Keputusan

7 1 0
                                    

Hari ini, Gerald memutuskan untuk tetap tinggal bersamaku. Aku tidak tau apa ini benar ataupun salah. Aku berjalan dengan Gerald menyusuri jalanan yang sudah malam ini.

Aku terus memikirkan masa depan Gerald dengan terus menunduk kebawah dan tidak memperhatikan jalan.

Bruukhh

Aku menabrak punggung Gerald yang telah menghentikan langkahnya dengan membelakangiku.

"Awwww, sakit Ger. Kenapa berhenti." sambil mengusap jidatnya yang sakit. Gerald lalu membalikan badannya dan menatap Sita.

"Kamu lamunin apa sih ? Kamu gak percaya sama aku?" Tanya Gerald dengan langsung membawa Sita kepelukannya.

"Ger, kayanya kamu salah deh pilih aku. Kalau kamu kaya gini nanti kamu gak akan punya masa depan yang baik. Aku gapapa, aku juga gak akan minta pertanggung..." belum selesai Sita melanjutkan. Gerald melepaskan pelukannya dan mulai melihat manik-manik mata Sita yang sudah berkaca-kaca.

"Asalkan kamu ada disampingku, aku percaya kita bisa melewati semuanya. Aku akan menikahi kamu dan memulai semua dari awal lagi." Gerald langsung memeluknya lagi, dan mencium puncak kepala Sita. Sita hanya menangis dipelukan Gerald.

"jangan menangis, ingat kamu gak lagi sendiri sayang. Pikirkan juga anak-anak yang ada diperut ini." sambil ngelus-ngelus perut Sita yang masih rata.

Sita tersenyum dan mengangguk. Bahagia ketika semua orang mengabaikannya tapi laki-laki yang dihadapannya saat ini rela melepaskan semuanya hanya untuk dirinya. Sungguh beruntung Sita karena memiliki Gerald.

Mereka melanjutkan perjalanannya untuk kerumah kecil milik Sita. Disatu sisi lain, ada orang yang sedang memperhatikan mereka dengan tatapan yang sendu dan sangat sedih.

Aku memang salah, untuk memisahkan kamu dari Sita. Ternyata cinta kamu untuknya lebih besar. Aku menyerah, semoga kalian bahagia. Batinnya. Diapun pergi meninggalkan mereka yang sudah berjalan jauh.

✖✖✖

Sita dan Gerald, akhirnya menikah meskipun hanya didatangi oleh tetangga Sita dan juga teman dekat mereka. Karena Sita yang memang anak yatim piatu dan tidak punya keluarga yang lain. Tidak ada pesta, dan tidak ada juga kehadiran orang tua Gerald. Gerald memang sudah memberi tahu lewat asisten rumah tangganya dirumah tapi sepertinya mereka memang tidak main-main dengan ucapannya. Gerald menerima meskipun sangat sulit, tapi inilah keputusan yang dia ambil.

Acaranya pun sudah selesai, kini mereka berdua berada di kamar tidur kecil milik Sita. Saling bertatapan, tersenyum dan saling memeluk.

"Terima kasih, Ger." Ucap Sita dengan memandang wajah tampannya Gerald.

"Kenapa harus bilang terima kasih? Harusnya aku meminta maaf,  karena menikahimu hanya seadanya, tidak ada pesta dan tidak ada kemewahan yang seperti aku janjikan dulu." Balas Gerald sambil mengubah posisinya dengan tiduran di paha Sita dan menatap perut Sita.

"Karena kamu selalu membuatku bahagia. Aku tidak ingin kemewahan yang kamu janjikan kepadaku, cukup kamu dengan semua kesederhanaan ini. Aku sangat bahagia." Ucap Sita dengan mengusap rambut Gerald dengan halus.

Gerald hanya tersenyum dan mulai mencium perut rata Sita. "I Love you, Priyanka Pramusita."

"Love you too,  Gerald Xander."

✖✖✖

Kini mereka hidup bahagia, meskipun Gerald hanya bekerja serabutan dengan menjadi pegawai bangunan atau malamnya dia akan bekerja di cafe. Semua dilakukan Gerald dengan wajah yang bahagia meskipun aku tau jelas hatinya sakit.

Usia kandunganku saat ini sudah sembilan bulan, dan beberapa hari lagi aku akan melahirkan. Gerald yang selalu pulang kerumah dengan membawa barang-barang yang berhubungan dengan bayi. Aku sudah melakukan USG dan Gerald tidak mengetahui bahwa anak yang aku kandung itu adalah anak kembar karena aku ingin memberikan kejutan sesuai dengan apa yang dia minta.

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now