Lapangan basket Pertiwi

7 2 0
                                    

Luisa berjalan kearah tempat duduk yang sudah disiapkan Zea. Tepatnya dibawah pohon besar yang melindunginya dari sinar matahari.

Mereka sedang latihan basket, dan Luisa sekilas menatap Cakra dan tersenyum padanya. Cakra melihatnya dan mengangkat satu alisnya.

"Udah kali, Sa liatinnya." Sindir Zea yang mungkin memperhatikannya.

Luisapun berjalan ke arah Zea dan duduk disampingnya. "Apaan sih, Gue cuman senyum doang kali." bantahnya lalu memperhatikan kembali ke arah lapangan.

"Masih belum mau ngakuin nih" Godanya lagi. Sekarang Luisa memberikan tatapan tajamnya ke arah Zea. Dan Zea hanya terkekeh kecil karena melihat muka Luisa sedikit memerah.

"Eh, Sa tadi tuh yah yang dilapangan ini pada histeris tau gak." tambahnya lagi

"Kenapa?"

"Tadi Rashi gendong si Cla tuh panik banget. Biasalah Fansnya pada gak suka dengan pemandangan itu. Apalagi tadi Cakra rada sedikit marah sih soalnya dia kan harusnya ikut latihan basket buat perlombaan nanti tapi malah milih bolos."

Luisa pun tidak menjawab dan hanya terdiam. Sebenarnya dia juga tau masalahnya karena dia, Clarinta pingsan. Mungkin

Satu jam sudah latihan basket itu dan kini Zea dan Agam lebih memilih berjalan ke kantin. Nathan anak baru malah kena gangguan Zeta, yang terus menerus membuntutinya kemana pun pergi. Dan aku masih duduk dibangku tadi dan menunggu Cakra yang masih berbincang dengan pelatih.

"L U I S A yang." Ucapnya dengan perlahan tapi jelas terdengar oleh Luisa dan kini menatap tajam Cakra yang mulai duduk disampingnya.

"Nih, elap dulu tuh keringet sama ini minumnya." Ucap Luisa sambil menyodorkan handuk dan juga minuman dingin. Cakra tersenyum dan langsung mengelap keringetnya dan juga meminumnya setelah itu.

"Masih lama latihannya?" Ucap Luisa dan diangguki olehnya.

"Kamu mau pulang duluan atau gimana?"  tanyanya kepada Luisa.

"Mph, aku nungguin kamu ajah. Sekalian ada yang mau aku omongim sama kamu."

"Makasih, latihannya bentar lagi ko. Udah istirahat juga beres. Eh iya, mau ngomongin apa?" Jangan-jangan Luisa mau nembak . Pikirnya dan Cakra langsung menertawakan lamunannya itu.

"Kamu kenapa ketawa?" Tanya Luisa dengan menaikan satu alisnya.

"Enggak, yaudah aku latihan lagi yah semuanya udah kumpul lagi." Cakra langsung berdiri dan mengacak-ngacak pelan rambut Luisa.

"CAKRA." teriaknya yang kesal karena ulahnya, rambutnya jadi berantakan.

Zea menghampiri Luisa yang sedang membenarkan rambutnya dan duduk disana. Zea dan juga Luisa hanya mengobrol saja. haripun sudah pukul tiga sore, penonton semakin sedikit karena banyak yang sudah pulang terlebih dahulu. Karena langit juga sudah mendung dan sebentar lagi mungkin akan turun hujan.

Begitu latihan beres mereka semua langsung bubar dan berjalan ke arah parkiran sekolah dan langsung pulang, tapi Luisa dan Zea masih menunggu kedua cowok itu berganti pakaian didepan ruang ganti.

Sudah hampir 15 menit mereka didalam dan belum beres juga tapi hujanpun turun dengan sangat deras saat itu juga.

"Gam, cepet dong. Hujan tau, mana aku gak bawa jaket lagi." Ucap Zea yang mengetuk pintu ruangan tersebut.

Akhirnya Agam keluar dan disusul Cakra yang dibelakangnya. Demi apa, Cakra ganteng banget dengan rambut basahnya. Batin Luisa yang langsung menatapnya dan seketika pipi, kupingnya mulai memerah. 

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now