Tidak direstui

19 1 0
                                    

"Mam, udahlah. Aku udah besar dan aku juga udah punya calonku sendiri." Ucap Gerald kepada Ibunya

"Mamih, tidak menerima penolakan. Karena Papahmu juga sudah menyetujuinya." balas Ibunya yang tidak kalah tegas

"Ayolah, Mam. Aku tidak mungkin meninggalkannya apalagi harus menikahi Winona. Aku tidak mencintainya sama sekali." Gerald langsung menggenggam tangan seseorang dengan sangat erat. Ibunya hanya bisa memutar bola matanya lelah karena terus dijawab dengan penolakan.

"Urusan Cinta itu bisa terbiasa karena bersama, dan Mamih gak mau kamu lebih memilih wanita yang tidak tau asal usulnya ini." Ucap Ibunya dengan menunjuk ke arah Priyanka Pramusita.

"Cukup Mam. Jangan selalu menyudutkan Sita. Gerald hanya mencintai Sita sampai kapanpun. Dan Mam, Sita sedang mengandung anak-anakku." Gerald langsung mengelus perut rata Sita. Sita terkejut karena Gerald benar-benar memberitahukan kehamilannya ini kepada Ibunya.

Plaakkkk

"Gerald sadar kamu, dia ini wanita jalang yang bekerja di dunia malam dan dia juga bukan anak dari keluarga baik-baik. Jadi hentikan semua omong kosong ini." Ibunya langsung terduduk lemas dikursi, Sita yang berdiri tepat disamping Gerald hanya bisa menangis.

"Mam, Cukup. Sita wanita baik-baik dan aku yang pertama melakukan itu dengannya sampai dia hamil. Hamil cucu Mamih." Balas Gerald yang sudah berkaca-kaca menahan tangisnya.

"Cukup,  Hentikan semua sandiwara ini Gerald. Dan kamu, aku tidak pernah tau apa yang kamu berikan untuk anak saya sampai dia berani melawanku. Dan sekarang lebih baik kamu angkat kaki dari rumah ini dan jangan pernah temui Gerald lagi." Ibu Gerald mengusir Sita dengan tatapan amarahnya.

Sita yang sudah tidak tahan, akhirnya berbalik bermaksud keluar tapi Gerald dengan cepat menarik lengan Sita dan menabrak dada Gerald. Gerald menggelengkan kepalanya ke arah Sita. Seolah untuk tidak pergi meninggalkannya.

"GERALD XANDER." teriakan dari luar rumah dan ketika masuk. Semua tertuju ke arah Tony Xander yang tidak lain adalah Ayahnya.

Ibunya langsung berlari ke arah Tony memeluknya dan menangis sejadi-jadinya. Gerald dan Sita hanya diam mematung.

"Ada apa ini, kenapa suasananya seperti ini." Ucap Ayahnya. Tapi tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Tony hanya menggelengkan kepala lalu duduk di sofa ruang keluarga dan diikuti oleh ke tiga orang yang daritadi bersitegang itu.

"GERALD, JELASKAN" Ucapnya dengan penuh penekanan.

"Pah, Gerald menolak untuk dijodohkan dengan Winona. Gerald tidak bisa dan tidak mencintainya." balas Gerald dengan terus menggenggam tangan Sita. Sita hanya menundukkan kepalanya.

"Kenapa ? Papah sudah menyetujuinya dan tanggal pernikahan kalian sudah ditentukan. Papah tidak pernah suka dengan PENOLAKAN." Mata Gerald dan Ayahnya saat ini bertatapan dengan situasi yang sangat sulit dijelaskan.

"Wanita jalang itu telah menghasut Gerald,  dan mengatakan dia hamil anak Gerald." Ibunya menjawab. Ayahnya langsung berdiri dan menghajar Gerald. Gerald langsung tersungkur, Sita yang melihat inipun sudah tidak tahan.

"Cukup, Om, Tante. Sita tidak akan pernah meminta pertanggung jawaban atas kehamilan ini. Tapi Sita mohon jangan menyalahkan Gerald." Ucap Sita dengan badannya yang sudah bergetar hebat dari tadi.

"Bagus, jika kamu sudah sadar. Sebaiknya kamu pergi dari sini dan buang semua khayalan kamu untuk menjadi istri Gerald. Sampai kapanpun saya tidak akan pernah merestui hubungan kalian." Ucap Ibunya yang sudah tidak tahan. Ayahnya hanya melihat ke arah Gerald.

"Maaf, karena Sita semua ini menjadi kacau. Gerald, maaf." Sita langsung berdiri dan bergegas meninggalkan rumah ini. Gerald yang melihatnya langsung berdiri dan berbicara.

"Tunggu." Sita langsung terdiam dan mengehentikan langkahnya tanpa membalikan badannya.

"Jangan pergi, aku benar-benar mencintai kamu. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpamu." Gerald berdiri dan berjalan ke arah Sita. Ayahnya yang melihat inipun cukup terkejut dengan sikap anak semata wayangnya.

"Gerald, satu langkah lagi kamu maju. Mam, akan mencoret nama kamu sebagai pewaris penerus Papah kamu." Ibunya langsung berdiri dan menajamkan matanya, berharap Gerald berbalik dan meminta maaf kepada Ibu dan Ayahnya. Tapi sayang, Gerald melanjutkan langkahnya untuk tetap mengejar Sita.

Ayahnya yang sudah tidak tahan, akhirnya berdiri dan berkata. "Baiklah, Jika itu maumu. Pergilah dan bertanggung jawab atas apa yang kamu perbuat" Ucap Ayahnya, sebelum Gerald berbalik karena mulai merasa Ayahnya mengerti tapi "DAN INGAT GERALD, PADA SAAT INI JUGA KAMU BUKAN BAGIAN DARI KELUARGA INI, SILAHKAN PERGI DAN TINGGALKAN SEMUA FASILITAS YANG TELAH SAYA BERIKAN" Ucap Ayahnya. Yang membuat Gerald merasa dihantam dengan sesuatu yang sangat keras. Sitapun memejamkan matanya dan merutuki kebodohannya sendiri karena tidak menolak ajakan Gerald tempo dulu yang membuatnya seperti sekarang.

Gerald memantapkan hatinya, karena Cintalah yang membuat bisa sejauh ini. Gerald langsung mengeluarkan dompet juga kunci mobilnya, dan menjatuhkannya saat itu juga. Lalu menghampiri dan menggenggam tangan Sita, menariknya keluar dari Rumah itu.

Ibunya menangis meraung-raung melihat anak yang sudah ia besarkan pergi begitu saja karena hanya perempuan dan cintalah yang mampu membuat semuanya yang tidak mungkin menjadi mungkin. Ayahnya yang melihat keadaannya menjadi serumit ini, mengacak-ngacak rambutnya dan mengusap wajahnya secara kasar.

"Sudah, tidak perlu ditangisi. Aku yakin anak itu tidak akan tahan tanpa uang dan fasilitasnya. Dia akan kembali lagi kerumah ini." Ucap Ayahnya yang menenangkan Ibunya.

"Tapi bagaiman jika, Gerald tidak kembali.hiks...hiks...hiks" balas Ibunya yang terus menerus menangis.

"Kita beri dia waktu 1 minggu, jika kenyataannya dia tidak kembali maka kita akan pergi dan menjual semua aset yang kita punya disini. Dan pergi jauh dari negara ini." Ucap Ayahnya lalu pergi ke kamar membawa Ibunya.

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now