Yogyakarta

3 1 0
                                    

Setelah seharian tadi berkeliling ketempat wisata, malam ini kami dibebaskan dari kegiatan apapun dan diperbolehkan untuk berjalan-jalan atau mencari oleh-oleh.

Aku, Zea, Zeta, dan juga Kirana satu kamar. Tapi Zeta sudah pergi terlebih dulu dengan dayang-dayangnya dan Kirana, entahlah dia semenjak tadi cuman tiduran.

Berhubung penginapan deket banget sama Malioboro jadinya Aku dan Zea berencana membeli beberapa buah tangan.

Aku dan Zea berjalan berdua saja, karena Nathan sudah lebih dulu berangkat bersama dengan temannya.

Disana aku hanya menikmati suasana malamnya yang amat terasa menyenangkan sekali, aku makan nasi kucing sambil melihat pertunjukan pengamen jalanan yang seperti sedang menggelar konser.

Suasana malam ini begitu indah, hingga aku bisa melupakan kejadian kemarin. Ah, andaikan Luna gak pindah ke Paris. Pasti berlibur bersamanya membuatku bertambah semangat.

Kak Luna, apa disana baik-baik aja ? Kak, lagi ngapain disana ? Isa kangen Kakak. Batinnya.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, Aku dan Zea sudah dalam perjalanan pulang dengan membawa beberapa hasil belanjaan kami.

"Luisa." Panggil seseorang dari belakang, otomatis aku dan Zea langsung menoleh kebelakang. Disana sudah ada Cakra yang tersenyum. Seketika Zea langsung menarik lenganku untuk segera pergi.

"Cepet, Sa. Gue gak suka sama dia." Ucap Zea. Sebenernya, gue gak mau sampai Nathan tau. Dan dia ngekhawatirin diri lo, Sa. Gue cemburu. Maaf.  pikirnya

Saat aku berjalan kembali menuruti Zea tiba-tiba lenganku ditahan dan seketika aku menghentikan langkahku.

"Tunggu, Gue boleh minta waktu Lo sebentar." Ucapnya.

Zea memandangnya kesal, dan berusaha menarik lenganku. Aku saat itu hanya ingin menyelesaikan masalahku dengan Cakra. Aku menatap Zea, "Sebentar ajah, Ze. Lo duluan ajah."

"Terserah, lo deh." Zea langsung masuk kedalam penginapan meninggalkan aku dan Cakra dengan raut wajahnya yang marah. Aku menghela nafasku, melihat Zea yang seperti itu. "Maaf, Ze." Ucapku pelan.

Aku dan Cakra berjalan ke arah taman dipenginapan. Sepi dan tidak banyak orang yang lewat. Aku duduk di kursi taman dan Cakra disebelahnya.

"Sa, Gue mau minta maaf. Atas kejadian dulu-dulu. Gue salah, salah banget udah buat lo waktu itu jadi bahan taruhan sama Agam. Gue sadar, kata Maafpun gak cukup buat  nebus semua kesalahan gue sama lo, Sa. Tapi Gue pengen sebelum keluar dari SMA, gue gak mau bikin semuanya menjadi kenangan pahit. Maafin Gue, Sa." Ucapnya sambil menunduk. Akupun hanya menatapnya.

"Isa udah maafin Cakra. Maaf juga kalau selama ini, Isa selalu berbuat yang buruk sama Cakra. Ah, memang sih Isa marah ketika tau Cakra cuman jadiin Isa taruhan terus Cakra udah punya tunangan. Isa sedih banget, padahal Isa udah buka hati buat Cakra tapi apa yang Isa dapat." Luisa menarik nafasnya dan membuangnya pelan.

"Maaf, Sa. Andai semua itu gak terjadi, Gue gak bakal nyakitin lo, Sa. Gue tersadar saat itu, Siapa yang gue butuhin sebenarnya. Gue nyesel, lebih milih dia daripada Lo. Gue jahat banget sama lo, Sa."

"Penyesalan itu selalu datang diakhir, Cak. Tapi makasih, karena kamu udah ngajarin Isa bagaimana untuk belajar tidak mempercayai orang secepat itu. Sudahlah, Cak lagian Isa udah lupain itu semua. Yang terpenting sekarang, gapai cita-cita masing saja dan bahagiakan orang tua." Sambil tersenyum.

"Sa, Gue boleh minta sesuatu gak dari Lo. Untuk yang terakhir kalinya." Ucapnya dan kini dia menatapku.

Aku menaikan alisku sebelah. "Apa ?"

"Gue boleh meluk untuk yang terakhir kalinya ?" Luisa terdiam dan kemudian mengangguk sambil tersenyum.

Cakra langsung memeluk Luisa dengan erat. "Makasih, udah pernah ngisi waktu gue meskipun hanya sebentar. Sampai kapanpun Gue cuman sayang sama lo, Sa.  Love you" Ucapnya dan dia sekilas mencium puncak kepalaku lalu melepaskan pelukannya.

Aku masih terdiam dengan apa yang dia lakukan, aku sedikit merasa kesal tapi saat ini aku tidak ingin membuat masalah lagi dengannya. Akupun berdiri, "Isa duluan, Cak."

Akupun langsung pergi dan berlari dari tempat itu, tak terasa air mata ini menetes begitu saja dan disaat itupun seseorang telah menarikku dan membawaku masuk kedalam mobil.

Aku membulatkan mataku, saat dia masuk dan duduk disebelahku.

"Kak Adriel, ngapain disini ?" Ucapku. Dia tidak menjawab dan menatapku. Lalu dia menghapus air mataku menggunakan jarinya.

"Gak sengaja liat kamu. Terus liat kamu pelukan sama cowok itu tapi yang bikin aku turun itu karena kamu nangis." balasnya dan kini dia melajukan mobilnya pelan.

"Maaf, udah ngerepotin. Kak, mau kemana ? Isa kan harus balik ke penginapan, ini udah jam setengah sebelas malam." sambil melihat kearah luar

"Aku mau nunjukin sesuatu sama kamu. Udah diem ajah. Janji gak akan lama." Ucapnya sambil cengengesan.

"Hmm, janji yah. Isa takut Zea nyariin. Lagian ponsel Isa mati lagi jadi gak bisa ngehubungin Zea."

"Nanti aku yang tanggung jawab, udah nikmatin ajah." balasnya. Maaf, Jani. Aku ngerasa dia lebih bisa membuatku nyaman. Batinnya

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIOnde as histórias ganham vida. Descobre agora