Pertemuan awal dengannya

3 1 0
                                    

"Sa, Om harap kamu mengerti dan menerimanya. Ini semua keinginan alm. Ayah dan Bunda kamu." Ucap Evan dan Kinan mengangguk sambil mengelus punggung Luisa yang menatapnya.

"Luisa, dia sangat baik jadi kamu tidak perlu khawatir. Kami sudah sangat mengenalnya, bahkan keluarganya." Ucap Kinan.

Luisa terdiam, tidak tau harus berbuat apa. "Tapi, Om, Tante. Luisa kan masih mau melanjutkan kuliah. Bagaimana bisa Luisa harus menikah dengan laki-laki yang belum Luisa kenal."

"Kamu akan terbiasa nantinya, Sayang. Tenang saja, setelah pernikahan itu dia akan tetap membebaskanmu untuk berkuliah karena dia juga mempunyai kesibukan di Korea."

"Tapi Luisa masih terlalu muda untuk menikah."

Kinan dan Evan kini menatap Luisa yang dari tadi menolak.

"Luisa, Om dan Tantepun dulunya dijodohkan dan bahkan kami menikah muda. Kami tidak saling mencintai, bahkan kenalpun tidak. Tapi lihatlah sekarang, ada Zea ditengah-tengah kami. Kami bisa melakukannya, apalagi kamu. Lakukanlah setidanya untuk Alm.Ayah dan Bundamu. Dia hanya ingin putri kecilnya, dijaga oleh laki-laki yang tepat." Ucap Evan tersenyum.

"Baiklah, Om, Tante. Isa menerimanya." balasnya pelan. Kemudian dia berdiri dan berjalan bersama Kinan.

Kinan mendandani Luisa dengan sangat telaten, karena hari ini keluarga Sam akan membicarakan semuanya. Sesuai janjinya, meskipun Luisa tidak mengetahuinya jika Gerald telah memutuskan perjanjian itu. Tapi semua itu tidak tersampaikan karena kematiannya yang mendadak.

Setelah beres, Kinan melihat kagum kearah Luisa sambil membulak balikan tubuh kecilnya itu.

"Luisa kamu sangat cantik, ah tante yakin Aksa akan terpesona dengan kecantikanmu." Ucapnya. Zea yang baru datangpun langsung berlari melihat dan menatap Luisa yang sangat berbeda dari biasanya.

"Ah, sahabatku ini, kamu cantik sekali." Ucap Zea sambil memeluk Luisa.

"Udah, sayang. Kasian tuh Luisanya. Udah didangdanin cantik malah dirusak sama kamu."

"Ah, iyaiya Ibu negara. Maaf."

Merekapun turun kebawah dan Evanpun sangat terkejut dengan Luisa yang sangat mirip dengan Sita.

Merekapun tidak berhenti memuji Luisa dari tadi sampai mereka tiba disebuah restoran yang sudah dipesan keluarga Sam.

Luisapun berjalan dengan Zea. Sedangkan Kinan dan Evan berjalan didepannya.

Kinan dan Evan menyapa mereka yang sudah terduduk dimeja itu diikuti oleh Luisa dan Zea. Mereka lalu duduk berhadapan. Disana sudah ada Sam, Lili dan juga Ema Kakak Aksa. Tapi Aksa tidak ada. Luisa melihat kesekelilingnya, dan sepertinya perempuan yang duduk disebelah orang tua Aksa itu mengerti akan gerakan Luisa. Dia tersenyum jahil,

"Aksa lagi ketoilet." Ucapnya santai dan mereka semua menatap kearahnya. Dia hanya tersenyum santai sambil menunjuk Luisa yang masih melihat kearah samping.

Mereka tertawa, dan Zea menyikut Luisa. Luisa mengaduh kesakitan, dia menatap Luisa tajam. Luisa tersadar ketika semua orang melihatnya.

"Ah, maaf." Ucap Luisa sambil tersenyum kikuk dan menelan salivanya.

"Ah, calon Aksa ini saat manis." Ucap Ema. Ema yang perutnya sudah sedikit membesar. Ema sudah menikah dan sekarang dia sedang mengandung. Suaminya itu adalah seorang Mulin Marva. Tangan kanan Ayahnya sendiri.

Luisa hanya tersenyum, ketika makanan datang. Dan Sam menyuruh untuk menyantapnya. Tiba-tiba laki-laki itu berdiri tepat dihadapan Luisa.

"Maaf, Pah Mah dan semuanya. Tadi Aksa ada sedikit urusan dulu." Ucapnya tersenyum dan Sam mengangguk menyuruhnya untuk makan terlebih dulu.

Luisa yang baru tersadarpun langsung menatap laki-laki itu yang masih berdiri didepannya dengan senyuman ramahnya. Laki-laki tinggi kurang lebih 180cm, Wajah yang tampan bak tokoh anime dengan suaranya yang begitu khas (suaranya berat), bibir yang lebar dan senyum berbentuk kotak. Matanya yang coklat terang, tubuhnya tidak atletis tapi dia sangat sempurna untuk seorang laki-laki.

Diapun tersenyum kepada Luisa, Luisa langsung mengedipkan matanya dan membuang mukanya kesamping. Kenapa ini, jantungnya berdetak kencang. Wajahnya memerah dan dia sangat malu kini untuk menghadap ke arah depannya.

Luisa memberanikan dirinya menatap kedepan dan tidak memperdulikan laki-laki didepannya ini yang sudah duduk dan menyantap makanannya.

Setelah makanan habis, semua piringpun diambil oleh beberapa pelayan dan mengganti dengan makanan penutup.

Sam memecah suasana.

"Luisa, ini anak Om. Taksa Valda. Yang akan menjadi calon suamimu." Ucapnya sambil tersenyum.

Dia tersenyum dan mengarahkan tangannya kepadaku, aku menyambutnya dan menjabat tangannya. 

"Saya Luisa Kayla Maharani." Ucap Luisa dengan tersenyum. Dia tersenyum, semenit kemudiam. Tangan kami belum lepas, diapun menatapku, aku bisa melihat kedalam matanya yang bisa membuat siapa saja melihatnya pasti akan terhipnotis.

Dan kini Ema mendehem sangat keras. Membuyarkan kami berdua yang fokus dengan bermain tatapan yang tidak terputus.

"Ah, maaf. Saya Taksa Valda. Panggil saja Aksa." Balasnya sambil melepaskan tangannya.

Akupun mengangguk dan tersenyum. Apa-apaan ini, dengannya tersenyumpun. Dia bisa membuat jantungku berdetak kencang apalagi kalau dia sampai melakukan sesuatu. Jantungku rasanya akan loncat. Cerocosnya dalam hati.

Sam dan yang lainnya sibuk menentukan tanggal untuk pernikahan kami karena waktu yang sangat mepet. Tentunya, Aksa yang akan pergi ke Korea dan juga Luisa yang akan berkuliah ke Yogyakarta.

Luisa menghembuskan nafasnya, apa harus secepat ini. Baru bertemu langsung seperti ini. Pikirnya dalam diam. Dia menatap Aksa yang masih menyimak tidak ada sanggahan sama sekali. Ah, kalau diem gitu ganteng banget. Batinnya. Dan saat Aksa membalikan pandangannya kedepan, dia lalu langsung tertunduk malu karena ketahuan memandanginya. Ah, bodoh sekali.

Setelah itu dia hanya diam, dan aku sedikit sering melihat kearahnya. Melihat perubahan yang sangat tidak terkira dari wajahnya. Aku benar tidak bisa mengartikan setiap ekspresinya yang selalu berubah-ubah.

Setelah ditentukan, akhirnya tanggalpun telah disetujui dan diangguki oleh Aksa. Aku bisa melihatnya, tapi tatapannya kini menjadi dingin.

Setelah pertemuan itu, akupun sudah memiliki nomer ponselnya dari Ema. Karena Aksa terlebih dulu pamit pulang. Pernikahan kami akan diselenggarakan 1 bulan lagi dengan dihadiri oleh kedua pihak keluarga saja karena kepentingan karir Aksa juga, yang mengharuskan dirinya untuk menutupi statusnya.

Dijalan Luisa, hanya terdiam memandang keluar jendela. Luisa membuang nafasnya kasar, ketika Zea daritadi tidak berhenti berbicara tentang Aksa.

Semoga saja, dia laki-laki yang baik. Seperti yang diucapkan oleh semua orang terdekatnya. Ayah, Bunda,  Isa berharap kalian bahagia. Isa melakukan ini demi kalian. Semoga kalian bahagia disana. Luisa rindu Luna. Semoga suatu hari, Luisa bisa bertemu dengannya. Hanya Luna, keluarga Luisa saat ini.

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now