Persiapan Camping

3 1 0
                                    

Sekembalinya, Gerald dan juga Bila. Mereka terlihat sangat berbeda. Ayah yang sering pulang malam dan Bila Ibunya ini jadi diam dirumah, tidak menjadi sekertaris Ayahnya lagi.

Dan sudah satu tahun lamanya.

Hubunganku dengan Rashi sangat baik dan tidak ada gangguan sama sekali, Cakra sudah tidak mengganggu lagi. Cla juga tidak menggangguku lagi. Meskipun sering menghubungi Rashi untuk sekedar menjemputnya atau mengantarnya kerumah sakit. Aku tidak marah, karena sudah terbiasa.

Zea dan juga Nathan sudah resmi menjalin hubungan. Hubungan yang penuh dengan pertengkaran setiap hari tapi disatu sisi mereka saling menyayangi.

Luna dan Galen juga masih berhubungan tapi terkadang aku merasa ada yang aneh dengan Luna. Sering aku menanyakannya tapi dia tidak menjawab, Luna semenjak perayaan ulang tahun kami ke 17 tahun kemarin dia menjadi seseorang yang tidak banyak bicara dan cenderung lebih menghindariku.

Aku sudah beberapa kali menanyakannya tapi dia tidak menjawab, bahkan kami terlihat akur didepan Ayah saja tapi jika sudah diluar itu kami seperti seseorang yang tidak saling mengenal. Bahkan aku pernah mendengar dari Zea, bahwa Luna sangat membenciku.

Kirana, entah kenapa dia beberapa bulan yang lalu menjadi lebih sering terlihat bersama dengan Cakra. Entahlah juga dengan hubungannya apa. Agam telah pindah sekolah, dia pindah ke SMA Pelita.

Dan satu hal yang membuat Luisa sekarang menjadi banyak diam. Sudah sebulan ini dia mendapatkan teror yang tidak tau dari siapa. Mau pesan yang masuk ke ponselnya atau barang-barang yang dia kirimkan kepadanya.

Gerald juga belum membicarakan masalah pernikahan Luisa yang akan dilaksanakan di Jepang setelah dia Lulus SMA.

Kini keluarga yang sempat harmonis, menjadi sedikit renggang. Sibuk dengan urusan masing-masing. Hanya Bila yang selalu berbicara dengan Luisa dan menjadi seorang Luna berubah meskipun dia terlihat biasa saja.

Siang ini aku masih disekolah, karena akan diadakan perencanaan camping antar sekolah. Sekolahku dengan sekolah Luna, yang tinggal satu hari lagi.

Camping ini sering dilakukan tiap taunnya dan akan dilakukan hanya untuk kelas XII saja.

"Sa, gue pulang duluan yah. Nathan minta anter beli jaket." Ucap Zea sambil mengambil tasnya.

"Hmm, hati-hati." balas Luisa yang masih menulis tugas yang sebenarnya akan dikumpulkan seminggu lagi.

"Lo, pulang sama Rashi kan?"

"Rashi, udah pulang. Nganter Cla ke rumah sakit."

"Sebenarnya siapa sih cewek si Rashi. Lo atau Cla. Akhir-akhir ini dia lebih banyak waktu sama si Cla." Zea sudah mengerucutkan bibirnya karena tidak terima.

Luisa hanya diam dan kembali mengerjakan tugasnya kembali. Zea benar-benar marah sekarang. Buktinya dia menggebrak meja.

"Sa, lo tuh harus tegas. Gak bisa diem terus kaya gini. Lo juga harus inget, hubungan mereka dulu gimana." Ucap Zea penuh dengan bentakan. Untung dikelasnya cuman ada mereka berdua.

Sebelum Zea melakukan sesuatu yang lebih lagi kepada Luisa, Zea ditarik keluar oleh Nathan.

"NATHAN, BISA GAK SIH. BIASA AJAH GAK USAH TARIK-TARIK" Ucapnya.

"GAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN HUBUNGAN LUISA LAGI. DIA UDAH GEDE." yang langsung mendapatkan senyuman dari Luisa dan lambaian tangan ke arah mereka berdua.

Jujur saja, Zea lebih sensitif sekarang dengan hubungan Luisa dan juga Rashi. Dia udah kaya emak-emak yang marahin anak perawannya yang pulang telat ke rumah.

Satu jam sudah, Luisa membereskan bukunya kedalam tas. Dia berjalan ke arah luar sekolah, sekolah sudah sepi karena besok akan berangkat keBandung untuk Camping.

Luisa duduk dihalte bus, menunggu bus. Setengah jam lamanya, tidak ada bus yang lewat. Mau pesen online ponselnya mati. Tiba-tiba motor Galen berhenti didepannya dan membuka helmnya.

"Sa, kenapa belum pulang?" Ucap Galen. Dan Luisa langsung menatapnya.

"Kak Galen, darimana? Isa nunggu bus." balasnya.

"Baru pulang kuliah, gak sengaja lewat sini. Yaudah pulang bareng ajah. Lagian ini udah sore." Luisa melihat ke arah kiri dan kanan, memastikan siapa tau busnya datang tapi gak ada kendaraan yang lewat.

"Nih, pake helmya." Galen menyodorkan helm ke Luisa. Luisa terdiam, dia takut Luna marah karena waktu itu juga gak sengaja Luna melihat Luisa diantar Galen. Dan Luna mengancamnya, untuk menjauhi Galen.

Galen menarik tangan Luisa pelan tanpa turun dari motornya. Dan kini memakaikan helm ke kepala Luisa.

Luisa membulatkan matanya, dan perasaannya sedikit takut. "Ayo naik. Udah mendung keburu hujan."

"Tapi, Kak. Aku takut Kak Luna marah." Luisa mengubah wajahnya menjadi sedikit sendu.

Tanpa Luisa pikirkan, Galen memegang tangannya dan mencubit pipinya. "Gue bakal tanggung jawab, jadi cepet naik"

"Tapi," Luisa belum sempat berbicara. Galen membuka jaketnya dan langsung memakaikannya kepada Luisa. Menarik tasnya dan memakainnya didepan badan Galen.

"Naik, gak usah protes." Ucapnya.

Luisa yang menerima perlakuan seperti itu hanya bisa menurutinya. Karena hari mulai gelap dan juga hujan yang akan turun sebentar lagi. Mungkin.

Galen sudah menjalankan motornya dan meninggalkan halte bus itu.

Tapi ada seseorang yang sudah merekam dan juga memphoto kejadian antara Galen dan Luisa. Lalu dia mengirimkannya kepada seseorang tanpa lama ponselnya berdering, dia mendekatkan ponselnya ditelinga.

"Baik, aku akan melakukannya." Ucap orang yang telah duduk dimotor putih itu. Dia tersenyum dan mengirimkan sesuatu pesan kepada dua orang yang menjadi sasarannya.

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now