka berduapun tertawa bersama setelah itu.

Disatu sisi lain, seseorang sedang mengamati mereka. Dan mulai tersadar akan kejadian yang menimpanya barusan.

"Jadi, lo cewek yang bikin Rashi susah nerima gue. Gue pastiin lo gak bakal pernah bisa deketin Rashi lagi. Rashi cuman milik gue." Ucapnya dengan pelan tapi penuh penekanan. Dan akhirnya dia pergi dari sana dan berjalan kembali ke arah kelas.

Kini Luisa dan Cakra berjalan bersama disepanjang koridor sambil tertawa. Dan disaat itupun, Luisa mulai memperlambat langkah kakinya karena didepannya sudah ada Rashi yang sedang berjalan juga ke arahnya.

"Ra, Rashi." Ucap Cakra dengan melambaikan tangannya.

"Ah, iya apa Cak ?" balas Rashi tapi matanya melihat ke arahku yang berada disamping Cakra yang sedang menarik baju Cakra untuk bergegas pergi.

"Lo terima kan, tawaran gue ?" Ucapnya, lalu Cakra yang merasakan kelakuan Luisapun langsung menyeretnya dan merangkulnya. Rashi hanya menajamkan tatapannya ke arahku dan akupun hanya menatap Cakra dan tersenyum seperti biasanya dan tidak melawan.

"Gue gabung."

"Oke, kalau gituh gue tunggu sepulang sekolah untuk latihan buat pertandingan nanti." Ucap Cakra dengan mulai berjalan meninggalkan Rashi.

Luisapun melewati Rashi dan tangan Rashipun sukses untuk menahan tangan Luisa.

Luisa kaget, begitu juga Cakra.

"Ada apa?" Ucap Luisa.

"Sepulang sekolah, Gue tunggu didekat UKS. Ada yang mau gue omongin sama Lo, Sa." Ucapnya, lalu pergi begitu saja dan melepaskan tangan Luisa.

Cakrapun makin dibuat bingung dengan tingkah laku Rashi tapi akhirnya dia memutuskan untuk tidak menanyakan kepada Luisa. Salah satu kelebihan Cakra,  Cakra itu orangnya gak pernah tertarik masalah pribadi seseorang. Dan itu juga yang membuat seorang Luisa bisa nyaman sama Cakra.

"Ayo cepat. Keburu bel nanti." Ucap Cakra yang langsung diangguki oleh Luisa.

Luisa sudah berada di kelasnya dan Cakra langsung pergi ke kelasnya juga setelah mengantar Luisa.

"Sa, lo gapapa tadi?" Ucap Zea

"Emang gue kenapa? Perasaan gue baik-baik ajah ko." Ucapnya dengan biasa sambil mengeluarkan bukunya di dalam tas.

"Bukannya tadi pas dikantin, tapi yaudah deh gak usah dibahas ajah. Hehe sorry yah tadi gue gak nyamperin lo." Balas Zea sambil memeluk Luisa.

"Hmph, gapapa. Tadi gue di gudang belakang sama Cakra." dengan nada datarnya dan Zea melepaskan pelukannya.

"Ngapain Lo, sama Cakcak buaya. Jangan-jangan lo udah jadian yah sama dia?" Tanyanya dengan raut wajah yang penasaran.

"Enggak ngapa-ngapain, Cakra masih sama statusnya kaya dulu." Bantah Luisa

"Lo gak kasian apa sama Cakcak buaya, dia itu udah nyatain cinta dari kelas X dengan berbagai cara tapi hati lo itu tetep ajah buat si Rashi yang jelas dia udah punya cewek."

"Gue gak tau sama perasaan sendiri."

"Lo, kasih kesempatan ajah buat Cakcak, siapa tau dengan berjalannya waktu perasaan lo bisa berubah."

"Tau ah, pusing Gue."

"Inget loh, dia juga bisa bosen nungguin lo yang gak kasih kepastian. Setelah dia deket sama cewek lain lo bakal tau seberapa pentingnya Cakra dihidup lo."

Zeapun langsung menatap ke arah depan dan Luisa hanya terdiam mematung dengan ucapan sahabatnya ini. Emang ada benernya tapi Luisa belum bisa sepenuhnya lupain Rashi. Kenapa.

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now