Pertemuan dengan Bila

6 0 0
                                    

Bila sudah sampai ditempat tujuannya. Dirumah Gerald. Bila sudah memberitahukan kepada Sita semuanya yang disuruh Gerald.

Kini mereka memasuki mobil, dengan Bila yang menyetir mobil. Kedua anak perempuan Gerald tertidur karena lelah menunggu Ayahnya.

Didalam perjalanan, Bila menceritakan kejadian yang kemarin dia mengangkat telepon dari Sita.

Sita hanya terdiam, mendengar ucapan Bila dan tidak berniat untuk menanggapinya. Karena jujur saja, Sita lebih mementingkan kepercayaannya kepada suaminya itu dan tidak ingin berpikir negatif.

Hari sudah sangat malam, dan hujanpun turun. Ditengah perjalanan, Bila mulai merasakan cape karena perjalanan masih jauh dan dia sudah menyetir mobil tanpa henti dua jam lamanya.

"Bu, saya ingin cari toilet dulu dan sedikit istirahat dulu. Tidak apa-apa." Tanya Bila pada Sita

"Gapapa, nanti biar saya ajah yang gantian nyetir. Kamu istirahat saja." balas Sita sambil tersenyum. Bila hanya mengangguk dan membalas senyuman Sita.

Akhirnya, mereka memberhentikan mobilnya di pom bensin. Bila berjalan keluar dan ke toilet dengan kedua anaknya Sita. Sedangkan Sita masuk ke dalam minimarket.

"Tante, tante siapanya Ayah?" Tanya Luisa dan Luna.

"Tante, Sekertarisnya Ayah kalian." Jawab Bila.

"Tante, nama tante siapa? Terus Sekertaris itu kerjanya ngapain ?" tanya Luisa yang sekarang duduk didepan Bila dan Luna disamping Bila.

"Nama tante Nafeesa Syabila. Tapi panggil ajah Tante Bila." Balasnya dengan senyum manisnya "Terus kerjaan tante itu ngatur jadwal kegiatan Ayah dikantor." lanjutnya lagi. Dan dibalas Oh, ria oleh mereka berdua. Masih banyak yang dibicarakan kedua anak tersebut kepada Bila. Hingga di dalam mobilpun Bila diminta duduk dikursi belakang dengan mereka.

Sita yang melihatnyapun tersenyum. Anak-anaknya bisa akrab dengan wanita yang pekerjaannya ini tidak lain adalah sekertaris suaminya dan yang tadinya Sita berpikir negatif tentangnya.

Kini kedua anak tersebut sudah tertidur pulas dipelukan Bila yang duduk ditengah dan Luisa, Luna disampingnya.

"Bil, kamu belum menikah?" Ucap Sita yang langsung membuat Bila sedikit terkejut.

"Hmph, belum Bu. Pacar juga saya belum punya. Saya masih ingin bekerja." Balasnya

"Aduh, padahal kamu udah cocok loh, jadi seorang Ibu. Anakku aja bisa langsung akrab banget."

"Ibu bisa ajah. Saya masih ingin bebas dan gak mau terikat status pernikahan." Balas Bila, dan Sita hanya tersenyum. Pembicaraan pun sudah tidak ada lagi dan mereka hanya fokus pada perjalanan.

Entah darimana Sita mengucapkan kata-kata yang tidak bisa dikontrol dan langsung terucap begitu saja.

"Bil, kalau sesuatu terjadi sama saya. Saya ingin kamu yang menggantikan posisi saya. Menjaga anak saya dan juga suami saya." Sita tersenyum sekilas dan Bila bisa melihat itu dikaca spion didepannya.

Bila terdiam dan tidak bisa menjawab pernyataan Sita yang begitu sulit ditebak.

"Bu, jangan berbicara seperti itu. Tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi Ibu dihati Pak Genji." Balas Bila dengan senyum yang dipaksakan,  ada rasa sedikit tidak rela dari pernyataannya tersebut.

"Saya kan hanya berbicara saja. Soalnya, tidak ada orang lain yang baru ditemui anak saya dan mereka langsung bisa akrab tapi dengan kamu mereka berdua langsung bisa akrab seperti sudah tidak asing lagi. Jadi kamu harus janji yah sama saya, kalau suati saat nanti saya sudah tidak ada dan jika kamu belum menikah. Maka saya mengijinkan kamu untuk menjadi pengganti saya." Sita langsung tersenyum meskipun hatinya terasa sakit, tapi entah kenapa dia melakukannya tanpa ingin menahannya.

Bila hanya mengangguk, dan mengiyakan janjinya. Tanpa dimintapun, saya masih akan menunggu Pak Genji. Batinnya.

Dan dari arah sana, Gerald bisa mendengarkan pembicaraan mereka. Entah apa yang dipikirkan Sita saat ini, dan dia langsung memutuskan teleponnya dengan Gerald,  yang tadi sudah ia hubungi semenjak pembicaraan yang lebih serius dengan Bila.

Dan saat air mata Sita keluar, Sita tidak melihat ke arah sampingnya karena sedikit tertutup kabut dan juga hujan deras. Dan

"Bu, Awass." Ucap Bila dengan lantang dan langsung memeluk kedua perempuan kecilnya ini dengan kuat.

"Ahkhhhhhh," teriak Sita.

Kecelakaanpun tidak bisa dihindari, Sita menabrak pembatas jalan dan mengakibatkan mobil berputar dan hampir masuk kedalam jurang. Kaca mobil depan sudah pecah, Sita sudah terjepit setirnya dan pecahan kaca yang tertancap di mukanya.

Sedangkan Bila tersungkur kedapan karena hanya dia yang tidak memakai sabuk pengaman sedangkan kedua anak perempuan itu memakainya.

Jalanan sangat sepi karena ini sudah melewati hutan yang minim pencahayaan dan juga jauh dari pemukiman warga.

Bila yang langsung tersadarpun memijat sedikit kepalanya yang pusing. Pandangannya pun belum jelas. Setelah beberapa menit dia mulai bisa melihat dengan jelas. Dan melihat ke arah sampingnya. Kedua anak itu tidak mengalami luka yang parah sedangkan Sita.

Bila langsung melepaskan sabuk pengaman yang menahan kedua anak perempuan itu, dan menggendongnya satu persatu untuk dia selamatkan dan dia membaringkannya dibawah lampu jalan dan sedikit jauh dari tempat kecelakaan. Saat Bila ingin, menyelamatkan Sita. Sita terjepit dan susah untuk keluar.

"Bu, bertahan. Saya akan menyelamatkan  Ibu. Ibu tunggu yah." Bila ingin pergi tapi tangan Sita menahannya.

"Selamatkan anakku dan penuhi janjimu"  Ucap Sita. Seketika air mata Bila turun dan membasahi pipinya.

"Enggak, Ibu harus bertahan. Bila cari pertolongan dulu Bu. Ibu tunggu sebentar." Bila berlari dan mencari sesuatu yang bisa ia temukan untuk mengeluarkan Sita.

Saat ia berbalik,  Bila kaget dan melihat kejadian yang saat ini terjadi.

Cekittttttttt, brughh.

Mobil dari arah berlawananpun saling tertabrak dan menabrak mobil Sita, sekarang tiga mobil itu masuk ke dalam jurang yang sangat gelap. Dan

Boommmmm, suara ledakan itu sangat keras terdengar.

Bila langsung menjatuhkan dirinya, lemas dan menangis sejadi-jadinya. Dia menyesali yang tidak bisa menyelamatkan Sita dari kecelakaan mobil tersebut.

Bila berjalan pelan dan menghampiri kedua anak kembar itu dan memeluknya. Lalu mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya.

Sial, ponselnya mati dan dia melupakan tasnya didalam mobil yang belum ia selamatkan.

Kini ia bingung, dan hanya bisa menunggu pertolongan datang. Sambil memeluk kedua anak tersebut yang sudah tidak sadarkan diri dengan lukanya tapi aku tidak memperdulikan luka ditubuhku yang cukup sedikit lebih banyak dan parah.

Lusa (Luna & Luisa) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang