Perpisahan Sekolah

3 1 0
                                    

Hari ini semua anak kelas XII, berkumpul disekolah untuk pergi ke Yogyakarta acara perpisahan sekolah.

Semua anak sudah berkumpul di dalam Bus. Dan sialnya kelasku dan kelas Cakra disatukan.

Aku duduk dibangku yang tengah, entahlah duduk dengan siapa. Yang jelas duduk dengan kelasnya Cakra. Ini semua karena usulan dari semua murid kelas XII, ingin membuat yang berbeda dari biasanya. 

Zea duduk dibangku belakang dan sudah ada teman sebangkunya Lena. Karena dikelas IPA kebanyakan itu Cowoknya dan berbanding terbalik dengan kelasku.

Semua sudah naik pada Bus, tapi belum ada yang duduk disebelahku. Aku memainkan ponselku dengan malas dan menunggu balasan pesan dari Aksa. Aku sama Aksa memang sering berhubungan, yah meskipun gak setiap hari tapi kita selalu mengabari satu sama lain.

Belum juga dibalas, aku memasukan ponselku ke tas sambil membuang nafas kasar tapi tiba-tiba ponselku berdering dan ada satu pesan masuk. Mataku berbinar dan seketika merasa sedikit lega ketika Aksa lah yang membalas pesanku.

Aksa
Oke, hati-hati. Jaga kesehatannya. 😊
Aku kerja dulu. Dan 3 hari lagi, aku akan ke China. Maaf kalau nanti jarang kabarin.

Luisa
Iya, jaga kesehatan juga 😄
Iya gapapa 😀

Sebenarnya, aku pengen tau apasih kerjaannya. Sering banget deh, pergi keluar negeri. Nanya Kak Ema, gak pernah dijawab. Pikirnya.

Saat Luisa memejamkan matanya, dan menyimpan ponselnya di dada. Ada yang duduk disebelahnya, Luisa langsung menoleh kearah samping dan matanya membulat ketika siapa yang duduk disebelahnya. Orang itu hanya tersenyum kepadanya.

"Cakra, lo duduk sama gue ?" Ucapnya. Ahk, ingin pindah tempat duduk.

"Iya, Gue duduk sama lo, Sa. Lo keberatan ?" balasnya sambil mengambil ponselnya dan memainkannya tanpa melihat ke arah Luisa yang masih menatapnya.

"Ahh, engga ko. Yaudah lagian kalau ganti juga tetep ajah gak akan bisa." Luisa membuang mukanya kesamping dan melihat ke arah luar.

"Bagus deh, sorry kalau lo risih."

Luisa hanya diam tidak menjawab. Buspun sudah berjalan menembus dinginnya malam.

Dijalanpun, anak-anak semua bernyanyi dan bermain games, ada juga yang asik sendiri. Zea enak ada Nathan. Sedangkan Luisa hanya terdiam. Daritadi Cakra bermesraan dengan Kirana yang duduk disebrangnya.

Luisa hanya mendengarkan musik dari ponselnya dan berusaha untuk mengabaikan kericuhan di Bus, beberapa lama kemudian didalam Bus pun hening karena semua murid tertidur.

Musik dari ponselnya pun, sudah tidak terdengar lagi. Luisa tidak sadar jika dirinya tidur di bahu Cakra.

Yah, Cakra sendiri lah, yang mematikan musik dari ponsel Luisa setelah Kirana pergi dan duduk kembali ketempatnya di depan. Cakra juga yang menggerakan kepala Luisa supaya bisa menjadikan bahunya untuk sandaran tidurnya.

Dan jangan lupa, masih ada seseorang yang memandangi tingkah Cakra seperti itu. Dia mengepalkan tangannya, ingin sekali memukul Cakra yang memanfaatkan Luisa. Apalagi setelah Cakra dengan sengaja memotret dirinya dan Luisa sendiri.

Cak, lo kelewat batas. Ucapnya.

Dan tidak lama, orang itu berjalan menghampiri Cakra dan menendang kakinya. Dia terbangun, dan mereka saling bertatapan. Sedangkan Luisa masih setia dengan tidurnya.

"Lo ngapain sih, Nat." Ucap Cakra pelan. Nathan hanya memandangnya jijik.

"Minggir Lo." Balasnya singkat dengan tatapan tajamnya. Cakra mengerutkan keningnya.

"Gak, sana pergi lo, Nat. Ganggu gue ajah." Cakra memalingkan wajahnya dan mulai menutup kembali matanya.

Tapi Nathan dengan cepat menarik kerah bajunya hingga Luisa pun terbangun. Luisa kaget setelahnya ketika Nathan meninju tepat dipelipisnya.

"GUE UDAH PERINGATIN LO BERAPA KALI, ANJIN*." Teriak Nathan, dan tak lupa jeritan Luisa. Dan sontak semua terbangun dan melihat kearah mereka.

Luisapun memegangi Nathan yang akan menyerang kembali Cakra. Sedangkan gurupun langsung berjalan ke arah belakang, Zea hanya melihat dari belakang meskipun dia tahu bahwa Rashi lah dibalik sikap Nathan yang seperti ini.

"Apa-apaan kalian ini, hah ? Mau jadi jagoan ?" Ucap Pak Adin.

Tidak ada jawaban dari keduanya, dan hanya diam. Sedangkan Cakra masih kesakitan, ketika Nathan menendang tubuhnya. Terbalik dengan Nathan yang tidak terlula sedikitpun tapi amarahnya kini yang menguasai dirinya.

"Kalian sudah besar, masih saja berantem. Maafan dan kembali lagi duduk. Jangan merusak suasana, terutama kamu Nathan. Jaga sikap kamu." Ucap Pak Adin, dan berjalan kedepan lagi. Menyuruh semua anak untuk kembali beristirahat.

Sedangkan Cakra dibopong Kirana untuk duduk didepan dan mengobati luka lebamnya. Luisa menatap Zea yang masih diam mematung, dan menyuruh untuk menghampirinya menenangkan Nathan.

Zea berjalan kearah Nathan dan membawanya duduk dikursi yang berjajar tiga tempat duduk. Luisa duduk didekat kaca, Zea ditengah dan Nathan disebelahnya.

Benar saja, Nathan langsung diam ketika tangan Zea mengusap punggungnya. Nathan langsung memeluk Zea dan menyembunyikan wajahnya dileher Zea.

"Maaf, kelepasan tadi. Cakra udah kelewat batas." Ucap Nathan pelan. Dan hanya bisa didengar olehku dan juga Zea.

Zea hanya mengusap punggung Nathan pelan, "Gapapa, makasih udah jagain Luisa." balas Zea sambil melepas pelukan Nathan.

Setelah itu, mereka kembali fokus pada perjalanan. Sebelumnya Luisa juga sudah meminta maaf dan berterima kasih kepada kedua orang disebelahnya ini. Betapa beruntungnya, memiliki dua orang sahabat yang sangat menyanyangi dan menjaganya.

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now