Sesakit inikah ?

2 1 0
                                    

Luisa berjalan ke arah luar hotel, dan mencari penginapan lain. Hatinya terasa sakit, entahlah. Aku belum mengetahui pasti dengan perasaanku sendiri.

Aku memasuki penginapan yang cukup jauh dari hotel yang dipesan Aksa. Saat ingin memesan ternyata masih ada tinggal satu kamar lagi tapi saat aku mencari dompetku ditas. Aku membulatkan mataku ketika dompet itu tidak ada.

Aku merutuki diriku sendiri,aku baru teringat dompet itu aku masukan di saku jaket dan bodohnya lagi jaket itu aku pinjamkan ke orang yang aku baru kenal. Ponselku tertinggal lagi ditempat tidur tadi.

Aku langsung keluar darisana, sudah jam 10 malam aku masih menggeret koperku dan berjalan mencari tempat untuk singgah.

Akupun menendang koperku dan berteriak "Gara-gara kamu, aku jadi kaya gelandangan gini." dan seketika itu.

"Mana ada gelandangan cantik begini." Ucapnya dan aku membalikan tubuhku kebelakang. Dia Saka, dengan senyuman hangatnya.

"Nih, jaket kamu. Aku tadi cari-cari kamu tapi gak ketemu taunya kamu disini. Mau kemana malam gini ?" tambahnya lagi.

"Ah, makasih banyak yah. Aku mau cari penginapan. Kalau gitu aku duluan yah, takut keburu malam." Balasku sambil membawa koperku lagi.

"Kalau kamu gak keberatan, kamu boleh bermalam di Villa keluargaku. Tempatnya gak jauh dari sini ko." Ucapnya.

Aku berpikir sejenak, lumayan lah, untuk satu malam saja. Lagian capek cari penginapan pada penuh. Pikirnya.

"Boleh deh, tapi gak ngerepotin kan ? Gratis atau bayar ?" Luisa sambil tertawa kecil.

"enggak ko santai ajah, anggap ajah ini balas budi aku karena kamu udah nemenin anakku. sini aku yang bawain kopernya." balasnya dan dia langsung mengambil alih koperku. Aku berjalan bersama dengannya. Kenapa, aku bisa merasakan kehangatan yang sama seperti dengan Galen dulu. Pikirnya dan tersenyum ke arahnya.

Dari sisi lain, ada seseorang yang sedang memegang ponsel dan melihat dua orang didepannya itu pergi bersama dengan senyuman.

Dia Aksa yang berniat ingin menyusul Luisa dan membawanya kembali pulang. Dan dia ingin jujur kepada Vanka besok dengan mengenalkan Luisa kepadanya. Tapi setelah dia melihat itu dia langsung pergi, dengan rahang yang sedikit mengeras. Kenapa ini harus terjadi, aku yang membuatnya pergi tapi ketika dia tersenyum kepada laki-laki lain membuatku sakit. Perasaan ini sangat berbeda dengan apa yang aku rasakan dulu dengan Vanka.

Apakah sesakit ini, aku juga belum mengerti dengan perasaanku sendiri.

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now